Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakaatuh, Selamat datang di blogku ^_^ BINGKAI HATI: Januari 2012

Bekerja, Maka Keajaiban

29/01/2012
Iman itu terkadang menggelisahkan. Atau setidaknya menghajatkan ketenangan yang mengguyuri hati dengan terkuaknya keajaiban. Mungkin itu yang dirasakan Ibrahim ketika dia meminta kepada Rabbnya untuk ditunjukkan bagaimana yang mati dihidupkan. Maka saat Rabbnya bertanya, “Belum yakinkah engkau akan kuasaKu?”, dia menjawab sepenuh hati, “Aku yakin. Hanya saja agar hati ini menjadi tenteram.”

Tetapi keajaiban itu tak datang serta merta di hadapannya. Meski Allah bisa saja menunjukkan kuasaNya dalam satu kata “Kun!”, kita tahu, bukan itu yang terjadi. Ibrahim harus bersipayah untuk menangkap lalu mencincang empat ekor burung. Lalu disusurnya jajaran bukit-berbukit dengan lembah curam untuk meletakkan masing-masing cincangan. Baru dia bisa memanggilnya. Dan beburung itu mendatanginya segera.

Di sinilah rupanya keajaiban itu. Setelah kerja yang menguras tenaga.

Tetapi apakah selalu kerja-kerja kita yang akan ditaburi keajaiban?

Hajar dan bayinya telah ditinggalkan oleh Ibrahim di lembah itu. Sunyi kini menyergap kegersangan yang membakar. Yang ada hanya pasir dan cadas yang membara. Tak ada pepohon tempat bernaung. Tak terlihat air untuk menyambung hidup. Tak tampak insan untuk berbagi kesah. Keculai bayi itu. Isma’il. Dia kini mulai menangis begitu keras karena lapar dan kehausan.

Maka Hajar pun berlari, mencoba mengais jejak air untuk menjawab tangis putera semata wayangnya. Ada dua bukit di sana. Dan dari ujung ke ujung coba ditelisiknya dengan seksama. Tak ada. Sama sekali tak ada tanda. Tapi dia terus mencari. Berlari. Bolak-balik tujuh kali. Mungkin dia tahu, tak pernah ada air di situ. Mungkin dia hanya ingin menunjukkan kesungguhannya pada Allah. Sebagaimana telah ia yakinkan sang suami, “Jika ini perintah Allah, Dia takan pernah menyia-nyiakan kami!”

Maka kejaiban itu memancar. Zam zam! Bukan. Bukan dari jalan yang dia susuri atau jejak-jejak yang dia torehkan di antara Shafa dan Marwa. Air itu muncul justru dari kaki Isma’il yang bayi. Yang menangis. Yang haus. Yang menjejak-jejak. Dan Hajar pun takjub. Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita.

Mari belajar pada Hajar bahwa makna kerja keras itu adalah menunjukkan kesungguhan kita kepada Allah. Mari bekerja keras seperti Hajar dengan gigih, dengan yakin. Bahwa Dia tak pernah menyia-nyiakan iman dan amal kita. Lalu biarkan keajaiban itu datang dari jalan yang tak kita sangka atas kehendakNya yang Maha Kuasa. Dan biarkan keajaiban itu menenangkan hati ini dari arah manapun Dia kehendaki.

Bekerja saja. Maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga.

Di lintas sejarah berikutnya, datanglah seorang lelaki pengemban da’wah untuk menjadi ‘ibrah. Dari Makkah, dia berhijrah ke Madinah. Tak sesuatupun dia bawa dari kekayaan melimpah yang pernah memudahkannya. Dia, ‘Abdurrahman ibn ‘Auf. Dan Rasulullah yang tahu gaya hidupnya di Makkah mempersaudarakannya dengan seorang lelaki Anshar kaya raya. Sa’d ibn Ar Rabi’.

Kita hafal kemuliaan kedua orang ini. Yang satu menawarkan membagi rata segala miliknya yang memang berjumlah dua; rumah, kebun kurma, dan bahkan isterinya. Yang satu dengan bersahaja berkata, “Tidak saudaraku.. Tunjukkan saja jalan ke pasar!”

Dan kita tahu, dimulai dari semangat menjaga ‘izzah, tekadnya untuk mandiri, serta tugas suci menerjemahkan nilai Qurani di pasar Madinah, terbitlah keajaiban itu. ‘Abdurrahman ibn ‘Auf memang datang ke pasar dengan tangan kosong, tapi dadanya penuh iman, dan akalnya dipenuhi manhaj ekonomi Qurani. Dinar dan dirham yang beredar di depan matanya dia pikat dengan kejujuran, sifat amanah, kebersihan dari riba, timbangan yang pas, keadilan transaksi, transparansi, dan akad-akad yang tercatat rapi.

Sebulan kemudian dia telah menghadap Sang Nabi dengan baju baru, mewangi oleh tebaran minyak khaluq yang membercak-bercak. “Ya Rasulallah, aku telah menikah!”, katanya dengan sesungging senyum. Ya, seorang wanita Anshar kini mendampinginya. Maharnya emas seberat biji kurma. Walimahnya dengan menyembelih domba. Satu hari, ketika 40.000 dinar emas dia letakkan di hadapan Sang Nabi, beliau bersabda, “Semoga Allah memberkahi yang kau infaqkan juga yang kau simpan!”

Kita mengenangnya kini sebagai lelaki yang memasuki surga sambil merangkak.

Di mana titik mula keajaiban itu? Mungkin justru pada keberaniannya untuk menanggalkan segala kemudahan yang ditawarkan. Dalam pikiran kita, memulai usaha dengan seorang isteri, sebuah rumah tinggal, dan sepetak kebun kurma seharusnya lebih menjanjikan daripada pergi ke pasar dengan tangan kosong. Tetapi bagi ‘Abdurrahman ibn ‘Auf agaknya itu justru terlihat sebagai belenggu. Itu sebuah beban yang memberati langkahnya untuk menggapai kemuliaan yang lebih tinggi. Keajaiban itu datang dalam keterbatasan ikhtiyar keras si tangan kosong. Bukan pada kelimpahan yang ditawarkan saudaranya.

Memulai dengan tangan kosong seperti ‘Abdurrahman ibn ‘Auf seharusnya menjadi penyemangat kita bahwa itu semua mudah. Mungkin dan bisa. Tetapi apakah kemudahan itu? Suatu hari dalam perjamuan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, semua orang mencibir perjalanan Columbus menemukan dunia baru sebagai hal yang sebenarnya sangat mudah. Tinggal berlayar terus ke barat. Lalu ketemu.

Christopher Columbus tersenyum dari kursinya. Diambil dan ditimangnya sebutir telur rebus dari piring di depannya. “Tuan-tuan”, suaranya menggelegar memecah ricuh bebisikan. “Siapa di antara kalian yang mampu memberdirikan telur ini dengan tegak?”

“Christopher”, kata seorang tua di sana, “Itu adalah hal yang tidak mungkin!”

Semua mengangguk mengiyakan.

“Saya bisa”, kata Columbus. Dia menyeringai sejenak lalu memukulkan salah satu ujung telurnya sampai remuk. Lalu memberdirikannya.

“Oh.. Kalau begitu, kami juga bisa!”, kata seseorang. “Ya.. ya.. ya..”, seru yang lain. Dan senyum Columbus makin lebar. Katanya, “Itulah bedanya aku dan kalian Tuan-tuan! Aku memang hanya melakukan hal-hal yang mudah dalam kehidupan ini. Tetapi aku melakukannya di saat semua orang mengatakan bahwa hal mudah itu mustahil!”

Nah, para pengemban da’wah, bekerjalah. Maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga. Mulailah. Karena dalam keberanian memulai itulah terletak kemudahannya. Bukan soal punya dan tak punya. Mampu atau tak mampu. Miskin atau kaya. Kita bekerja, karena bekerja adalah bentuk kesyukuran yang terindah. Seperti firmanNya;

“..Bekerjalah hai keluarga Daud, untuk bersyukur. Dan sedikit sekali di antara hambaKu yang pandai bersyukur.” (Saba’ 13)

Sumber : http://salim-a-fillah.blog.friendster.com/2009/11/bekerja-maka-keajaiban/

Saatnya Jatuh Cinta

29/01/2012
APAKAH Anda masih bernasib seperti Siti Nurbaya atau menikah tanpa diawali dengan cinta atau malah kehilangan cinta “di tengah jalan”, inilah saatnya Anda kembali jatuh cinta pada pasangan Anda!

Kata orang cinta itu bisa datang kapan saja dan menguap kapan saja. Namun demikian, dalam pernikahan tentu “kata orang” ini sudah tak dapat dijadikan rujukan lagi. Kita bukan lagi ABG yang sedang mengalami cinta sesaat dan cinta pun bukan “Jelangkung” yang datang tak dijemput pulang tak diantar.

Dijemput dan Dirawat

Dalam pernikahan jatuh cinta dan selalu dalam keadaan jatuh cinta adalah kondisi yang harus selalu diusahakan. Begitupun, cinta harus selalu dijemput dan diantarkan dengan segenap ketulusan bila kelak maut memisahkan. Dalam pernikahan, cinta bukanlah sesuatu yang jatuh bagaikan durian runtuh atau menunggu nasib baik yang sedang berpihak.

Karena, dalam berumahtangga, cinta adalah sesuatu yang harus diusahakan dan bila telah hadir, maka keharusan berikutnya adalah merawatnya. Layaknya orang yang tengah mengusahakan, maka yang harus bertindak pertama kali tentu haruslah berasal dari diri kita sendiri.

Cinta akan tumbuh manakala kita berusaha untuk menghadirkan cinta, melalui apa-apa yang kita usahakan. Menjadi pribadi yang layak untuk dicintai tentu adalah pilihan tak dapat ditawar lagi. Bagaimana mungkin kita menjadi pribadi yang layak dicintai, manakala kita tidak dapat menunjukkan betapa berharganya cinta yang kita miliki, sekaligus betapa ruginya bila cinta itu tak disambut oleh pasangan kita.

Bila kondisi seperti inilah yang berusaha kita hadirkan, tentu tak akan ada hati yang tak tergerak menyambut cinta yang kita berikan. Sungguh, cinta adalah keajaiban. Sesuatu yang tak akan dapat hadir dari sejumlah aturan, apalagi daftar panjang hak dan kewajiban. Ia hanya dapat hadir dari sejumlah ketulusan dan akhlaq terbaik yang kita hadirkan. Untuk menjemput satu kunci yang hanya dapat turun melalui berkahNya yaitu karuniaNya agar cinta dapat menjelma selamanya dalam hati kita.

Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah selama Beliau menikahi Khadijah ra dan mengarungi kehidupan bersamanya. Rasulullah tak pernah diam untuk mengusahakan agar cinta itu tetap tumbuh dan selalu dalam keadaan jatuh cinta.

Lihatlah betapa indahnya percakapan antara Rasulullah dan Khadijah berikut ini, “Duhai Dinda Khadijah, aku mencintaimu.” Maka Ibunda Khadijah pun menjawab, “Wahai Kakanda akupun mencintaimu bahkan sepuluh kali lipat lebih besar dari cintamu kepadaku.” Rasulullah kembali berkata, “Bagaimana jika cintaku kepadamu juga sepuluh kali lipat?” “Maka cintaku kepadamu akan menjadi seratus kali lipat.”

Subhanallah, indahnya jika pernikahan senantiasa disegarkan dengan kalimat-kalimat romantis seperti ini. Lebay (berlebihan)? Ya, cinta memang selalu lebay. Bila cinta tak lebay, maka mustahil bisa merekatkan dua orang dengan pribadi yang berbeda.

Karena itu, jangan pernah malu untuk mengekspresikan cinta Anda bahkan dengan cara yang paling lebay sekalipun. Seorang suami paling suka diperlakukan dengan cara yang istimewa, begitupun istri paling senang mendengar apa yang dinantikannya.

Tangga ke Surga

Lalu bagaimana jika hubungan kita dengan pasangan terlanjur kian terasa “adem ayem”? Maka pikirkanlah kembali apa yang Anda cari dalam pernikahan. Telaah kembali masak-masak apa yang membuat Anda dan dia bersedia menyatu dalam pernikahan. Bila alasannya adalah karena kecantikannya atau ketampanannya, karena status sosialnya, atau karena kemapanannya maka sudah saatnya Anda mengganti alasan-alasan tersebut menjadi alasan-alasan orang dewasa untuk jatuh cinta.

Sebuah syair Arab menggambarkannya dengan lebih gamblang, “Palingkanlah hatimu pada apa saja yang engkau cintai. Tidaklah kecintaanmu itu kecuali pada cinta pertamamu yaitu Allah Azzawajalla. Berapa banyak tempat tinggal di bumi yang ditempati seseorang. Dan selamanya kerinduannya hanyalah pada tempat tinggalnya yang semula.”

Artinya, begitu banyak alasan seseorang untuk jatuh cinta. Semuanya berujung pada kerinduan seseorang pada sebuah romantisme yang menjadi udara dalam kebersamaan. Nah, bila ini yang kita inginkan, maka kembalilah pada Yang Paling berkuasa atas segala cinta yang ada di dalam dada. Jadikanlah cinta yang masih tersisa dalam hati kita sebagai modal untuk meraih cintaNya dengan cara-cara yang juga dicintaiNya. Salah satunya adalah dengan kembali membangun cinta pada pasangan kita. Sungguh, semuanya adalah untuk Allah, sebagaimana kita pun hidup di dunia ini untuk-Nya.

Sementara itu, surga yang kita impikan pun hanya dapat diraih dengan membangun tangga yang kuat untuk meraihnya. Jalinan yang mengikat anak-anak tangga itu menjadi kuat itulah yang bernama cinta. Karena itu, jangan biarkan anak-anak tangga yang kita persiapkan itu berserak sia-sia hanya karena kita tak mengikatnya dengan cinta yang kokoh. Inilah yang disebut dengan alasan orang dewasa bahkan orang beriman untuk jatuh cinta. Jatuh cinta selalu untuk saling mengantarkan ke surga.

Sebagaimana yang digambarkan dalam ayat 71 surat At-Taubah:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

Kemudian, agar cinta senantiasa merekah dan jatuh cinta menjadi keseharian, nasihat dari istri Auf bin Muhallim Asy-Syibani pada anaknya nampaknya layak untuk sama-sama kita pegang teguh;

“Jadilah engkau orang yang paling mengagungkan dirinya, maka dia akan jadi orang yang memuliakanmu. Jadilah engkau orang yang paling mendukungnya, niscaya ia akan menjadi orang yang setia berada di sisimu. Dan ketahuilah anakku, engkau tidak akan pernah sampai pada apa yang engkau cintai darinya sampai engkau mendahulukan keridaannya atas keridaan dirimu, dan keinginannya atas keinginanmu terhadap segala hal yang engaku senangi dan engkau benci. Semoga Allah memberi kebaikan atasmu dan melindungimu.”

Meski nasihat di atas diperuntukkan istri Auf bin Muhallim Asy-Syibani pada puterinya, alangkah indahnya bila kehendak untuk mengutamakan pasangan atas keinginan diri sendiri menjadi hal yang sama-sama kita perjuangkan. Agar kebagiaan dan cinta ada di hati kita dan juga di hatinya.

*Kartika Trimarti, ibu rumah tangga tinggal di Bekasi

Sumber : hidayatullah.com

Roda Kehidupan

28/01/2012
Seorang lelaki setengah baya dengan tidak kenal lelah berkeliling menjajakan dagangannya.
Dengan bajay tuanya yang ia sulap menyerupai sebuah toko kelontong “berjalan” serba ada lagi, beliau berkeliling
dari satu kampung ke kampung yang lain.

Tidak ada yang aneh memang, karena itu merupakan rutinitas seorang pedagang, tapi apakah anda tahu kalau beliau ini adalah orang dengan keterbatasan fisiknya. Kedua kakinya harus rela diamputasi ketika beliau mendapat sebuah kecelakaan hebat pada saat beliau menjadi seorng kenek, mobil yang ia tumpangi terbalik.

Tapi itu tidak membuat beliau putus asa dan terpuruk.
Beliau bangkit dengan tekad yang kuat dan semangat pantang menyerah, dan terbukti beliau mampu menaklukkan kerasnya kehidupan Jakarta dengan keterbatasan fisiknya.

Dua kata yang pantas “LUAR BIASA”

Terserah ‘hikmah dan pembelajaran’ apa yang bisa kita ambil dari cerita diatas.

Di dalam kehidupan ada saat bahagia dan ada saat berduka.
Untuk itu jangan meramalkan kalau hidup kita hanya akan berjalan pada satu rel saja.

Berusahalah untuk menambah point bahagia,
dan jangan bersikap terlalu dalam menanggung derita.
Kehidupan jauh lebih sederhana dari apa yang kita bayangkan.
Jika kita mencari sesuatu dalam hidup,
tentu kita akan mendapatkannya.

Lantas mengapa kita tidak mencari kesenangan dan bahagia?
Mengapa kita malah gemar mengembangkan konflik,
mengingat hal buruk dan menyusahkan diri sendiri??

Perubahan itu tergantung pada kita,
Berani atau tidak untuk merubahnya.

Apakah Diri Anda Benar benar Baik ?

28/01/2012
Ketika orang senyum ramah & bersikap hormat pada Anda, spontan Anda akan membalas dengan senyuman, hormat & merasa bahagia.

Ketika orang berbicara ketus, bersikap menghina, Anda pun membalas dengan ketus, balik menghina dan sakit hati.

Anda telah membiarkan orang lain menentukan sikap Anda.

Anda menjadi baik karena orang baik pada Anda.

Anda menjadi jahat karena orang menjahati Anda.

Anda jujur karena lingkungan jujur.

Anda licik karena lingkungan licik.

Anda berjudi karena orang berjudi.

Anda beramal karena orang beramal kepada Anda.

Anda baik bukan karena Anda baik,

tapi karena orang-orang baik.

Anda kejam bukan karena Anda jahat,

tapi karena orang-orang kejam lalu Anda menjadi kejam.

Dimana diri Anda?

Dimana kesadaran & kepribadian Anda?

Anda tidak mempunyai kepribadian,

orang-orang yg menentukan kepribadian Anda.

Anda tidak punya sikap,

lingkungan yg memberi Anda sikap.

Anda tidak menjadi tuan bagi diri Anda, orang-orang & lingkungan yg menjadi tuan atas diri Anda.

Inilah bedanya kita dengan orang bijak. Orang bijak melakukan kebaikan bukan karena dunia baik padanya.

Orang bijak melakukan kebaikan walaupun dunia menjahatinya.

Pencarian

Jadilah Pribadi yang Dirindukan Kehadirannya

27/01/2012
Kehadiran Anda akan selalu dirindukan orang, apabila Anda :
menggunakan nama yang baik, berbicara dengan bahasan yang indah,
dan berlaku dengan cara-cara yang ramah di hati orang lain.
Dan jika mungkin,
jadikanlan kehadiran Anda pengindah waktu mereka

Sahabat saya yang baik hatinya,
adik-adik dan anak-anakku terkasih,

Jadilah pribadi yang dirindukan kehadirannya.

Kehadiran Anda akan selalu dirindukan orang,
apabila Anda:
menggunakan nama yang baik, berbicara dengan bahasa yang indah,
dan berlaku dengan cara-cara yang ramah di hati orang lain.

Dan jika mungkin, jadikanlah kehadiran Anda sebagai pengindah waktu mereka.

Maka indahkanlah nama Anda, tutur kata, dan cara-cara Anda dalam membawa diri.

Sebutlah nama orang lain dengan nada yang penuh kebaikan, dan senangkanlah mereka dengan menyampaikan terima kasih, pujian, dan anjuran ramah yang membangun.

Pastikanlah mereka meninggalkan Anda dengan hati yang lebih bergembira daripada saat mereka datang menemui Anda.

Sahabat saya yang baik hatinya,
yang sedang ditunggu ketegasannya untuk memutuskan yang baik, dan yang sedang dinantikan keikhlasannya untuk membarukan dirinya agar Anda berhak bagi kehidupan yang kualitasnya baru.

Jadilah pribadi yang karena kebaikan pekertinya, dirindukan oleh mereka yang merindukan kebaikan hidup.

Karena, setiap jiwa pasti merindukan kehadiran Anda yang membantu banyak orang menemukan kualitas-kualitas asli mereka, membangun kegembiraan dan rasa hormat kepada diri mereka sendiri, dan membantu memperjelas alasan dan tujuan perjalanan hidup mereka.

Mario Teguh

3 Amalan Harian Muslim Sejati

22/01/2012
Saudaraku, setiap waktu merupakan ladang pahala bagi setiap muslim… Oleh sebab itu, janganlah kau lewatkan setiap jengkal waktu yang engkau lalui dengan kesia-siaan dan merugikan diri sendiri.

Berikut ini, akan kami sebutkan tiga buah amalan yang agung di sisi Allah, amalan yang dicintai-Nya, amalan yang akan mendekatkan dirimu kepada-Nya, amalan yang akan menentramkan hatimu dimanapun kau berada, amalan yang akan menjadi tabunganmu menyambut hari esok setelah ditiupnya sangkakala dan hancurnya dunia beserta segenap isinya…

Semoga Allah mengumpulkan kita bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang salih di dalam surga-Nya…, Allahumma amin.

[1] Perbanyaklah berdzikir kepada-Nya


Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku pun akan mengingat kalian.” (QS. al-Baqarah: 152). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya…” (QS. al-Ahzab: 41). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah.” (QS. al-Munafiqun: 9). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul seraya mengingat Allah, melainkan pasti malaikat akan menaungi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan Allah akan menyebut-nyebut nama mereka di hadapan malaikat yang di sisi-Nya.” (HR. Muslim)

[2] Tetaplah berdoa kepada-Nya


Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Rabb kalian berfirman; Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri sehingga tidak mau beribadah (berdoa) kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir: 60). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada suatu urusan yang lebih mulia bagi Allah daripada doa.” (HR. al-Hakim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah subhanah, maka Allah murka kepada dirinya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita tabaraka wa ta’ala setiap malam yaitu pada sepertiga malam terakhir turun ke langit terendah dan berfirman, ‘Siapakah yang mau berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan, siapakah yang mau meminta kepada-Ku niscaya Aku beri, siapa yang mau meminta ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

[3] Mohon ampunlah kepada-Nya

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Allah akan menyiksa mereka sementara kamu berada di tengah-tengah mereka, dan tidaklah Allah akan menyiksa mereka sedangkan mereka selalu beristighfar/meminta ampunan.” (QS. al-Anfal: 33). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku setiap hari meminta ampunan dan bertaubat kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari).

Saudaraku,… perjalanan waktu menggiring kita semakin mendekati kematian… Oleh sebab itu marilah kita isi umur kita dengan dzikir, doa, dan taubat kepada-Nya. Mudah-mudahan kita termasuk golongan yang dicintai-Nya, diampuni oleh-Nya, dan mendapatkan rahmat dari-Nya…

Sumber:
Kitab adz-Dzikr wa ad-Du’a karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Artikel www.muslim.or.id

Ingat Mati

21/01/2012
Bagi yang masih hidup perbanyaklah mengingat mati ….. karena ……

Pertama, Mengingat mati adalah ibadah yang sangat dianjurkan.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ ». يَعْنِى الْمَوْتَ.

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi).

Kedua, Maut kapan saja bisa menghampiri dan tidak akan pernah keliru dalam hitungannya, maka jauhilah perbuatan dosa dari kesyirikan, bid’ah dan maksiat lainnya.

{وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ}

Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raf: 34).

{وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا} [المنافقون : 11]

Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila. datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Munafiqun: 11).

Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Renungkanlah wahai manusia, (sebenarnya) kamu akan dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian tidak ada batas waktu yang kita ketahui, terkadang seorang manusia keluar dari rumahnya dan tidak kembali kepadanya (karena mati), terkadang manusia duduk di atas kursi kantornya dan tidak bisa bangun lagi (karena mati), terkadang seorang manusia tidur di atas kasurnya, akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke tempat pemandian mayatnya (karena mati). Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan kita untuk menggunakan sebaiknya kesempatan umur, dengan taubat kepada Allah Azza wa Jalla. Dan sudah sepantasnya manusia selalu merasa dirinya bertaubat, kembali, menghadap kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan dia dalam sebaik-baiknya keadaan yang diinginkan.” (Lihat Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu Utsaimin, 8/474).

Ketiga, Maut tidak ada yang mengetahui kapan datangnya melainkan Allah Ta’ala semata, tetapi dia pasti mendatangi setiap yang bernyawa, maka jauhilah hal-hal yang tidak bermanfaat selama hidup.

( كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ) [آل عمران : 185]

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari. kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185).

(إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ) [لقمان: 34 ]

Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Lukman: 34).

Keempat, Siapa yang mati mulai saat itulah kiamatnya, tidak ada lagi waktu untuk beramal.

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ كَانَ الأَعْرَابُ إِذَا قَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- سَأَلُوهُ عَنِ السَّاعَةِ مَتَى السَّاعَةُ فَنَظَرَ إِلَى أَحْدَثِ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ فَقَالَ «إِنْ يَعِشْ هَذَا لَمْ يُدْرِكْهُ الْهَرَمُ قَامَتْ عَلَيْكُمْ سَاعَتُكُمْ»

Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Orang-orang kampung Arab jika datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka bertanya tentang hari kiamat, kapan datangnya, lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melihat kepada seorang yang paling muda dari mereka, kemudian beliau bersabda: “Jika hidup pemuda ini dan tidak mendapati kematian, maka mulai saat itulah kiamat kalian datang.” (HR. Muslim).

المغيرة بن شعبة رضي الله عنه: أيها الناس إنكم تقولون: القيامة، القيامة؛ فإن من مات قامت قيامته.

Al Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya kalian mengucapkan: “Kiamat, kiamat…maka ketahuilah, siapa yang mati mulai saat itulah dibangkitkan kiamat dia.” (Lihat kitab Al Mustadrak ‘Ala majmu’ al Fatawa, 1/88).

Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Yang demikian itu, karena seorang manusia jika mati, maka dia masuk ke dalam hari kiamat, oleh sebab itulah dikatakan: ‘Siapa yang mati mulailah kiamatnya, setiap apa yang ada sesudah kematian, maka sesungguhnya hal itu termasuk dari hari akhir. Jadi, alangkah dekatnya hari kiamat bagi kita, tidak ada jaraknya antara kita dengannya, melainkan ketika sesesorang mati, kemudian dia masuk ke kehidupan akhirat, tidak ada di dalamnya kecuali balasan atas amal perbuatan. Oleh sebab inilah, harus bagi kita untuk memperhatikan poin penting ini.” (Lihat Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu Utsaimin, 8/474).

Kelima, Dengan mengingat mati melapangkan dada, menambah ketinggian frekuensi ibadah

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “أكثروا ذكر هاذم اللذات: الموت، فإنه لم يذكره في ضيق من العيش إلا وسعه عليه، ولا ذكره في سعة إلا ضيقها”

Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutuskan kelezatan, yaitu kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan kesempitan hidup, melainkan dia akan melapangkannya, dan tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, melainkan dia akan menyempitkannya.” HR. Ibnu HIbban dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’.

Ad Daqqaq rahimahullah berkata,

“من أكثر ذكر الموت أكرم بثلاثة: تعجيل التوبة، وقناعة القلب، ونشاط العبادة، ومن نسى الموت عوجل بثلاثة: تسويف التوبة، وترك الرضا بالكفاف، والتكاسل في العبادة” تذكرة القرطبي : ص 9

Artinya: “Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal: “Bersegera taubat, puas hati dan semangat ibadah, dan barangsiapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; menunda taubat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah” (Lihat kitab At Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa Umur Al Akhirah, karya Al Qurthuby).

Keenam, Dengan mengingat mati seseorang akan menjadi mukmin yang cerdas berakal, mari perhatikan riwayat berikut:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ: «أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ: «أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ»

Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bercerita: “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik?”, beliau menjawab: “Yang paling baik akhlaknya”, orang ini bertanya lagi: “Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?”, beliau menjawab: “Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah yang berakal”. (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Ibnu Majah).

Ketujuh, Hari ini yang ada hanya beramal tidak hitungan, besok sebaliknya.

Ali bin Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,

ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ.

Artinya: “Dunia sudah pergi meninggalkan, dan akhirat datang menghampiri, dan setiap dari keduanya ada pengekornya, maka jadilah kalian dari orang-orang yang mendambakan kehidupan akhirat dan jangan kalian menjadi orang-orang yang mendambakan dunia, karena sesungguhnya hari ini (di dunia) yang ada hanya amal perbuatan dan tidak ada hitungan dan besok (di akhirat) yang ada hanya hitungan tidak ada amal.” (Lihat kitab Shahih Bukhari).

*) Ditulis oleh seorang yang mendambakan husnul khatimah: Ahmad Zainuddin, Selasa 4 Sya’ban 1432H, Dammam KSA.



Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc
Artikel www.muslim.or.id

Allah itu Indah dan Menyukai Keindahan (Al Jamil)

21/01/2012
Nama Allah Ta’ala yang maha mulia ini disebutkan dalam sebuah hadits yang shahih, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

((لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقالُ ذرة من كبر)). قال رجل: إن الرجل يحب أن يكون ثوبه حسناً ونعله حسنةً. قال: ((إن الله جميلٌ يحب الجمال، الكبر بطر الحق وغمط الناس)) رواه مسلم.

“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat biji debu”. Ada seorang yang bertanya: Sesungguhnya setiap orang suka (memakai) baju yang indah, dan alas kaki yang bagus, (apakah ini termasuk sombong?). Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”[1].

Makna al-Jamil secara bahasa

Ibnu Faris menjelaskan bahwa asal kata nama ini menunjukkan dua makna, salah satunya adalah indah/bagus[2].

Al-Fairuz Abadi menjelaskan bahwa asal kata nama ini berarti keindahan dalam tingkah laku dan rupa[3].

Ibnul Atsir lebih lanjut menjelaskan bahwa al-Jamil berarti Yang Maha Indah perbuatan-perbuatan-Nya dan sempurna sifat-sifat-Nya[4].

Penjabaran makna nama Allah al-Jamil

Nama Allah Ta’ala yang agung ini menunjukkan sempurnanya keindahan Allah Ta’ala pada semua nama, sifat, zat dan perbuatan-Nya[5].

Imam an-Nawawi menjelaskan makna hadits di atas: bahwa semua urusan Allah Ta’ala (maha) indah dan baik, dan Dia memiliki nama-nama yang maha indah serta sifat-sifat yang maha bagus dan sempurna[6].

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan hal ini dengan terperinci dalam ucapan beliau: “Keindahan Allah Ta’ala ada empat tingkatan: keindahan zat, keindahan sifat, keindahan perbuatan dan keindahan nama. Maka nama-nama Allah semuanya maha indah, sifat-sifat-Nya semuanya maha sempurna, dan perbuatan-perbuatan-Nya semuanya (mengandung) hikmah, kemaslahatan (kebaikan), keadilan dan rahmat (kasih sayang). Adapun keindahan zat dan apa yang ada padanya, maka ini adalah perkara yang tidak bisa dicapai dan diketahui oleh selain-Nya. Semua makhluk tidak memiliki pengetahuan tentang itu kecuali (sedikit) pengetahuan yang dengan itulah Dia memperkenalkan dirinya kepada hamba-hamba yang dimuliakan-Nya. Sesungguhnya keindahan-Nya itu terjaga dari (segala bentuk) perubahan, terlindungi dengan tabir selendang dan sarung (kemuliaan), sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah (hadits qudsi), “Kebesaran itu adalah selendang-Ku dan keagungan itu adalah sarung-Ku…”[7]. Maka bagaimana anggapanmu terhadap keindahan yang ditutupi dengan sifat-sifat kesempurnaan, keagungan dan kemuliaan?

Dari makna inilah kita dapat memahami sebagian arti keindahan zat-Nya, karena sesungguhnya seorang hamba akan terus meningkat (pengetahuannya tentang Allah Ta’ala), dari mengenal perbuatan-perbuatan-Nya (meningkat) menjadi mengenal sifat-sifat-Nya, dan dari mengenal sifat-sifat-Nya (meningkat) menjadi mengenal zat-Nya. Maka jika dia menyaksikan sesuatu (yang merupakan pengaruh baik) dari keindahan perbuatan-Nya, dia akan menjadikannya sebagai (argumentasi) yang menunjukkan keindahan sifat-Nya, kemudian keindahan sifat ini dijadikannya sebagai (argumentasi) yang menunjukkan keindahan zat-Nya.

Dari sinilah jelas (bagi kita) bahwa Allah Ta’ala bagi-Nyalah segala pujian, dan bahwa tidak ada seorang makhluk pun yang mampu membatasi/menghitung sanjungan bagi-Nya, bahkan Dia adalah seperti pujian yang ditujukan-Nya untuk diri-Nya sendiri. Dialah yang berhak disembah, dicintai dan disyukuri karena zat-Nya, dan Dia mencintai, memuji dan menyanjung diri-Nya sendiri. Sesungguhnya kecintaan, pujian, sanjungan dan pengesaan-Nya terhadap diri-Nya sendiri, pada hakikatnya itulah pujian, sanjungan, cinta dan tauhid (yang sebenarnya). Maka Allah Ta’ala adalah seperti pujian yang ditujukan-Nya untuk diri-Nya sendiri dan di atas pujian yang ditujukan makhluk-Nya kepada-Nya, Dan Allah Ta’ala dicintai zat, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Semua perbuatan-Nya indah dan dicintai, meskipun diantara obyek perbuatan-Nya ada yang dibenci dan tidak disukai-Nya, akan tetapi tidak ada pada perbuatan-Nya sesuatu yang dibenci dan dimurkai. Tidak ada satupun di alam ini yang dicintai, dipuji karena zatnya kecuali Allah Ta’ala. Dan semua yang dicintai selain-Nya, jika kecintaan tersebut mengikui kecintaan kepada-Nya, yaitu dengan mencintainya karena-Nya, maka kecintaan ini adalah kecintaan yang benar. Adapun selain itu adalah kecintaan yang batil (salah).

Inilah hakikat ilahiyyah (penghambaan diri kepada-Nya), karena sembahan yang benar dialah yang dicintai dan dipuji zat-Nya. Terlebih lagi jika semua itu digandengkan dengan (mengingat dan menyakini) kebaikan, limpahan nikmat, kelembutan, pengampunan, pemaafan, anugerah dan rahmat-Nya.

Maka seorang hamba hendaknya memahami bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah, maka dia mencintai dan memuji-Nya karena zat dan kesempurnaan-Nya. Dan hendaknya dia mengetahui bahwa pada hakikatnya tidak ada yang melakukan kebaikan (kepadanya) dengan (melimpahkan) berbagai macam nikmat lahir dan batin, kecuali Allah (Ta’ala), maka dia mencintai-Nya karena kebaikan dan limpahan nikmat-Nya, dan memuji-Nya atas semua itu. Maka dia mencintai Allah dari kedua segi itu secara bersamaan.

Sebagaimana Allah (Ta’ala) tidak ada sesuatu pun yang meyerupai-Nya, maka kecintaan kepada-Nya tidak seperti kecintaan kepada selain-Nya. Dan kecintaan yang disertai ketundukan itulah (hakikat) penghambaan diri (kepada-Nya), yang untuk tujuan inilah Allah menciptakan (semua) makhluk-Nya. Karena ubudiyyah (penghambaan diri) adalah kecintaan yang utuh disertai ketundukan yang sempurna, yang ini semua tidak pantas ditujukan kecuali kepada Allah Ta’ala (semata-mata). Dan menyekutukan-Nya dalam hal ini adalah perbuatan syirik yang tidak diampuni-Nya dan tidak diterima amal perbuatan pelakunya”[8].

Di tempat lain, beliau berkata, “Kecintaan itu memiliki dua (sebab) yang membangkitkannya, (yaitu) keindahan dan pengagungan, dan Allah Ta’ala memiliki kesempurnaan yang mutlak pada semua itu, karena Dia Maha Indah dan mencintai keindahan, bahkan semua keindahan adalah milik-Nya, dan semua pengagungan (bersumber) dari-Nya, sehingga tidak ada sesuatupun yang berhak untuk dicintai dari semua segi karena zatnya kecuali Allah Ta’ala “[9].


Pengaruh positif dan manfaat mengimani nama Allah al-Jamil

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Termasuk jenis pengetahuan yang paling mulia adalah mengenal Allah Ta’ala dengan (sifat) al-jamal (maha indah). Ini adalah pengetahuan (yang dimiliki) hamba-hamba (Allah) yang istimewa. Semua manusia mengenal-Nya dengan satu sifat dari semua sifat-Nya, akan tetapi yang paling sempurna pengetahuannya (tentang Allah Ta’ala) adalah yang mengenal-Nya dengan (sifat) kesempurnaan, keagungan dan keindahan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dalam semua sifat-sifat-Nya. Seandainyapun semua makhluk memiliki rupa yang paling indah, kemudian keindahan mereka lahir dan batin dibandingkan dengan keindahan Allah Ta’ala, maka sungguh (perbandingannya) lebih rendah dari pada perbandingan pelita yang redup (cahayanya) dengan (terangnya cahaya) lingkaran matahari … Cukuplah (yang menunjukkan kesempurnaan) keindahan-Nya bahwa semua keindahan lahir dan batin di dunia dan akhirat adalah termasuk jejak-jejak penciptaan-Nya, maka bagaimana pula dengan zat yang bersumber darinya (semua) keindahan ini?”[10].

Kemudian, pengaruh positif mengimani nama Allah yang maha agung ini dapat kita ambil dari penjelasan makna hadits di atas.

Sabda Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan”, mengandung dua unsur landasan Islam yang agung, yaitu pengetahuan tentang sifat Allah Ta’ala dan pengamalan konsekwensi dari sifat tersebut. Yang pertama kita mengenal Allah Ta’ala dengan sifat maha indah yang tidak ada satu makhlukpun menyerupainya, kemudian yang kedua kita beribadah kepada Allah Ta’ala dengan sifat indah yang dicintai-Nya, dalam ucapan, perbuatan dan akhlak.

Allah Ta’ala mencintai seorang hamba yang memperindah/menghiasi ucapannya dengan kejujuran, hatinya dengan keikhlasan, kecintaan, selalu kembali dan bertawakkal (kepada-Nya), dan anggota badannya dengan ketaatan (kepada-Nya), serta tubuhnya dengan memperlihatkan nikamat yang dianugrahkan-Nya kepadanya, dalam berpakaian, membersihkan tubuh dari najis dan kotoran, memotong kuku, dan sebagainya. Maka hamba yang dicintai-Nya adalah hamba yang mengenal-Nya dengan sifat maha indah-Nya kemudian beribadah kepada-Nya dengan keindahan yang ada pada agama dan syariat-Nya.

Hadits di atas maknanya meliputi keindahan pada pakaian dan alas kaki yang ditanyakan oleh sahabat di atas, juga maknanya secara umum meliputi keindahan pada segala sesuatu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“إن الله يحب أن يرى أثر نعمته على عبده”

“Sesungguhnya Allah suka melihat (tampaknya) bekas nikmat (yang dilimpahkan-Nya) kepada hamba-Nya”[11].

Maka Allah Ta’ala suka melihat (tampaknya) bekas nikmat (yang dilimpahkan-Nya) kepada hamba-Nya, karena ini termasuk keindahan yang dicintai-Nya, dan ini termasuk bentuk syukur kepada-Nya atas limpahan nikmat-Nya. Bersyukur adalah bentuk keindahan dalam batin, maka Allah Ta’ala suka melihat pada diri hamba-Nya keindahan lahir yang berupa tampaknya bekas nikmat-Nya pada diri hamba-Nya.

Oleh karena itulah, Allah menurunkan kepada hamba-hamba-Nya pakaian dan perhiasan untuk memperindah (penampilan) lahir mereka, dan Dia memerintahkan kepada mereka untuk bertakwa (kepada-Nya) karena ini akan memperindah batin mereka. Allah Ta’ala berfirman,

{يا بني آدم قد أنزلنا عليكم لباساً يواري سوآتكم وريشاً، ولباس التقوى ذلك خير}

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi ‘auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan, dan pakaian taqwa itulah yang lebih baik” (QS al-A’raaf:26).

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman tentang keadaan penduduk surga:

{ولَقَّاهُمْ نضْرَةً وسُرُوْراً، وجزاهم بما صبروا جَنَّةً وحَرِيْراً}

“Dan Dia menganugerahkan kepada mereka kecerahan (wajah) dan kegembiraan (hati). Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera” (QS al-Insaan:12).

Maka Allah Ta’ala menghiasi wajah mereka dengan kecerahan, batin mereka dengan kegembiraan, dan tubuh mereka dengan pakaian sutera[12].

Penutup

Demikianlah, dan kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar dia menganugerahkan kepada kita semua keindahan lahir dan batin, di dunia dan akhirat kelak, serta memudahkan kita untuk memahami dan mengamalkan petunjuk-Nya dengan baik dan benar, sesungguhnya Dia Maha Indah dan Maha Mengabulkan doa.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 3 Syawwal 1430 H

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

Artikel www.muslim.or.id

[1] HSR Muslim (no. 91).
[2] Mu’jamu maqaayiisil lughah (1/427).

[3] Al-Qamus al-muhith (hal. 1266).

[4] An-Nihayah fi gariibil hadits wal atsar (1/812).

[5] Lihat “Fiqhul asma-i husna” (hal. 291).

[6] Syarh shahih Muslim (2/90).

[7] HR Abu Dawud (no. 4090) dan Ibnu Majah (no. 4174), dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani.

[8] Kitab “al-Fawa-id” (hal. 182-183).

[9] Kitab “al-Jawabul kaafi” (hal. 164).

[10] Kitab “al-Fawa-id” (hal. 181-182).

[11] HR at-Tirmidzi (no. 2819) dan al-Hakim (no. 7188), dinyatakan shahih oleh al-Hakim dan disepakati adz-Dzahabi, juga dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan al-Albani.

[12] Lihat kitab “Fiqhul asma-il husna” (hal. 293-294).

Raja dan 7 Orang Buta

20/01/2012
Ada cerita yang sangat menarik yang bisa kita ambil hikmahnya, cerita ini saya kutip dari penulis bernama Abrahm dalam bukunya cacing dan kotoran kesayangannya.

Dahulu kala, terdapatlah seorang Raja yang mengalami kerepotan dengan para menterinya. Mereka terlalu banyak berbantah sehingga nyaris tak satupun keputusan dapat diambil. Para menteri itu, mengikuti tradisi politik kuno, masing-masing menyatakan bahwa hanya dirinyalah yang paling benar dan yang lainnya salah. Meskipun demikian, ketika sang Raja yang penuh kuasa menggelar perayaan festival umum, mereka semua bisa sepakat untuk cuti bersama.

Festival yang luar biasa itu digelar di sebuah stadion besar. Ada nyanyian dan tarian, akrobat, badut,musik dan banyak lagi. Dan di puncak acara, di kerumunan banyak orang, dengan para menteri yang tentunya menempati tempat duduk terbaik, sang Raja menuntun sendiri gajah kerajaan ke tengah arena. Dibelakang gajah itu berjalanlah tujuh orang buta, yang telah diketahui oleh umum sebagai orang-orang yang buta sejak lahir.

Sang raja meraih tangan orang buta pertama, menuntunnya untuk meraba belalai gajah itu dan memberitahunya bahwa itulah gajah.

Raja lalu membantu orang buta kedua untuk meraba gading sang gajah, orang buta ketiga meraba kupingnya, yang keempat meraba kepalanya, yang kelima meraba badannya, yang keenam meraba kaki, dan yang ketujuh meraba ekornya, lalu menyatakan kepada masing-masing orang buta bahwa itulah yang dinamankan dengan gajah. Lalu Raja kembali kepada sibuta pertama dan memintanya untuk menyebutkan dengan lantang seperti apakah gajah itu.

“Menurut pertimbangan dan pendapat saya yang ahli ini,” kata si buta pertama, yang meraba belalai gajah,”saya nyatakan dengan keyakinan penuh bahwa’seekor gaja’ adalah sejenis ular, marga python asiaticus.”

“Sungguh omong kosong,” seru si buta kedua, yang meraba gading gajah.”Seekor Gajah terlalu keras untuk dianggap sebagai seekor ular. Fakta sebenarnya, dan saya tak pernah salah, gajah itu seperti bajak petani.”

“Hahaha, Jangan Melucu,” cemooh si buta ketiga, yang meraba kuping gajah. “seekor gajah, adalah seperti daun kipas yang besar.”

“Kalian idiot tak berguna!” kata sibuta keempat, yang meraba kepala gajah.seekor gajah, sudah pasti adalah sebuah gentong air besar.

“mustahil! Benar-benar mustahil,” cibir si buta kelima, yang meraba badan gajah.” Seekor gajah adalah sebuah batu karang besar.”

“Parah!”teriak si buta keenam, yang meraba kaki gajah. Seekor gajah sebatang pohon!”
“Dasar orang-orang picik!” seringai si buta terakhir, yang meraba ekorgajah.”aku akan memberitahu kalian apa sebenarnya “gajah”. Gajah itu semacam pecut pengusir lalat. Aku sangat tahu karena aku merasakannya.”

“Sampah!Gajah itu seekor Ular.” Tidak bisa!itu gentong air!””Bukan! Gajah itu....” Dan para buta itupun mulai berbantah dengan sengitnya, semuanya berbicara berbarengan, menyebabkan kata-kata melebur menjadi teriakan-teriakan yang lantang dan panjang. Tatkala kata-kata penghinaan mulai mengudara, lantas datanglah jotosan. Para buta itu tidak yakin betul siapa yang mereka jotos, tetapi itu tidak terlalu penting dalam tawuran semacam itu. Mereka sedang berjuang demi prinsip,demi integritas, demi kebenaran. Kebenaran masing-masing, pada kenyataannya.

Saat para prajurit melerai tawuran membuta diantar orang-orang buta itu, kerumunan hadirin di stadion terpaku diam, dan wajah para menteri tampak malu. Setiap orang yang hadir menangkap pesan ingin disampaikan oleh Raja melalui pelajaran itu.

Masing-masing dari kita hanya mengetahui sebagian saja dari kebenaran. Bila kita memegang teguh pengetahuan kita yang terbatas itu sebagai kebenaran mutlak, kita tak ubahnya seperti salah satu dari orang buta yang meraba satu bagian dari seekor gajah dan menyimpulkan bahwa pengalaman parsial mereka itu sebagai sebuah kebenaran, dan yang lainnya : salah.

Selalu merasa benar dan selalu menyalahkan orang lain, bukankah itu bukanlah sesuatu yang bijaksana, alih-alih beriman buta, kita dapat berdialog. Bayangkanlah seperti apa jadinya jika ketujuh orang buta itu, alilh-alih mempertentangkan data-data mereka, amlah menggabungkan pengalaman. Mereka akan menarik suatu kesimpulan bahwa “seekor gajah” adalah sesuatu yang seperti batu karang besar,yang ditopang oleh empat batang pohon. Di bagian belakang batu karang itu ada seutas pecut pengusir lalat, dan di depannya ada gentong air besar. Di setiap sisi gentong itu terdapat dua daun kipas , dengan dua bajak yang mengapit seekor piton panjang! Bukan gambaran yang buruk-buruk amat akan seekor gajah, bagi orang yang tak pernah melihatnya.

Pelajaran Hidup

Sesungguhnya kebenaran hakiki hanyalah milik Allah, sementara segala kebenaran selain-Nya adalah relatif dan nisbi. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh memaksakan kebenaran yang diraihnya kepada orang lain, karena bisa jadi orang lain mempunyai kebenaran sendiri yang berbeda dari kebenaran yang diyakininya.

Lihatlah orang - orang buta dalam kisah diatas, mereka menyakini kebenaran yang berbeda - beda atas dasar perabaan dan asumsi yang mereka miliki masing - masing. Lalu apa jadinya bila masing - masing pihak memaksakan kebenaran yang diyakininya ? Bukankah justru akan mendatangkan kebingungan bagi orang lain, atau bukankah justru bisa menjadi lelucon dan bahan olok - olokan yang menggelikan ?

Yang terbaik untuk dilakukan adalah hendaknya setiap orang memegang teguh kebenaran yang diyakininya, sembari terus menggali kebenaran teringgi dari kebenaran yang telah diyakini. Dan yang terpenting hendaklah dalam mencari kebenaran, seseorang menyandarkan segala sesuatunya kepada wahyu Illahi, Alquran, agar kebenaran yang diraihnya itu benar - benar bersumber dariNya.

Karena Allahlah sumber dari segala kebenaran dan pengetahuan. Ilmu Allah sangatlah luas dan tidak terbatas, sementara ilmu dan pengetahuan manusia hanyalah sedikit laksana setets air dilautan.

Allah berfirman, "Dan seandainya pohon-pohon dibumi menjadi pena dan laut (Menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (Lagi)sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan ada habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu) Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Luqman:27)

"Katakanlah:"Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (Menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat - kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al-Kahfi:109)

"Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (QS. Al-Isra:85)

kebenaran yang HAKIKI hanya Milik ALLAH SWT.

Mawas Diri

19/01/2012
Barangsiapa yang takut akan siksa Allah niscaya dia telah aman dari siksa-Nya. Barangsiapa yang mau mengambil pelajaran niscaya akan terbuka pandangannya, barangsiapa yang telah terbuka pandangannya niscaya dia akan memahami, dan barangsiapa yang telah memahami niscaya dia akan mengetahui dari pengetahuan Allah SWT.

Sebaik-Baik kehidupan adalah yang tidak menguasaimu dan tidak mengalihkan perhatianmu dari mengingat Allah SWT. Lihatlah wajahmu dicermin, jika wajahmu baik, maka anggaplah ia akan menjadi buruk dengan perbuatan-perbuatan buruk. Jika wajahmu buruk, maka anggaplah ia memang buruk dengan menggabungkan dua keburukan yaitu buruk rupa dan amal.

Celaan seseorang terhadap dirinya sendiri secara terang-terangan merupakan pujian terhadapnya secara diam-diam. Berhati-hatilah karena setan setiap orang adalah dirinya sendiri.

Kebutuhan-kebutuhan manusia saling berhubungan satu sama lain, seperti hubungan antara anggota-anggota tubuh. Jangan meminta sesuatu yang Dia tidak akan menerimanya, karena pasti Dia tidak akan memberikannya. Jangan menangguhkan pemberian kepada orang yang membutuhkan sampai pada keesokan harinya, sebab antisipasilah akan datangnya ajal.

Carilah kebutuhan dengan menjaga harga diri, karena sesungguhnya tangan Allah-lah yang akan memenuhinya. Barangsiapa mengeluhkan kebutuhannya kepada seorang mukmin, maka seakan-akan dia mengeluhkannya kepada Allah dan barangsiapa yang mengeluhkannya kepada orang kafir, maka seakan-akan ia mengeluhkan Allah kepadanya. Terlewatkannya kebutuhan, lebih ringan daripada harus meminta kepada orang yang kikir. (Ali bin Abi Thalib r.a)

Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, (*)dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, (*)dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), (*)dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, (*)mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya [23:Al Mu’minuun:57~61]

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka didunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (*)Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan [11:Huud:15~16]

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri [17:Al Israa’:7]

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk [11:Huud:114]

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada didalam Hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu [02:Al Baqarah:284]

Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan, maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah?, dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun [30:Ar Ruum:29]

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain [04:An Nisaa’:32]

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui [02:Al Baqarah:216]

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu, lalu ia berkata: `Ya Tuhanku, mengapa engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?` [63:Al Munafiquun:10]

Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak [74:Al Muddatstsir:6]

Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran [02:Al Baqarah:186]

Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya [03:Al Imran:28]

Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak [02:Al Baqarah:273]

Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa mengingat Allah hingga ke-dua matanya menangis karena takut kepada Allah, hingga sebagian dari air matanya itu menetes ke tanah, niscaya Allah tidak akan meng-azabnya dihari kiamat [HR. Al Hakim]

Rasulullah Saw bersabda: Ada tiga macam orang yang berbincang-bincang dibawah naungan Arasy dengan penuh rasa aman, sedangkan pada saat itu manusia berada dalam penghisaban, yaitu: Seseorang yang tidak takut akan celaan orang yang mencela demi melaksanakan perbuatan Allah, Seseorang yang tidak pernah memanjangkan tangannya kepada barang yang diharamkan oleh Allah SWT, Seseorang yang tidak pernah memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah baginya [HR. Al Ashbahani]

Rasulullah Saw bersabda: Ada empat perkara yang pemiliknya tidak akan ditimpa oleh keburukan: Diam (awal ibadah), Tawadhu' (berendah diri), Berdzikir (kepada Allah), Sedikit sesuatunya [HR. Muslim]

Rasulullah Saw bersabda: Sebaik-baik anugrah yang diberikan kepada manusia adalah akhlak yang baik, dan seburuk-buruk yang diberikan kepada manusia adalah hati yang buruk pada rupa yang baik [HR. Isamah Ibnu Syuraik ra]

Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah SWT masih mau memandang kepada orang kafir, tetapi Dia tidak mau memandang kepada orang yang bangga pada dirinya [HR. Thabrani]

Rasulullah Saw bersabda: Allah SWT berfirman: Kesombongan adalah selendang-Ku dan Keagungan adalah sarung-Ku, maka siapa saja melepaskan Aku dari salah satunya, maka Aku lempar dia ke Neraka [HR. Ahmad]

Rasulullah Saw bersabda: Ada empat perkara, barangsiapa didalam dirinya, terdapat ke-empat perkara tersebut, niscaya Allah mengharamkan Neraka baginya dan niscaya Dia memeliharanya dari setan, yaitu seseorang yang dapat menguasai dirinya: Ketika berkeinginan, Ketika merasa takut, Ketika berselera, Ketika marah [HR. Al Hakim]

Rasulullah Saw bersabda: Engkau bersedekah ketika engkau masih sehat dan harta tersebut masih disayangi, engkau bimbang menjadi fakir dan bercita-cita untuk menjadi kaya. Jangan kalian tangguhkan hingga roh sampai di pangkal tenggorokan [HR. Bukhari, Muslim]

Rasulullah Saw bersabda: Apapun kebaikan yang ada padaku maka aku tidak akan menyembunyikannya dari kalian semua. Siapa yang menjaga kehormatannya maka Allah akan menjaga kehormatan dirinya. Siapa yang berpuas hati dengan apa yang ada maka Allah mencukupkannya. Siapa yang bersabar maka Allah akan menganugrahkan kesabaran. Seseorang itu tidak dikaruniakan sesuatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas selain oleh sabar [HR. Bukhari, Muslim]

Rasulullah Saw bersabda: Hamba yang paling dicintai oleh-Nya adalah hamba yang paling banyak nasehatnya terhadap hamba-hamba Allah lainnya [HR. Al Khatib]

Rasulullah Saw bersabda: Allah berfirman: `Barangsiapa yang tidak rela terhadap keputusan-Ku (Qadha dan Qadar) dan tidak sabar terhadap cobaan-Ku, supaya mencari Tuhan selain Aku` [HR. Thabrani]

Rasulullah Saw bersabda: Para Sahabat bertanya: Kalau begitu siapakah orang miskin yang sebenarnya wahai Rasulullah?. Rasulullah Saw bersabda: Orang yang tidak mendapat kesenangan yang cukup untuk dirinya tetapi karena mereka sabar, dia menyembunyikan keadaannya dan tidak meminta-minta kepada orang lain, dia akan diberikan sedekah tanpa dia meminta [HR. Bukhari, Muslim]

Kebahagiaan seseorang akan semakin bertambah, berkembang, dan mengakar adalah manakala ia mampu mengabaikan semua hal sepele yang tak berguna. Karena, orang yang berambisi tinggi adalah yang lebih memilih akhirat. `Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)`(69:Al Haaqqah:18). Bawalah ambisimu itu ke satu arah saja, yakni bertemu dengan Allah, bahagia di akhirat, dan damai disisi-Nya. Tidak ada ambisi yang lebih mulia selain ambisi yang demikian. Apalah artinya sebuah ambisi yang hanya tertuju kepada kehidupan dunia saja, yang bermuara pada ambisi untuk meraih kedudukan, jabatan, harta benda, kehormatan, dan kemasyhuran, yang kesemuanya akan musnah dan sirna.

Pada saat Rasulullah Saw sedang membaiat sahabat-sahabatnya, ada seorang munafik yang justru meninggalkan baiat itu untuk mencari unta merahnya. Dan ia berkat `Aku akan lebih bahagia dengan menemukan untaku daripada aku ikut baiat yang kalian lakukan itu`. Maka Rasulullah-pun berkata : `Kalian semua mendapat ampunan, kecuali pemilik unta merah ini`. (`Aidh Al-Qarni)

Janganlah menampakkan kemarahan kepada Allah, sementara kemarahan itu sesungguhnya ditujukan untuk dirimu sendiri, perbuatan itu merupakan pertunjukan kemunafikan dirimu. Perbuatan apa saja yang bersandar kepada Allah semata merupakan kekekalan dan terus bertambah, sementara perbuatan yang bersandar kepada selain Allah selalu berubah dan akan sirna.

Berhati-hatilah mentaati pemimpin yang merasa bangga akan hasil yang telah diraihnya dan membangga-banggakan keturunannya, mereka melempar tanggung jawab terhadap segala hal kepada Allah, apabila diberi kenikmatan mereka mengatakan ini nikmat dari Allah dan akan memprotes kepada Allah dengan perkataan `Allah membencinya` atas cobaan yang dikehendaki Allah atas dirinya. Merekalah pemimpin yang memperkokoh fondasi pembangkangan dan mempertajam pedang kesombongan.

Maut mempengaruhi tubuhnya hingga telingapun tidak lagi berfungsi sebagaimana tidak berfungsinya lidah, terbaring diantara keluarga dan kerabat, tidak berbicara dengan lidah dan tidak mendengar dengan telinga, pandangan yang berputar sebagai pengganti kata-kata, memperhatikan gerak lidah tetapi tidak mendengar pembicaraan. Maut meningkatkan kekuasaannya setelah membungkam lidah dan telinga dan tibalah giliran roh yang harus meninggalkan jasad. Dalam sekejap hadir kesunyian, tidak dapat lagi membahagiakan orang-orang yang menangis, tidak dapat lagi menyambut seruan orang-orang yang memanggil. Keluarga dan kerabat mengantarkan jasad kembali ke asalnya sebagai tanah, untuk menghadapi amal-amal perbuatannya dan seiring dengan gerak maju waktu, merekapun berhenti mengunjunginya.

Waspadalah engkau terhadap samudera dunia yang telah banyak menenggelamkan manusia dan tidak akan terselamatkan, yang merupakan samudera yang sangat dalam, kecuali orang-orang yang dikehendaki-Nya untuk diselamatkan, sebagaimana Allah akan menyelamatkan orang-orang yang beriman dihari kiamat dari api neraka. Tingkatkanlah dirimu menjadi orang yang cinta kepada-Nya, agar engkau menjadi orang yang kaya disisi-Nya, yang tidak membutuhkan segala sesuatu selain yang diberikan oleh-Nya, maka keimananmu bertambah kokoh dan hatimu bersih dari belenggu-belenggu keduniaan.

KESABARAN

16/01/2012
Sabar adalah kunci kesenangan, benteng dari kefakiran, keberanian, penyebab kemenangan, dan kendaraan yang tidak akan menjatuhkan penunggangnya. Kehinaan kefakiran menghalangi seseorang dari kesabaran, sebagaimana kebanggaan kekayaan mencegah dari berbuat adil.

Sabar terhadap segala musibah dan me nyembunyikannya merupakan salah satu perbendaharan kebajikan. Bagi setiap bencana pasti ada batas akhirnya, sedangkan obatnya adalah sabar. Kesabaran yang teguh pasti akan memadamkan api nafsu. Jika kesabaran berbentuk seorang laki-laki, pastilah ia seorang laki-laki yang saleh. (Ali bin Abi Thalib r.a)

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar [41:Fushshilat:35]

Jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang. Dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar [08:Al Anfaal:66]

Orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya). Dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa [02:Al Baqarah:177]

Berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (*)(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, `Innaa Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Raaji'uun` (sesungguhnya kami milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembali) [02:Al Baqarah:155~156]

Allah tidak membebani seseorang me lainkan sesuai dengan kesanggupannya [02:Al Baqarah:286]

Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan [28:Al Qashash:54]

Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah` (16:An Nahl:127).

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas` (39:Az Zumar:10).

Rasulullah Saw bersabda: Allah berfirman: `Barangsiapa yang tidak rela terhadap keputusan-Ku (qadha dan qadar) dan tidak sabar terhadap cobaan-Ku, supaya mencari Tuhan selain Aku` [HR. Thabrani]

Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah SWT menurunkan muanah (pertolongan) sesuai dengan kadar yang diperlukan, dan Dia menurunkan kesabaran sesuai dengan kadar cobaan [HR.Ibnu ’Addi]

Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang rela dengan rezeki yang sedikit, maka Allah rela pula dengan sedikit amal yang dikerjakannya [HR.Abud Dunya]

Rasulullah Saw bersabda: Orang yang miskin itu bukanlah orang yang berjalan kesana sini meminta-minta kepada manusia, kemudian diberikan dengan sesuap dua suap makanan dan sebuah atau dua buah kurma. Para Sahabat bertanya: `Kalau begitu siapakah orang miskin yang sebenarnya wahai Rasulullah?`. Rasulullah Saw bersabda: `Orang yang tidak mendapat kesenangan yang cukup untuk dirinya tetapi karena mereka sabar, dia menyembunyikan keadaannya dan tidak meminta-minta kepada orang lain, dia akan diberikan sedekah tanpa dia meminta oleh orang lain` [HR. Bukhari, Muslim]

Rasulullah Saw bersabda: Tiga golongan yang dimurkai Allah yaitu, Pria tua renta yang senang berzina, Fakir yang penipu, Orang kaya yang berlaku zalim [HR.Tirmidzi]

Rasulullah Saw bersabda: Setiap musibah yang menimpa orang-orang muslim adalah suatu pelebur kesalahan biarpun hanya sekedar tersusuk duri [HR. Bukhari, Muslim]

Rasulullah Saw bersabda: Doa bermanfaat untuk melenyapkan musibah yang sedang menimpa dan untuk menolak musibah yang akan datang, karena itu kalian hamba-hamba Allah, ber-doalah [HR. Al Hakim]

Rasulullah Saw bersabda: Siapa yang bersabar, maka Allah akan menganugrahkan kesabaran. Seseorang itu tidak dikaruniakan sesuatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas selain oleh sabar [HR. Bukhari, Muslim]

Rasulullah Saw bersabda: Kekuatan itu tidak dibuktikan dengan kemenangan adu otot. Tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat Menguasai dirinya ketika sedang marah [HR. Bukhari, Muslim]

Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami`(02:Al Baqarah:250). Ada sejumlah permasalahan yang berada didalam musibah yaitu adanya kesabaran, adanya takdir, adanya tuntutan agar seorang hamba menyadari bahwa yang mengambil adalah yang memberi, dan bahwa yang mencabut adalah yang menganugrahkan.

Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman`(22:Al Hajj:38). Ini adalah sebuah janji dan kabar gembira dari Allah bagi orang-orang yang beriman, bahwa Dia akan membela mereka dari segala perkara-perkara yang buruk karena keimanan mereka yaitu keburukan orang-orang kafir, keburukan godaan setan, keburukan amal-amal mereka sendiri dan membantu meringankan beban yang memberatkan mereka.

Setiap mukmin berhak atas pembelaan dan keutamaan sesuai dengan kadar keimanannya. Allah menghibur orang yang sedang ditimpa musibah dan meringankan kesulitan yang dihadapinya, yang merupakan salah satu dari sekian banyak nikmat dari buah keimanan. Seorang hamba yang ditimpa musibah, dan ia menyadari bahwa musibah yang menimpanya berasal dari Allah, bahwa segala yang akan menimpanya pasti terjadi, dan bahwa segala yang menurut ketentuan Allah tidak akan menimpanya, pasti tidak akan terjadi. Sehingga ia dapat menerima dan pasrah pada takdir, sekalipun menyakitkan, dan bencana sebesar apapun akan tidak berarti dihadapnnya karena keyakinannya bahwa semua itu berasal dari Allah dan berarti ia akan mendapat pahala-Nya karena kesabarannya.

Akibat dari segala sesuatu itu masih di awang-awang, bisa saja sesuatu yang dicintai itu ternyata ada dalam hal yang tidak disukai, atau yang tidak disukai itu ternyata ada dalam hal yang dicintai. Orang yang bergelimang kenikmatan ternyata banyak termakan oleh kenikmatan itu sendiri, dan orang yang menderita dalam hidupnya karena penyakit yang dideritanya ternyata bisa sembuh oleh penyakit itu sendiri.

Mungkin saja Allah mencoba hamba-Nya dengan cobaan yang sebenarnya melepaskannya dari kehancuran, sehingga cobaan itu menjadi nikmat yang terbesar baginya. Pada dasarnya orang yang bersabar akan menghadapi ujian, menerima semua ketentuan Allah, dan bersabar atas semua kesulitan, yang kemudian Allah akan menampakkan kebaikan-Nya agar selanjutnya ia bisa memahami kemaslahatan yang tersembunyi dibalik cobaan.

Cobaan adalah latihan dari Allah, dan tentunya pelatihan tidak akan selamanya. Maka beruntunglah orang yang bersabar selama masa latihan itu berlangsung. Menunggu pertolongan dan jalan keluar dengan bersabar akan mendatangkan kebahagiaan, maka dia berhak memakai mahkota kemenangan dan mahkota keberhasilan yang telah Allah janjikan. (`Aidh Al-Qarni)

Sebenarnya cobaan yang datang kepadamu itu bukannya akan menghancurkanmu, melainkan sebenarnya adalah untuk menguji ketahananmu, mengesahkan kesempurnaan imanmu, menguatkan dasar kepercayaanmu dan memberikan kabar baik kedalam bathinmu, agar Allah mengetahui orang-orang yang ber-jihad dan ber-sabar diantara hamba-hamba-Nya.

Jika kecintaan Allah terhujam kedalam hati maka akan merasa tentram bersama-Nya dan membenci segala sesuatu yang melalaikan-Nya, hal ini tidak akan dicapai dengan khayalan tetapi harus dicapai dengan merendahkan diri kepada-Nya, ikhlas dengan segala keputusan-Nya dan sabar dengan cobaan-cobaan-Nya, maka jika engkau mengamalkan apa yang terlihat, Allah akan mendatangkan kepahaman dan yang pertama kali dipahami adalah kepahaman bathin yang mempengaruhi jiwa.

Sebuah karakter terbentuk tidaklah karena pelatihan yang dilakukan sekali atau dua kali, karakter terbentuk karena pengamalan yang berulang-ulang yang harus didukung dengan keikhlasan dan kesabaran agar tidak terasa bosan dan melelahkan. Pecahnya batu yang dipalu, bukan karena pukulan terakhir, akan tetapi oleh pukulan yang berulang-ulang. Pukulan yang memecahkan hanya merupakan akibat dari pukulan-pukulan sebelumnya. Alangkah banyaknya orang yang dalam usahanya gagal ditengah jalan dan alangkah banyaknya yang berputus asa sebelum memetik buah hasil dari usahanya.

Bersabar dari kemaksiatan, baginya sembilan ratus derajat. Bersabar dalam ketaatan, baginya enam ratus derajat. Bersabar dalam menghadapi cobaan, baginya tiga ratus derajat. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan dicukupkan pahalanya tanpa batas.

L i S a N

16/01/2012
Lidah orang mukmin dibelakang hatinya, sementara hati orang munafik berada dibelakang lidahnya. Tidaklah lurus iman seseorang sehingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya sehingga lurus lidahnya. Dan sesungguhnya lidah itu senantiasa tidak mematuhi pemiliknya.

Berbicaralah, niscaya kalian akan dikenal, sesungguhnya seseorang tersembunyi dibalik lidahnya. Ketenangan seseorang terdapat dalam pemeliharaan terhadap lidahnya. Lidah akan menuntut karena apa yang dibiasakan kepadanya. Jika lidah adalah alat untuk mengekspresikan apa yang muncul dalam pikiran, maka seyogyanya tidak menggunakannya dalam hal yang tidak ada dalam pikiran.

Perkataan tetap ada dalam belenggu selama ia belum terucap, jika telah terucap maka penggunanyalah yang terbelenggu. Adakalanya perkataan itu mengandung kenikmatan, tetapi ia cenderung membawa kearah bencana. Sedikit sekali lidah berlaku adil terhadap pemiliknya, baik dalam hal menyebarkan kebaikan maupun keburukan.

Adakalanya diam lebih kuat dari Perkataan. Timbanglah perkataan dengan perbuatan dan sedikitkanlah ia berbicara kecuali dalam kebaikan. Apa yang terlewat dari diam akan lebih mudah didapat kembali daripada yang terlewatkan karena perkataan. Jika akal telah mencapai kesempurnaan maka akan berkurang pembicaraannya. Jika sudah cukup pembicaraan, maka memperbanyak perkataan menunjukkan ketidak mampuan pembicara mengutarakan sesuatu.

Barangsiapa yang banyak ucapannya, maka banyak pula kesalahannya. Barangsiapa banyak kesalahannya maka sedikit malunya. Barangsiapa yang sedikit malunya maka sedikit wara’-nya. Barangsiapa yang sedikit wara’-nya maka matilah hatinya. Dan barangsiapa yang mati hatinya maka dia akan bersama iblis didalam jahannam. Menggunjing adalah ladang orang-orang tercela, usaha orang yang lemah dan celaan bathiniah.

Orang yang senang mendengar gunjingan termasuk salah satu diantara yang menggunjing. Beruntunglah orang yang sibuk dengan aibnya sendiri daripada mengurusi aib orang banyak. Jangan tergesa-gesa mencela orang karena dosanya, sebab bisa jadi dosa itu telah diampuni-Nya. Fitnah adalah anak panah yang membunuh dan jembatan kejahatan. (Ali bin Abi Thalib r.a)

Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya [48:Al Fath:11]

Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras [02:Al Baqarah:204]

Janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?, maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya [49:Al Hujuraat:12]

Kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan [10:Yunus:36]

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, (*)pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (*)dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun [14:Ibrahim:24~26]

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir [02:Al Baqarah:264]

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (*)(yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, (*)dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna [23:Al Mu’minuun:1~3]

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada didalam hatimu atau kamu menyembunyikannya niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu [02:Al Baqarah:284]

Rasulullah Saw bersabda: Siapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka dia hendaklah mencegah kemungkaran itu dengan tangannya yaitu kuasanya. Jika tidak mampu, hendaklah dicegah dengan lidahnya. Kemudian kalau tidak mampu juga, hendaklah dicegah dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman [HR. Bukhari, Muslim]

Rasulullah Saw bersabda: Janganlah kalian berbicara dengan ucapan yang buruk, janganlah kalian sindir menyindir, janganlah kalian memperdengarkan khabar orang lain dan janganlah sebagian kalian menjual atas jualan sebagian yang lain. Sementara itu, jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara [HR. Bukhari, Muslim]

Rasulullah Saw bersabda: Amal yang paling disukai Allah ialah ketika kamu mati, lisanmu masih basah karena menyebut-nyebut Allah [HR. Baihaqi]

Rasulullah Saw bersabda: Apabila anak cucu Adam berada diwaktu subuh (pagi), sesungguhnya semua anggota badan memperingatkan kepada lisan, dia berkata: `Takutlah kamu kepada Allah mengenai kami, karena sesungguhnya kami semua bergantung padamu. Jika kamu lurus maka kamipun lurus dan jika kamu bengkok maka kamipun bengkok` [HR. Abu Said Al-Khudri ra]

Rasulullah Saw bersabda: Tahanlah lisanmu dan tidaklah manusia dilemparkan ke Neraka karena muka mereka atau karena hidung mereka, tetapi karena ucapan mereka [HR. Abu Hurairah ra]

Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan sebuah kalimat yang diridhoi Allah, tidaklah dia mengucapkannya melainkan Allah Ta'ala mengangkat derajatnya karena ucapannya itu. Dan sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan sebuah kalimat yang dibenci Allah Ta'ala, tidaklah dia mengucapkannya melainkan dia dilemparkan ke dalam Neraka jahannam karena ucapannya itu [HR. Bukhari]

Rasulullah Saw bersabda: Semoga Allah merahmati seorang hamba yang mengucapkan kebaikan lalu ia mendapatkan keuntungan atau ia diam tidak mengatakan hal yang buruk, lalu ia selamat [HR. Ibnu Mubarak]

Rasulullah Saw bersabda: Orang mukmin itu bukanlah orang yang suka mencela, bukan orang yang suka melaknat, bukan orang yang keji dan bukan pula orang yang berbicara kotor [HR. Muslim]

Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya ucapan yang paling baik adalah Kitabullah (Al-Qur’an), petunjuk yang paling baik adalah petunjuk Nabi Muhammad Saw (Sunnah Rasul), seburuk-buruknya perkara adalah perkara yang dibuat-buat (bid'ah), sesungguhnya apa yang diancamkan pada kalian benar-benar akan datang dan kalian tidak akan dapat menolaknya [HR. Al Hakim]

Rasulullah Saw bersabda: Perbaharuilah iman kalian dengan memperbanyak bacaan `La Ilaaha Illallaah` (Tiada Tuhan Selain Allah) [HR. Ahmad]

Anda akan mendapat pahala karena kesabaran anda menghadapi kritikan dan cercaan para pendengki. Dan kritikan kepada anda, pada dasarnya menunjukkan kepada orang bahwa anda mempunyai harga dan derajat. Sebab tak akan pernah manusia mau menendang bangkai anjing dan orang-orang yang tak berharga pastilah tak akan pernah menjadi sasaran pendengki, artinya, manakala kritikan yang anda terima semakin pedas, maka semakin tinggi pula harga yang anda terima.

"Niscaya terhadap orang-orang mulia itu selalu ada yang mendengki dan tak akan kau jumpai orang-orang yang hina itu di dengki " Mereka selalu di dengki karena nikmat yang mereka miliki, padahal Allah tak akan mencabut apa yang mereka dengkikan itu " Aku mengeluh karena kezaliman pemfitnah, dan tidaklah engkau dapatkan menusia yang mempunyai kemuliaan melainkan akan selalu diterpa kedengkian. Bila engkau manusia yang mulia, maka engkau akan selalu di dengki, namun kala kau masih miskin tak berharga mana mungkin ada yang mendengki ".

Anda tidak akan pernah dapat membungkam mulut manusia untuk tidak melakukan pelecehan terhadap kehormatan anda. Meskipun demikian, anda dapat melakukan kebaikan dan menghindari perkataan dan kritikan mereka. Jangan pernah olok-olok melukai hati anda, jangan pernah membalas cercaan mereka, kesabaranmu dalam menghadapi semua itulah yang akan dengan sendirinya menguburkan semua kehinaan.

Kesabaran adalah sumber kemuliaan, diam adalah sumber kekuatan, dan memaafkan adalah sumber dan tangga untuk mencapai pahala dan kemuliaan. Ingatlah, separuh dari pencerca anda akan melupakan cercaannya, sepertiga dari pencerca anda tidak sadar dengan apa yang mereka lontarkan, dan selebihnya tidak akan mengerti mengapa mereka mencerca.

Maka, jangan pernah cercaan mereka merasuk ke hati dan jangan pula berusaha untuk membalas apa yang mereka katakan. Rumah yang senantiasa tentram meskipun hanya ada sepotong roti didalamnya adalah lebih baik dari sebuah rumah yang penuh dengan makanan lezat tetapi tak pernah luang dengan kegaduhan dan sumpah serapah. (`Aidh Al-Qarni)

Celakalah dirimu, engkau berkonsentrasi dalam shalat dan mengucapkan Allahu akbar, sementara engkau berdusta dalam ucapan itu, karena manusia dihatimu lebih besar daripada Allah, bertaubatlah kepada Allah dan jangan berbuat kebaikan untuk yang selain daripada-Nya, tidak untuk dunia dan tidak pula untuk akhirat, jadilah engkau sebagai seorang yang menginginkan dzat Allah, berikanlah hak-hak ketuhanan, jangan beramal untuk suatu sanjungan atau pujian, rezekimu tidak akan bertambah maupun berkurang, dan apapun kehendak Allah yang akan jatuh kepadamu berupa kebaikan atau keburukan, maka itu harus terjadi, dan janganlah sibuk dengan apa yang telah engkau selesaikan dan sibuklah dengan kepatuhan kepada-Nya, pendekkan angan-anganmu dan kerakusanmu, kemudian jadikanlah kematian sebagai fokus pandangan matamu, agar engkau selamat dari kepalsuan dunia.

Waspadalah terhadap lisan dan pendengaran, karena ghibah (gunjingan, umpatan) lebih berbahaya dari perzinahan dan orang yang lebih jahat dari seorang pengghibah dan penyebarnya adalah orang yang senang mendengarkan ghibah. Sesungguhnya lidah seorang yang beriman berada dibelakang hatinya, sedang hati seorang munafik berada dibelakang lidahnya, karena jika seorang beriman berniat mengatakan sesuatu, dia akan memikirkannya bersama Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Yang baik dibicarakan dan yang buruk tetap tersimpan dihatinya. Orang munafik mengatakan apa saja yang datang ke lidahnya tanpa mengetahui untung dan ruginya. Sesungguhnya iman seseorang tidak akan kukuh, kecuali hatinya kukuh, dan hati yang kukuh tercermin dari lisan yang kukuh.

Bergaullah dengan baik kepada manusia dengan lahiriahmu, karena inilah kesibukan orang-orang yang bertakwa, yang berbicara kepada mereka dengan apa yang mereka pikirkan dan dengan akhlak yang baik, karena Allah akan memberi suatu bentuk keduniaan namun mempunyai pengertian sebagai akhirat.

Tubuh sehat, hati yang bebas dari perasaan sedih dan susah, dapat diraih dengan menghindari pertengkaran dan kemarahan didalam keluarga, tidak membiarkan rasa iri dan dengki terhadap orang yang lebih dalam segala sesuatunya dan tidak merasa senang dengan jatuhnya orang lain walaupun orang itu termasuk orang yang tidak kita sukai.

Pendusta lebih berbahaya dari pencuri, karena pencuri hanya mengambil harta tetapi pendusta akan merampas akal manusia. Dan berhati-hatilah terhadap kekikiran dan ketamakan, karena orang yang kikir dan tamak, tidak akan menikmati hartanya dalam kehidupan dunia, ia di ibaratkan anjing pemburu yang mendapat hasil buruan, tetapi tidak menikmati hasil buruannya.

Jangan saling mendengki, karena dengki akan melenyapkan iman sebagaimana api akan memakan kayu bakar. Jangan saling membenci karena akan menghilangkan segala keberkahan. Dan ketahuilah bahwa angan-angan kosong akan melalaikan akal dan niscaya akan mengabaikan dzikir kepada-Nya kemudian terperangkap dalam tipuan setan.

Jika kamu melihat ahli-ahli dunia maka anggaplah kamu melihat orang yang tidak menutupi auratnya dengan pakaian dan janganlah kamu tujukan ke-dua matamu kepada apa yang telah Allah berikan kepada mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk diujikan kepada mereka dan karunia Tuhan kamu lebih baik dan kekal.

Berbahagialah orang yang dapat menahan pandangan dan lisannya, karena pandangan dan lisan yang tidak terjaga, akan merusak hati, yang akan terlihat dalam perbuatan dan perkataan. Kemampuan menahan lisan akan lebih banyak menguntungkan dibandingkan dengan orang yang banyak bicara, dimana mereka berpeluang besar tergelincir dalam perkataan. Orang-orang beriman menempatkan lisan dibelakang hatinya sementara orang-orang munafik menempatkan lisan didepan hatinya.

Ilmu dan Cara Mendapatkannya

15/01/2012
Ilmu adalah pemberian Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada hamba-hamba yang diinginkan-Nya. Usaha manusia untuk mendapatkan ilmu diwajibkan oleh Allah dalam beberapa hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Artinya, manusia berdosa jika meninggalkan usaha dalam mendapatkan ilmu itu.

Sebaliknya, jika usaha sudah dilakukan, sementara ilmu itu tidak juga dapat dikuasai, maka orang tersebut sudah terhindar dari kesalahan, sebab yang wajib adalah menuntut ilmu, bukan mendapatkannya. Adapun mendapatkan ilmu, semata-mata hanyalah karunia Allah saja.Dengan demikian janganlah merasa kecewa dan putus asa jika seseorang sudah belajar suatu ilmu tertentu pada waktu yang lama, ternyata orang itu gagal menguasai ilmu tersebut. Ini bukan lagi salahnya, akan tetapi memang Allah tidak berkenan memberikan ilmu itu padanya.

Dalam kenyataan hidup ini banyak kita jumpai orang yang belajar membaca Al-Qur’an, misalnya, sudah bertahun-tahun melakukannya dengan sungguh-sungguh, namun ternyata hasil yang dia peroleh tidak sesuai harapan. Dia tetap saja tidak dapat mengucapkan huruf-hurufnya dengan fashih, dan banyak melakukan kesalahan dalam tajwid dan waqaf-ibtida’nya. Kenapa bisa terjadi? Tidak lain karena tidak diberikan oleh Allah. Hal ini sudah Allah jelaskan dalam surat Bani Israil ayat 85:

Artinya: “Dan tidaklah kamu diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit saja”
Bagaimanakah cara mendapatkan ilmu itu?

Ilmu itu dapat diperoleh oleh seseorang dengan melalui beberapa jalan. Tidak seperti yang sering dianggap oleh kebanyakan orang bahwa satu-satunya jalan untuk mendapatkannya adalah dengan belajar dan menuntutnya . Di antara cara mendapatkan ilmu itu antara lain :

1. Belajar, dan menuntut ilmu tersebut dari orang lain.
Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
Artinya : “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan .”
Dalam hadits yang lain :
Artinya : “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah membuatnya berjalan di salah satu jalan menuju surga. Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha kepada pencari ilmu. Sesungguhnya orang berilmu dimintakan ampunan oleh makhluk yang berada dia langit dan bumi, serta ikan di tengah hari. Sesungguhnya keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada saat purnama atas seluruh bintang. Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, namun mewariskan ilmu. Barangsiapa mendapatkannya, ia mendapatkan keuntungan yang besar.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ad Darimi)

2. Diajarkan langsung oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala tanpa diajarkan oleh orang lain.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Surat Al Baqarah ayat 31 :
“Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”

3. Ilmu didapat dengan beramal.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Artinya: “Barangsiapa mengamalkan satu ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah mewariskan kepadanya ilmu-ilmu lain yang sebelumnya dia tidak tahu.” (HR. Abu Nu’aim).
Tidak heran jika banyak orang-orang sholih yang rajin beramal dianugerahi Allah banyak ilmu sebagai buah amal yang rajin dilakukannya bertahun-tahun. Ilmu yang tidak diperoleh oleh orang-orang yang banyak bicara dan berdebat dengan orang lain!

4. Ilmu didapat dengan bertaqwa.
Firman Allah Subhanallahu Wa Ta’ala Surat Al Baqarah ayat 282:
Artinya: “Dan bertaqwalah kepada Allah dan Allah akan mengajarimu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

5. Ilmu dapat diperoleh dengan diajarkan oleh makhluk lain
Di zaman dahulu ketika manusia baru pada generasi pertama, telah terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil, salah satu putera Nabi Adam Alaihissalam, terhadap saudara kandungnya yang sholih, Khabil. Setelah Qabil membunuh saudaranya itu, dia ketakutan dan kebingungan karena tidak tahu bagaimana caranya mengamankan tubuh saudaranya yang sudah menjadi mayat itu. Tiba-tiba dengan perintah Allah turunlah sepasang burung gagak yang saling tempur di depannya, kemudian salah seekor dari gagak itu mati. Kemudian gagak yang menang menggali lubang serta menguburkan gagak yang mati. Maka, terkesimalah Qabil dan dia pun mendapatkan ilmu dari burung itu. Kisah ini ada dalam Al-Qur’an surat al Maidah ayat 30-31.

Beberapa jurus-jurus bela diri terkenal dari mancanegara banyak yang dipelajari dari cara binatang berkelahi, seperti jurus kucing, jurus harimau, jurus bangau, jurus ular dan lain-lain sebagainya.

Dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ada dikisahkan beberapa orang sahabat nabi, justru mendapatkan ilmu sebab diajari oleh syaitan. Kisah tersebut antara lain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu telah berkata dia :

“Aku ditugaskan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk menjaga hasil zakat pada bulan Ramadhan.Tiba-tiba datanglah seseorang kepadaku, dan mengambil sedikit dari zakat itu, maka aku menangkapnya seraya berkata, ”Kamu akan kuadukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” Orang itu berkata, “Biarkan aku. Sesungguhnya aku orang miskin, punya banyak anak, dan sangat membutuhkan. Maka aku pun melepaskannya. Pada keesokan harinya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepadaku, “Hai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu kemarin ?” Aku menjawab, “Ya Rasulullah, dia mengadukan kemiskinannya dan kelurganya yang banyak, maka aku kasihan dan aku membebaskannya.” Nabi bersabda, “Sesungguhnya orang itu berdusta kepadamu, dan dia akan kembali.” Saya sadar bahwa orang itu akan kembali karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakannya. Maka aku pun mengintipnya. Ternyata ia datang untuk mengambil makanan. Maka aku menangkapnya lagi seraya berkata, “Sungguh aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” Dia berkata, “Lepaskan aku. Sesungguhnya aku sangat membutuhkan dan punya keluarga yang banyak, saya tidak akan kembali.” Maka aku pun mengasihaninya dan membebaskannya lagi. Keesokan harinya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepadaku, “Hai Abu Hurairah, apa yang telah dilakukan tawananmu kemarin ?” Saya menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan kemiskinan dan jumlah kelurganya yang banyak, maka aku pun kasihan dan membebaskannya lagi.” Nabi bersabda, “Sesungguhnya dia berdusta kepada mu dan dia akan kembali.” Maka pada yang ketiga kalinya aku mengintipnya kembali. Dia datang mengambil makanan. Segera aku menangkapnya seraya aku berkata, “Sungguh aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah. Ini adalah yang ketiga kalinya kamu mengatakan bahwa kamu tidak akan kembali, namun nyatanya engkau kembali lagi.” Dia berkata, “Biarkan aku mengajari mu beberapa kalimat yang dengannya kamu akan beroleh manfaat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” Saya bertanya, “Kalimat apakah itu ?” Dia berkata, “Apabila kamu hendak tidur maka bacalah ayat kursi, “Allah, Tiada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal dan terus menerus mengurus makhluknya….” Dia membaca hingga akhir ayat. “Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan senantiasa menurunkan pelindung bagimu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi”. Maka aku pun membebaskannya. Keesokan hari, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepadaku, “Apa yang telah dilakukan oleh tawanan mu kemarin?” Saya menjawab, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dia telah mengajariku beberapa kalimat yang dengannya Allah akan memberiku manfaat, maka aku pun melepaskannya”. Beliau bertanya, “Kalimat apakah itu ?” Dia berkata kepadaku, ”Apabila kamu akan tidur, maka bacalah Ayat kursi dari awal hingga dia menyelesaikan ayat “Allah, tiada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus makhluknya…“ Dia berkata kepadaku, “Allah akan senantiasa menurunkan pelindung bagimu dan syaitan tidak akan mendekatimu hingga pagi.” Para sahabat sangat menyukai kebaikan. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dia telah berkata benar kepadamu, dan sebenarnya dia adalah pendusta. Hai Abu Hurairah, tahukah dengan siapa kamu berbicara selama tiga malam itu ?” Saya menjawab, “tidak.” Nabi bersabda, “Dia adalah Syaitan.” (HR. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa apabila Allah berkehendak, maka Dia mampu untuk memerintahkan siapa saja, bahkan termasuk syaitan sekalipun untuk memberikan ilmu dan pelajaran kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Kisah yang senada dengan kisah di atas pernah dialami oleh beberapa shahabat Nabi yang berbeda. Silakan ruju’ pada kitab Tafsir Ibnu Katsir keterangan pada ayat kursi, surat Al-Baqarah ayat 255.

Di dalam kitab Tanbihul Ghafilin ada lagi dikisahkan sebuah hadits tentang perjumpaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan Iblis la’natullah ‘alaihi, di mana ketika itu Iblis telah diperintahkan oleh Allah untuk mengajari Rasulullah tentang sepuluh jenis manusia sahabat Iblis dan sepuluh jenis yang menjadi musuhnya. Dialog antara Rasulullah dan Iblis itu menjadi pelajaran yang berharga bagi ummat Islam sampai sekarang ini.

Wallahu A’lam Bishshowab

Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat.

Source : Tengkuzulkarnain
Shared By Catatan Catatan Islami Pages

http://virouz007.wordpress.com/2010/06/05/ilmu-dan-cara-mendapatkannya/