27/02/2012
Iman Kepada Qada’ dan Qodar : Agama Islam SD 5
Posted on Oktober 25, 2011
Standar Kompetensi :
Meyakini adanya Qadha’ dan Qadar
Kompetensi Dasar :
Menunjukkan contoh-contoh Qadha’ dan Qadar
Menunjukkan keyakinan terhadap Qadha’ dan Qadar
Menunjukkan keyakinan terhadap hari akhir dan adanya surga serta neraka
Indikator :
Dapat menjelaskan pengertian Qadha’ dan Qadar dan dapat pula memberikan contohnya
Dapat menyebutkan bentuk-bentuk keyakinan terhadap Qadha dan Qadar
Dapat menjelaskan tanda-tanda kiamat dan bentuk-bentuk keyakinan terhadap hari akhir/ kiamat
Dapat menyebutkan nama-nama surga dan neraka
IMAN KEPADA QADHA’ DAN QADAR
Berikut adalah poin-poin yang dapat kita pelajari :
Iman kepada Qadha’ dan Qadar rukun iman yang ke 6
Iman kepada Qadha dan Qadar artinya kita yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah swt.Telah menentukan ketetapan setiap hambanya dengan sebaik-baiknya.
Qadha’/Qadar menurut bahasa artinya keputusan, ukuran, peraturan, ataau ketetapan Allah
Qadar artinya peraturan dan ketentuan Allah yang sudah ada sejak zaman azali.
Qadha’ adalah perwujudan dan pelaksanaan dari Qadar
Contoh Qadar; menikah,kematian, kerja dll
Contoh Qadha’; kelahiran, jenis kelamin,sekolah, naik kelas 6 dll.
Dalil yang menjelaskan tentang Qadar dan Qadha’ adalah QS 25:2 (AL Furqon)
Qadar dan Qadha’ disebut juga dengan taqdir/nasib.
Allah tidak akan merubah taqdir/nasib seseorang kecuali orang itu yang merubahnya.
Allah tidak akan menimpakaan sesuatu ujian kecuali sesuai dengan kemampuan orang tsb.
Sikap kita dalam menghadapi taqdir Allah adalah : jika ketentuan itu sudah terjadi, maka ambil hikmah/pelajaran dari kejadian tsb. Jika ketentuan itu sedang dijalani, maka hadapi dengan lapang dada dan berusaha dengan maksimal. Menghadapi ketentuan yang belum belum terjadi, maka : taati aturan-aturan Allah, taati hokum sebab akibat, beribadah dan berdo’a dengan sungguh serta bertawakal kepada-Nya.
IMAN KEPADA HARI KIAMAT/HARI AKHIR
Berikut adalah poin-poin yang dapat kita pelajari :
Percaya kepada hari akhir termasuk rukun iman yang kelima
Percaya kepada hari akhir artinya kita yakin dengan sepenuh hati bahwa hari akhir /kiamat itu pasti akan datang.
Hari akhir/kiamat yaitu hari berakhirnya seluruh hidup dan kehidupan seluruh makhluk ciptaan Allah.
Kapan terjadinya kiamat tidak ada yang tahu kecuali Allah swt.
Kiamat terbagi dua yaitu kiamat sugra/kecil dan kiamat kubra
Contoh kiamat sugra : banjir, gempa bumi, gunung meletus, tsunami, kematian seseorang dll.
Dalil qur,an yang menjelaskan bahwa kiamat itu pasti datang QSA AL HAJJ (22 :7)
QS AL HAJJ AYAT 7 BERBUNYI : “WAANNASSAA’ATA AATIYATULLAAROIBA FIIHAA WAANNALLAAHA YAB’ATSU MAN FILQUBUUR” ARTINYA “sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang. tak ada keraguan padanya, dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan manusia dari alam kubur.”
Salah satu nama surat dalam Al-Qur’an yang artinya hari kiamat adalah al qaari’ah
Keadaan manusia pada hari kiamat bagaikananai-anai yang bertebaran
Gunung-gunung pada hari kiamat bagaikan bulu yang dihambur-hamburkan.
Nama-nama lain hari kiamat :
Yaumul Ba’ats, yaitu hari dibangkitkannya seluruh manusia dari alam kubur.
Yaumul Mahsyar, yaitu hari dikumpulkannya seluruh manusia ditempat yang sangat luas/padang mahsyar.
Yaumul Hisab, yaitu hari diperhitungkanya seluruh amal manusia.
Yaumul Mizan, yaitu hari ditimbangnya seluruh amal manusia.
Yaumul Jaza, yaitu hari pembalasan atau hari penempatan manusia di surga/neraka.
Tanda-tanda kiamat menurut QS AL HAJJ AYAT 2 :
Wanita yang menyusui meninggalkan anak yang disusuinya.
Wanita yang hamil menggugurkan kandungannya
Manusia dalam keadaan mabuk ,padahal sebenarnya tidak mabuk
13. Nama-nama surga : FIRdaus, MA’wa, KHULdi, NA’im, ‘ADn, DArussalam, DAarul qoror. Supaya mudah di hafalkan dirangkum dalam kata: FIR MA KHUL NA AD DA DA
14. Nama-nama neraka : JAhannam, LAzha, KHUTomah, SYA’ir, SAqor, JAhim, HAwiyah. Supaya mudah di hafalkan diringkas dalam kata: JA LA KHUT, SYA, SA, JA, HA
15. Dengan beriman kepada hari akhir, maka sikap kita akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan semua perintah Allah, dan bersungguh-sungguh pula dalam menjauhi semua larangan Allah SWT.
Mencegah Suatu Keburukan Memerlukan Keberanian, Namun Harus Diiringi Dengan Kesabaran. Tidak Ada Keberanian Yang Sempurna Jika Tidak Disertai Dengan Kesabaran.
http://blog.unnes.ac.id/musyayati/2011/11/01/materi-pend-agama-islam-kelas-4-sifat-jaiz-allah-swt/
27/02/2012
Materi : sifat jaiz bagi Allah swt
Kelas/semester :IV /2
Standar kompetensi : mengenal sifat jaiz Allah SWT
Kompetensi :menyebutkan sifat jaiz Allah SWT
Indicator : menjelaskan sifat jaiz Allah SWT
menyebutkan sifat jaiz Allah SWT
Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat menjelaskan pengertian sifat jaiz bagi Allah SWT2.Siswa dapat menyebutkan sifat jaiz bagi Allah SWTMateri Pembelajaran: Sifat jaiz Allah SWT
Metode Pembelajaraz:
Siswa mengadakan diskusi dengan teman-temannya membahas pengertian sifat jaiz bagi Allah SWT2.Siswa menyebutkan sifat jaiz bagi Allah SW
Pengertian Sifat Jaiz Bagi Allah SWT.
Allah swt selain memiliki sifat wajib dan mustahil juga memiliki sifat jaiz. Menurut arti bahasa jaiz artinya boleh. Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah swt. yaitu sifat yang boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Sifat Jaiz Allah hanya ada satu yaitu Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, artinya memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya. Maksudnya Allah itu berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak-Nya.Jaiz pada sifat Allah SWT berarti “mungkin” ada yaitu sesuai sifat Allah SWT Iradat yang berarti berkehendak dengan sifat Iradah-Nya sehingga segala sesuatu bersifat mungkin dan tidak mustahil bagi-Nya. Secara syari’at dinyatakan bahwa “manusia punya kehendak, tapi kehendak Allah-lah yang akan berlaku”, “Nyatanya iaradat Allah pada nafsu kita, kalau tidak berkehendak nafsu kita, tidak nyata iradat Allah itu, karena iradat nafsu kita dengan iradat Allah SWT.
Dalam kajian “ Hakikat Tauhid ” ini kita dapat memahami bahwa sifat jaiz pada Allah terbagi atas 4 kelompok dengan nama masimg – masing yaitu:
1. Mungkin Pada Masa Lalu (Wajadda Wa’angqoda)
Mungkin pada masa lalu ini adalah seperti mungkin pada masa nenek moyang atau leluhur kita termasuk didalmnya asal usul dan segala hal yag berhubungan dengannya. Dalam mungkin wajadda wa’angqoda ini pemahaman kita adalah bahwa sifat Qudrat dan Iradat Allah memberi bekasa pada setiap ciptaannya “ Taksyariyah ”.
2. Mungkin Pada Saat Ini ( Maujudat)
Mungkin pada saat ini adalah seperti bumi dan langit beserta isinya termasuk didalamnya munkgin yang dikatakan Alien itu ada dan mungkin aja tidak ada. Dalam mungkin Maujudad ini pemahama kita bahwa sifat Qudrat dan Iradat Allah beserta dengan ciptaan-Nya dalam arti meliputi “ Ma’iyah ”.
3. Mungkin Pada Masa Datang (Sayujad)
Mungkin pada masa akan datng seperti akan adanya anak – anak cucuc seperti keturunan kita. Dalam mungkin Sayujad ini pemahaman kita segala sesuatu yang akan datang itu merupakan penetapan dan hukum atau sebab dari Qudrat dan Iradat Allah “ Hukmiyah ”.
4. Mungkin Dalam Ilmu Allah ( ‘Alimullahu annahu lam yu jad)
Mungkin dalam ilmu Allah berarti tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah apabila Dia berkehendak dengan atau tanpa sebab hukum syri’at diterima atau tidak oleh akal seperti Allah SWT. Menciptakan manusia berkepal tujuh ataupun memasukkan orang kafir kedalan surga semua itu mungkin terjadi karena Allah adalah Zat yang maha kuasa atas segala sesuatu. Dalam mungkin ‘Alimullahu annahu lam yu jad ini pada pemahaman kita adalah Qudrat dan Iradat Allah yang memberi kekuatan dan yang menguatkan ciptaannya “ Qawiyah ”.
Dengan selesainya kajian sifat Mungkin atau Jaiz pada Allah, maka lengkaplah sifat – sifat Allah menjadi 41 sifat yang terdiri atas :
20 sifat yang waji pada Allah
20 sifat yang mustahil bagi Allah
1 sifat Jaiz atau Mungkin bagi Allah.
SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT
1. Wujud : Artinya Ada
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta’ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukan ia a’in maujud dan bukan lain daripada a’in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan tiada) . Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu ‘ain Al-maujud , karena wujud itu zat maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat. Kepercayaan bahwa wujudnya Allah SWT. bukan saja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada. Firman Allah SWT. yang bermaksud :
” Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )
2. Qidam : Artinya Sedia
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah SWT. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas dan azali itu am. Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bagian :
· Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala )
· Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta’ala )
· Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah kepada anak )
· Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )
Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta’ala.
3. Baqa’ : Artinya Kekal
Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada hakikatnya ialah menafikan ada kesudahan bagi wujud Allah Ta’ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta’ala , ada yang kekal dan tidak binasa Selama-lamanya tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ). Perkara –perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala pada mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan ‘ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tungking manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana ianya adalah kekal aradhi jua. Disini nyatalah perkara yang diiktibarkan permulaan dan kesudahan itu terbahagi kepada 3 bagian :
· Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu zat dan sifat Alllah SWT.
· Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi.
· Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith. Artinya : Bersalahan Allah Ta’ala dengan segala yang baharu.
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telahada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan Allah Ta’ala menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya atau perbuatannya. Sesungguhnya zat Allah Ta’ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tiada sesekali zatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis leburan , tumbuh-tumbuhan , tiada berpihak ,tiada bertempat dan tiada dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta’ala itu tiada bersamaan dengan sifat yang baharu karena sifat Allah Ta’ala itu qadim lagi azali dan melengkapi ta’aluqnya. Sifat Sama’ ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta’ala berta’aluq ia pada segala maujudat tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara saja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadith yang menyebut muka dan tangan Allah SWT. , maka perkataan itu hendaklah kita iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang layak dengan Allah Ta’ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta’ala bersifat dengan segala sifat yang baharu.
5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : Artinya : Berdiri Allah Ta’ala dengan sendirinya .
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak berkehendak kepada yang menjadikannya Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan Allah SWT. berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya. Allah SWT itu terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu sama adapada perbuatannya atau hukumannya. Allah SWT menjadikan tiap-tiap sesuatu dan mengadakan undang-undang semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali kepada sekalian makhluk . Allah SWT menjadikan sesuatu ( segala makhluk ) adalah karena kelebihan dan belas kasihannya bukan berhajat kepada faedah. Allah SWT. Maha Terkaya daripada mengambil apa-apa manafaat di atas kataatan hamba-hambanya dan tidak sesekali menjadi mudharat kepada Allah Ta’ala atas sebab kemaksiatan dan kemungkaran hamba-hambanya. Apa yang diperintahkan atau ditegah pada hamba-hambanya adalah perkara yang kembali faedah dan manafaatnya kepada hamba-hambaNya jua. Firman Allah SWT. yang bermaksud :
” Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya itu pada dirinya jua dan barangsiapa berbuat jahat maka balasannya (siksaannya ) itu tertanggung ke atas dirinya jua “. ( Surah Fussilat : Ayat 46 ). Syeikh Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu dengan nisbah berkehendak kepada tempat dan kepada yang menjadikannya, terbahagi kepada empat bagian :
· Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadikannya Yaitu zat Allah SWT.
· Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya Yaitu segala aradh ( segala sifat yang baharu ).
· Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak kepada yang menjadikannya Yaitu segala jirim. ( Segala zat yang baharu ) .
· Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat Yaitu sifat Allah Ta’ala.
6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat & pada perbuatan.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat, pada sifat dan pada perbuatan sama ada bilangan yang muttasil (yang berhubung ) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).
Makna Esa Allah SWT pada zat itu Yaitu menafikan Kam Muttasil pada Zat ( menafikan bilangan yang berhubung dengan zat ) seperti tiada zat Allah Ta’ala tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat dan lain-lain. Dan menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang bercerai pada zat Allah Ta’ala )seperti tiada zat yang lain menyamai zat Allah Ta’ala.
Makna Esa Allah SWT pada sifat Yaitu menafikan Kam muttasil pada Sifat ( menafikan bilangan yang berhubung pada sifatnya ) Yaitu tidak sekali-kali bagi Allah Ta’ala pada satu-satu jenis sifatnya dua qudrat dan menafikan Kam Munfasil pada sifat ( menafikan bilangan –bilangan yang bercerai pada sifat ) Yaitu tidak ada sifat yang lain menyamai sebagaimana sifat Allah SWT. yang Maha Sempurna.
Makna Esa Allah SWT pada perbuatan Yaitu menafikan Kam Muttasil pada perbuatan ( menafikan bilangan yang bercerai–cerai pada perbuatan ) Yaitu tidak ada perbuatan yang lain menyamai seperti perbuatan Allah bahkan segala apa yang berlaku di dalam alam semuanya perbuatan Allah SWT sama ada perbuatan itu baik rupanya dan hakikatnya seperti iman dan taat atau jahat rupanya tiada pada hakikat-nya seperti kufur dan maksiat sama ada perbuatan dirinya atau perbuatan yang lainnya ,semuanya perbuatan Allah SWT dan tidak sekali-kali hamba mempunyai perbuatan pada hakikatnya hanya pada usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas. Maka wajiblah bagi Allah Ta’ala bersifat Wahdaniyyah dan ternafi bagi Kam yang lima itu Yaitu :
1. Kam Muttasil pada zat.
2. Kam Munfasil pada zat.
3. Kam Muttasil pada sifat.
4. Kam Munfasil pada sifat.
5. Kam Munfasil pada perbuatan.
Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang lain menyamai dengan zat , sifat dan perbuatan Allah SWT . Dan tertolak segala kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada menyekutukan Allah Ta’ala dan perkara-perkara yang menjejaskan serta merusakkan iman.
7. Al – Qudrah : Artinya : Kuasa qudrah Allah SWT.
Memberi bekas pada mengadakan meniadakan tiap-tiap sesuatu. Pada hakikatnya ialah satu sifat yang qadim lagi azali yang thabit ( tetap ) berdiri pada zat Allah SWT. yang mengadakan tiap-tiap yang ada dan meniadakan tiap-tiap yang tiada bersetuju dengan iradah. Adalah bagi manusia itu usaha dan ikhtiar tidak boleh memberi bekas pada mengadakan atau meniadakan , hanya usaha dan ikhtiar pada jalan menjayakan sesuatu . Kepercayaan dan iktiqad manusia di dalam perkara ini berbagai-bagaiFikiran dan fahaman seterusnya membawa berbagai-bagai kepercayaan dan iktiqad.
a. Iktiqad Qadariah :
Perkataan qadariah Yaitu nisbah kepada qudrat . Maksudnya orang yang beriktiqad akan segala perbuatan yang dilakukan manusia itu sama ada baik atau jahat semuanya terbit atau berpunca daripada usaha dan ikhtiar manusia itu sendiri dan sedikitpun tiada bersangkut-paut dengan kuasa Allah SWT.
b. Iktiqad Jabariah :
Perkataan Jabariah itu nisbah kepada Jabar ( Tergagah ) dan maksudnya orang yang beriktiqad manusia dan makhluk bergantung kepada qadak dan qadar Allah semata-mata ( tiada usaha dan ikhtiar atau boleh memilih samasekali ).
c. Iktiqad Ahli Sunnah Wal – Jamaah :
Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaahialah orang yang mengikut perjalanan Nabi dan perjalanan orang-orang Islam Yaitu beriktiqad bahwa hamba itu tidak digagahi semata-mata dan tidak memberi bekas segala perbuatan yang disengajanya, tetapi ada perbuatan yang di sengaja pada zahir itu yang dikatakan usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas sebenarnya sengaja hamba itu daripada Allah Ta;ala jua. Maka pada segala makhluk ada usaha dan ikhtiar pada zahir dan tergagah pada batin dan ikhtiar serta usaha hamba adalah tempat pergantungan taklif ( hukum ) ke atasnya dengan suruhan dan tegahan ( ada pahala dan dosa ).
8. Iradah : Artinya : Menghendaki Allah Ta’ala.
Maksudnya menentukan segala mumkin ttg adanya atau tiadanya. Sebenarnya adalah sifat yang qadim lagi azali thabit berdiri pada Zat Allah Ta’ala yang menentukan segala perkara yang harus atau setengah yang harus atas mumkin . Maka Allah Ta’ala yang selayaknya menghendaki tiap-tiap sesuatu apa yang diperbuatnya. Umat Islam beriktiqad akan segala hal yang telah berlaku dan yang akan berlaku adalah dengan mendapat ketentuan daripada Allah Ta’ala tentang rezeki , umur , baik , jahat , kaya , miskin dan sebagainya serta wajib pula beriktiqad manusia ada mempunyai nasib ( bagian ) di dalam dunia ini sebagaimana firman Allah SWT. yang bermaksud : ” Janganlah kamu lupakan nasib ( bagian ) kamudi dalam dunia ” . (Surah Al – Qasash : Ayat 77). Kesimpulannya ialah umat Islam mestilah bersungguh-sungguh untuk kemajuan di dunia dan akhirat di mana menjunjung titah perintah Allah Ta’aladan menjauhi akan segala larangan dan tegahannyadan bermohon dan berserah kepada Allah SWT.
9. ‘Ilmu : Artinya : Mengetahui Allah Ta’ala .
Maksudnya nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama ada yangMaujud (ada) atau yang Ma’adum ( tiada ). Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada ( thabit ) qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala Maha Mengetahui akan segala sesuatu sama ada perkara. Itu tersembunyi atau rahasia dan juga yang terang dan nyata. Maka ’ilmu Allah Ta’ala Maha Luas meliputi tiap-tiap sesuatu diAlam yang fana’ ini.
10. Hayat . Artinya : Hidup Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala . Segala sifat yang ada berdiri pada zat daripada sifat Idrak ( pendapat ) Yaitu : sifat qudrat, iradat , Ilmu , Sama’ Bashar dan Kalam.
11. Sama’ : Artinya : Mendengar Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada Zat Allah Ta’ala. Yaitu dengan terang dan nyata pada tiap-tiap yang maujud sama ada yang maujud itu qadim seperti ia mendengar kalamnya atau yang ada itu harus sama ada atau telah ada atau yang akan diadakan. Tiada terhijab (terdinding ) seperti dengan sebab jauh , bising , bersuara , tidak bersuara dan sebagainya. Allah Ta’ala Maha Mendengar akan segala yang terang dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud :
” Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.
( Surah An-Nisa’a – Ayat 148 )
12. Bashar : Artinya : Melihat Allah Ta’ala .
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala wajib bersifat Maha Melihat sama ada yang dapat dilihat oleh manusia atau tidak, jauh atau dekat , terang atau gelap , zahir atau tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Dan Allah Maha Melihat akan segala yang mereka kerjakan “. ( Surah Ali Imran – Ayat 163 )
13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim lagi azali , berdiri pada zat Allah Ta’ala. Menunjukkan apa yang diketahui oleh ilmu daripada yang wajib, maka ia menunjukkan atas yang wajib sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Aku Allah , tiada tuhan melainkan Aku ………”. ( Surah Taha – Ayat 14 ) Dan daripada yang mustahil sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” ……..( kata orang Nasrani ) bahwasanya Allah Ta’ala yang ketiga daripada tiga……….”. (Surah Al-Mai’dah – Ayat 73). Dan daripada yang harus sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu”. (Surah Ash. Shaffaat – Ayat 96). Kalam Allah Ta’ala itu satu sifat jua tiada berbilang. Tetapi ia berbagai-bagai jika dipandang dari perkara yang dikatakan Yaitu :
1. Menunjuk kepada ‘amar ( perintah ) seperti tuntutan mendirikan solat dan lain-lain kefardhuan.
2. Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan lain-lain larangan.
3. Menunjuk kepada khabar ( berita ) seperti kisah-kisah Firaundan lain-lain.
4. Menunjuk kepada wa’ad ( janji baik ) seperti orang yang taat dan beramal soleh akan dapat balasan syurga dan lain-lain.
5. Menunjuk kepada wa’ud ( janji balasan siksa ) seperti orang yang mendurhaka kepada ibu & bapak akan dibalas dengan azab siksa yang amat berat.
14. Kaunuhu Qadiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Qudrat.
15.Kaunuhu Muridan : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Iradat.
16.Kaunuhu ‘Aliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat ‚Ilmu.
17.Kaunuhu Hayyun : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Hayat.
18.Kaunuhu Sami’an : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, Yaitu lain daripada sifat Sama’.
19.Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Bashar.
20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Kalam.
SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH S.W.T
Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang menjadi lawan daripada dua puluh sifat yang wajib baginya. Maka dengan sebab itulah di nyatakan di sini sifat-sifat yang mustahil satu-persatu :
1. ‘Adam beerti “tiada”
2. Huduth beerti “baharu”
3. Fana’ beerti “binasa”
4. Mumathalatuhu Lilhawadith beerti “menyerupai makhluk”
5. Qiyamuhu Bighayrih beerti “berdiri dengan yang lain”
6. Ta’addud beerti “berbilang-bilang”
7. ‘Ajz beerti “lemah”
8. Karahah beerti “terpaksa”
9. Jahl beerti “jahil/bodoh”
10. Mawt beerti “mati”
11. Samam beerti “tuli”
12. ‘Umy beerti “buta”
13. Bukm beerti “bisu”
14. Kaunuhu ‘Ajizan beerti “keadaannya yang lemah”
15. Kaunuhu Karihan beerti “keadaannya yang terpaksa”
16. Kaunuhu Jahilan beerti “keadaannya yang jahil/bodoh”
17. Kaunuhu Mayyitan beerti “keadaannya yang mati”
18. Kaunuhu Asam beerti “keadaannya yang tuli”
19. Kaunuhu A’ma beerti “keadaannya yang buta”
20. Kaunuhu Abkam beerti “keadaannya yang bisu”
SIFAT HARUS BAGI ALLAH S.W.T
Adalah sifat yang harus pada hak Allah Ta’ala hanya satu saja Yaitu Harus bagi Allah mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu atau di sebut sebagai “mumkin” (Fi’lu kulli Mumkinin Autarkuhu). Mumkin ialah sesuatu yang harus ada dan tiada. Harus disini artinya boleh-boleh saja. Artinya boleh-boleh saja Allah SWT menciptakan sesuatu, yakni tidak ada paksaan dari sesuatu, karena Allah bersifat Qudrat dan Irodah. Dan boleh-boleh saja bagi Allah SWT meniadakan sesuatu.
Hikmah Beriman Pada Sifat Jaiz
Dengan mengimani sifat jaiz Allah akan meningkatkan keimanan kita bahwa Allah maha sempurna tanpa kekurangan apapun. Walaupun Allah memiliki kebebasan untuk bernuat apa saja, namun Allah tidak akan berbuat sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagi manusia. Misalnya Allah menciptakan sakit bagi manusia, ternyat ada hikmahnya bagi manusia, ilmu kedokteran semakin berkembang. Allah menciptakan nyamuk pasti ada hikmahnya yaitu, agar manusia menjaga kebersiahan baik dirinya sendiri ataupun lingkungannya dan juga lapangan kerja akan semakin terbuka diperusahaan obat nyamuk. Yang mana pada ahirnya bisa memmbuka lowongan kerja bagi manusia yang nantinya akan memberikan penghasilan bagi manusia sendiri yang mana penghasilan itu bisa digunakan untuk kebutuhan hidupnya dan juga untuk mengabdi pada Allah. Dan juga kamu bisa mengkontekstualisasikan dengan terjadinya gempa di Padang. Derngan kejadian itu kita pastinya akan ada hikmahnya tersendiri. Yang mana hal itu terjadi karena dimotori oleh sifat Jaiz Allah itu sendiri.
Materi : sifat jaiz bagi Allah swt
Kelas/semester :IV /2
Standar kompetensi : mengenal sifat jaiz Allah SWT
Kompetensi :menyebutkan sifat jaiz Allah SWT
Indicator : menjelaskan sifat jaiz Allah SWT
menyebutkan sifat jaiz Allah SWT
Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat menjelaskan pengertian sifat jaiz bagi Allah SWT2.Siswa dapat menyebutkan sifat jaiz bagi Allah SWTMateri Pembelajaran: Sifat jaiz Allah SWT
Metode Pembelajaraz:
Siswa mengadakan diskusi dengan teman-temannya membahas pengertian sifat jaiz bagi Allah SWT2.Siswa menyebutkan sifat jaiz bagi Allah SW
Pengertian Sifat Jaiz Bagi Allah SWT.
Allah swt selain memiliki sifat wajib dan mustahil juga memiliki sifat jaiz. Menurut arti bahasa jaiz artinya boleh. Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah swt. yaitu sifat yang boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Sifat Jaiz Allah hanya ada satu yaitu Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, artinya memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya. Maksudnya Allah itu berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak-Nya.Jaiz pada sifat Allah SWT berarti “mungkin” ada yaitu sesuai sifat Allah SWT Iradat yang berarti berkehendak dengan sifat Iradah-Nya sehingga segala sesuatu bersifat mungkin dan tidak mustahil bagi-Nya. Secara syari’at dinyatakan bahwa “manusia punya kehendak, tapi kehendak Allah-lah yang akan berlaku”, “Nyatanya iaradat Allah pada nafsu kita, kalau tidak berkehendak nafsu kita, tidak nyata iradat Allah itu, karena iradat nafsu kita dengan iradat Allah SWT.
Dalam kajian “ Hakikat Tauhid ” ini kita dapat memahami bahwa sifat jaiz pada Allah terbagi atas 4 kelompok dengan nama masimg – masing yaitu:
1. Mungkin Pada Masa Lalu (Wajadda Wa’angqoda)
Mungkin pada masa lalu ini adalah seperti mungkin pada masa nenek moyang atau leluhur kita termasuk didalmnya asal usul dan segala hal yag berhubungan dengannya. Dalam mungkin wajadda wa’angqoda ini pemahaman kita adalah bahwa sifat Qudrat dan Iradat Allah memberi bekasa pada setiap ciptaannya “ Taksyariyah ”.
2. Mungkin Pada Saat Ini ( Maujudat)
Mungkin pada saat ini adalah seperti bumi dan langit beserta isinya termasuk didalamnya munkgin yang dikatakan Alien itu ada dan mungkin aja tidak ada. Dalam mungkin Maujudad ini pemahama kita bahwa sifat Qudrat dan Iradat Allah beserta dengan ciptaan-Nya dalam arti meliputi “ Ma’iyah ”.
3. Mungkin Pada Masa Datang (Sayujad)
Mungkin pada masa akan datng seperti akan adanya anak – anak cucuc seperti keturunan kita. Dalam mungkin Sayujad ini pemahaman kita segala sesuatu yang akan datang itu merupakan penetapan dan hukum atau sebab dari Qudrat dan Iradat Allah “ Hukmiyah ”.
4. Mungkin Dalam Ilmu Allah ( ‘Alimullahu annahu lam yu jad)
Mungkin dalam ilmu Allah berarti tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah apabila Dia berkehendak dengan atau tanpa sebab hukum syri’at diterima atau tidak oleh akal seperti Allah SWT. Menciptakan manusia berkepal tujuh ataupun memasukkan orang kafir kedalan surga semua itu mungkin terjadi karena Allah adalah Zat yang maha kuasa atas segala sesuatu. Dalam mungkin ‘Alimullahu annahu lam yu jad ini pada pemahaman kita adalah Qudrat dan Iradat Allah yang memberi kekuatan dan yang menguatkan ciptaannya “ Qawiyah ”.
Dengan selesainya kajian sifat Mungkin atau Jaiz pada Allah, maka lengkaplah sifat – sifat Allah menjadi 41 sifat yang terdiri atas :
20 sifat yang waji pada Allah
20 sifat yang mustahil bagi Allah
1 sifat Jaiz atau Mungkin bagi Allah.
SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT
1. Wujud : Artinya Ada
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta’ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukan ia a’in maujud dan bukan lain daripada a’in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan tiada) . Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu ‘ain Al-maujud , karena wujud itu zat maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat. Kepercayaan bahwa wujudnya Allah SWT. bukan saja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada. Firman Allah SWT. yang bermaksud :
” Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )
2. Qidam : Artinya Sedia
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah SWT. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas dan azali itu am. Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bagian :
· Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala )
· Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta’ala )
· Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah kepada anak )
· Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )
Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta’ala.
3. Baqa’ : Artinya Kekal
Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada hakikatnya ialah menafikan ada kesudahan bagi wujud Allah Ta’ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta’ala , ada yang kekal dan tidak binasa Selama-lamanya tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ). Perkara –perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala pada mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan ‘ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tungking manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana ianya adalah kekal aradhi jua. Disini nyatalah perkara yang diiktibarkan permulaan dan kesudahan itu terbahagi kepada 3 bagian :
· Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu zat dan sifat Alllah SWT.
· Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi.
· Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith. Artinya : Bersalahan Allah Ta’ala dengan segala yang baharu.
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telahada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan Allah Ta’ala menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya atau perbuatannya. Sesungguhnya zat Allah Ta’ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tiada sesekali zatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis leburan , tumbuh-tumbuhan , tiada berpihak ,tiada bertempat dan tiada dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta’ala itu tiada bersamaan dengan sifat yang baharu karena sifat Allah Ta’ala itu qadim lagi azali dan melengkapi ta’aluqnya. Sifat Sama’ ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta’ala berta’aluq ia pada segala maujudat tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara saja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadith yang menyebut muka dan tangan Allah SWT. , maka perkataan itu hendaklah kita iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang layak dengan Allah Ta’ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta’ala bersifat dengan segala sifat yang baharu.
5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : Artinya : Berdiri Allah Ta’ala dengan sendirinya .
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak berkehendak kepada yang menjadikannya Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan Allah SWT. berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya. Allah SWT itu terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu sama adapada perbuatannya atau hukumannya. Allah SWT menjadikan tiap-tiap sesuatu dan mengadakan undang-undang semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali kepada sekalian makhluk . Allah SWT menjadikan sesuatu ( segala makhluk ) adalah karena kelebihan dan belas kasihannya bukan berhajat kepada faedah. Allah SWT. Maha Terkaya daripada mengambil apa-apa manafaat di atas kataatan hamba-hambanya dan tidak sesekali menjadi mudharat kepada Allah Ta’ala atas sebab kemaksiatan dan kemungkaran hamba-hambanya. Apa yang diperintahkan atau ditegah pada hamba-hambanya adalah perkara yang kembali faedah dan manafaatnya kepada hamba-hambaNya jua. Firman Allah SWT. yang bermaksud :
” Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya itu pada dirinya jua dan barangsiapa berbuat jahat maka balasannya (siksaannya ) itu tertanggung ke atas dirinya jua “. ( Surah Fussilat : Ayat 46 ). Syeikh Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu dengan nisbah berkehendak kepada tempat dan kepada yang menjadikannya, terbahagi kepada empat bagian :
· Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadikannya Yaitu zat Allah SWT.
· Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya Yaitu segala aradh ( segala sifat yang baharu ).
· Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak kepada yang menjadikannya Yaitu segala jirim. ( Segala zat yang baharu ) .
· Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat Yaitu sifat Allah Ta’ala.
6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat & pada perbuatan.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat, pada sifat dan pada perbuatan sama ada bilangan yang muttasil (yang berhubung ) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).
Makna Esa Allah SWT pada zat itu Yaitu menafikan Kam Muttasil pada Zat ( menafikan bilangan yang berhubung dengan zat ) seperti tiada zat Allah Ta’ala tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat dan lain-lain. Dan menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang bercerai pada zat Allah Ta’ala )seperti tiada zat yang lain menyamai zat Allah Ta’ala.
Makna Esa Allah SWT pada sifat Yaitu menafikan Kam muttasil pada Sifat ( menafikan bilangan yang berhubung pada sifatnya ) Yaitu tidak sekali-kali bagi Allah Ta’ala pada satu-satu jenis sifatnya dua qudrat dan menafikan Kam Munfasil pada sifat ( menafikan bilangan –bilangan yang bercerai pada sifat ) Yaitu tidak ada sifat yang lain menyamai sebagaimana sifat Allah SWT. yang Maha Sempurna.
Makna Esa Allah SWT pada perbuatan Yaitu menafikan Kam Muttasil pada perbuatan ( menafikan bilangan yang bercerai–cerai pada perbuatan ) Yaitu tidak ada perbuatan yang lain menyamai seperti perbuatan Allah bahkan segala apa yang berlaku di dalam alam semuanya perbuatan Allah SWT sama ada perbuatan itu baik rupanya dan hakikatnya seperti iman dan taat atau jahat rupanya tiada pada hakikat-nya seperti kufur dan maksiat sama ada perbuatan dirinya atau perbuatan yang lainnya ,semuanya perbuatan Allah SWT dan tidak sekali-kali hamba mempunyai perbuatan pada hakikatnya hanya pada usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas. Maka wajiblah bagi Allah Ta’ala bersifat Wahdaniyyah dan ternafi bagi Kam yang lima itu Yaitu :
1. Kam Muttasil pada zat.
2. Kam Munfasil pada zat.
3. Kam Muttasil pada sifat.
4. Kam Munfasil pada sifat.
5. Kam Munfasil pada perbuatan.
Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang lain menyamai dengan zat , sifat dan perbuatan Allah SWT . Dan tertolak segala kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada menyekutukan Allah Ta’ala dan perkara-perkara yang menjejaskan serta merusakkan iman.
7. Al – Qudrah : Artinya : Kuasa qudrah Allah SWT.
Memberi bekas pada mengadakan meniadakan tiap-tiap sesuatu. Pada hakikatnya ialah satu sifat yang qadim lagi azali yang thabit ( tetap ) berdiri pada zat Allah SWT. yang mengadakan tiap-tiap yang ada dan meniadakan tiap-tiap yang tiada bersetuju dengan iradah. Adalah bagi manusia itu usaha dan ikhtiar tidak boleh memberi bekas pada mengadakan atau meniadakan , hanya usaha dan ikhtiar pada jalan menjayakan sesuatu . Kepercayaan dan iktiqad manusia di dalam perkara ini berbagai-bagaiFikiran dan fahaman seterusnya membawa berbagai-bagai kepercayaan dan iktiqad.
a. Iktiqad Qadariah :
Perkataan qadariah Yaitu nisbah kepada qudrat . Maksudnya orang yang beriktiqad akan segala perbuatan yang dilakukan manusia itu sama ada baik atau jahat semuanya terbit atau berpunca daripada usaha dan ikhtiar manusia itu sendiri dan sedikitpun tiada bersangkut-paut dengan kuasa Allah SWT.
b. Iktiqad Jabariah :
Perkataan Jabariah itu nisbah kepada Jabar ( Tergagah ) dan maksudnya orang yang beriktiqad manusia dan makhluk bergantung kepada qadak dan qadar Allah semata-mata ( tiada usaha dan ikhtiar atau boleh memilih samasekali ).
c. Iktiqad Ahli Sunnah Wal – Jamaah :
Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaahialah orang yang mengikut perjalanan Nabi dan perjalanan orang-orang Islam Yaitu beriktiqad bahwa hamba itu tidak digagahi semata-mata dan tidak memberi bekas segala perbuatan yang disengajanya, tetapi ada perbuatan yang di sengaja pada zahir itu yang dikatakan usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas sebenarnya sengaja hamba itu daripada Allah Ta;ala jua. Maka pada segala makhluk ada usaha dan ikhtiar pada zahir dan tergagah pada batin dan ikhtiar serta usaha hamba adalah tempat pergantungan taklif ( hukum ) ke atasnya dengan suruhan dan tegahan ( ada pahala dan dosa ).
8. Iradah : Artinya : Menghendaki Allah Ta’ala.
Maksudnya menentukan segala mumkin ttg adanya atau tiadanya. Sebenarnya adalah sifat yang qadim lagi azali thabit berdiri pada Zat Allah Ta’ala yang menentukan segala perkara yang harus atau setengah yang harus atas mumkin . Maka Allah Ta’ala yang selayaknya menghendaki tiap-tiap sesuatu apa yang diperbuatnya. Umat Islam beriktiqad akan segala hal yang telah berlaku dan yang akan berlaku adalah dengan mendapat ketentuan daripada Allah Ta’ala tentang rezeki , umur , baik , jahat , kaya , miskin dan sebagainya serta wajib pula beriktiqad manusia ada mempunyai nasib ( bagian ) di dalam dunia ini sebagaimana firman Allah SWT. yang bermaksud : ” Janganlah kamu lupakan nasib ( bagian ) kamudi dalam dunia ” . (Surah Al – Qasash : Ayat 77). Kesimpulannya ialah umat Islam mestilah bersungguh-sungguh untuk kemajuan di dunia dan akhirat di mana menjunjung titah perintah Allah Ta’aladan menjauhi akan segala larangan dan tegahannyadan bermohon dan berserah kepada Allah SWT.
9. ‘Ilmu : Artinya : Mengetahui Allah Ta’ala .
Maksudnya nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama ada yangMaujud (ada) atau yang Ma’adum ( tiada ). Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada ( thabit ) qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala Maha Mengetahui akan segala sesuatu sama ada perkara. Itu tersembunyi atau rahasia dan juga yang terang dan nyata. Maka ’ilmu Allah Ta’ala Maha Luas meliputi tiap-tiap sesuatu diAlam yang fana’ ini.
10. Hayat . Artinya : Hidup Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala . Segala sifat yang ada berdiri pada zat daripada sifat Idrak ( pendapat ) Yaitu : sifat qudrat, iradat , Ilmu , Sama’ Bashar dan Kalam.
11. Sama’ : Artinya : Mendengar Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada Zat Allah Ta’ala. Yaitu dengan terang dan nyata pada tiap-tiap yang maujud sama ada yang maujud itu qadim seperti ia mendengar kalamnya atau yang ada itu harus sama ada atau telah ada atau yang akan diadakan. Tiada terhijab (terdinding ) seperti dengan sebab jauh , bising , bersuara , tidak bersuara dan sebagainya. Allah Ta’ala Maha Mendengar akan segala yang terang dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud :
” Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.
( Surah An-Nisa’a – Ayat 148 )
12. Bashar : Artinya : Melihat Allah Ta’ala .
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala wajib bersifat Maha Melihat sama ada yang dapat dilihat oleh manusia atau tidak, jauh atau dekat , terang atau gelap , zahir atau tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Dan Allah Maha Melihat akan segala yang mereka kerjakan “. ( Surah Ali Imran – Ayat 163 )
13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim lagi azali , berdiri pada zat Allah Ta’ala. Menunjukkan apa yang diketahui oleh ilmu daripada yang wajib, maka ia menunjukkan atas yang wajib sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Aku Allah , tiada tuhan melainkan Aku ………”. ( Surah Taha – Ayat 14 ) Dan daripada yang mustahil sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” ……..( kata orang Nasrani ) bahwasanya Allah Ta’ala yang ketiga daripada tiga……….”. (Surah Al-Mai’dah – Ayat 73). Dan daripada yang harus sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu”. (Surah Ash. Shaffaat – Ayat 96). Kalam Allah Ta’ala itu satu sifat jua tiada berbilang. Tetapi ia berbagai-bagai jika dipandang dari perkara yang dikatakan Yaitu :
1. Menunjuk kepada ‘amar ( perintah ) seperti tuntutan mendirikan solat dan lain-lain kefardhuan.
2. Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan lain-lain larangan.
3. Menunjuk kepada khabar ( berita ) seperti kisah-kisah Firaundan lain-lain.
4. Menunjuk kepada wa’ad ( janji baik ) seperti orang yang taat dan beramal soleh akan dapat balasan syurga dan lain-lain.
5. Menunjuk kepada wa’ud ( janji balasan siksa ) seperti orang yang mendurhaka kepada ibu & bapak akan dibalas dengan azab siksa yang amat berat.
14. Kaunuhu Qadiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Qudrat.
15.Kaunuhu Muridan : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Iradat.
16.Kaunuhu ‘Aliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat ‚Ilmu.
17.Kaunuhu Hayyun : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Hayat.
18.Kaunuhu Sami’an : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, Yaitu lain daripada sifat Sama’.
19.Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Bashar.
20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Kalam.
SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH S.W.T
Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang menjadi lawan daripada dua puluh sifat yang wajib baginya. Maka dengan sebab itulah di nyatakan di sini sifat-sifat yang mustahil satu-persatu :
1. ‘Adam beerti “tiada”
2. Huduth beerti “baharu”
3. Fana’ beerti “binasa”
4. Mumathalatuhu Lilhawadith beerti “menyerupai makhluk”
5. Qiyamuhu Bighayrih beerti “berdiri dengan yang lain”
6. Ta’addud beerti “berbilang-bilang”
7. ‘Ajz beerti “lemah”
8. Karahah beerti “terpaksa”
9. Jahl beerti “jahil/bodoh”
10. Mawt beerti “mati”
11. Samam beerti “tuli”
12. ‘Umy beerti “buta”
13. Bukm beerti “bisu”
14. Kaunuhu ‘Ajizan beerti “keadaannya yang lemah”
15. Kaunuhu Karihan beerti “keadaannya yang terpaksa”
16. Kaunuhu Jahilan beerti “keadaannya yang jahil/bodoh”
17. Kaunuhu Mayyitan beerti “keadaannya yang mati”
18. Kaunuhu Asam beerti “keadaannya yang tuli”
19. Kaunuhu A’ma beerti “keadaannya yang buta”
20. Kaunuhu Abkam beerti “keadaannya yang bisu”
SIFAT HARUS BAGI ALLAH S.W.T
Adalah sifat yang harus pada hak Allah Ta’ala hanya satu saja Yaitu Harus bagi Allah mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu atau di sebut sebagai “mumkin” (Fi’lu kulli Mumkinin Autarkuhu). Mumkin ialah sesuatu yang harus ada dan tiada. Harus disini artinya boleh-boleh saja. Artinya boleh-boleh saja Allah SWT menciptakan sesuatu, yakni tidak ada paksaan dari sesuatu, karena Allah bersifat Qudrat dan Irodah. Dan boleh-boleh saja bagi Allah SWT meniadakan sesuatu.
Hikmah Beriman Pada Sifat Jaiz
Dengan mengimani sifat jaiz Allah akan meningkatkan keimanan kita bahwa Allah maha sempurna tanpa kekurangan apapun. Walaupun Allah memiliki kebebasan untuk bernuat apa saja, namun Allah tidak akan berbuat sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagi manusia. Misalnya Allah menciptakan sakit bagi manusia, ternyat ada hikmahnya bagi manusia, ilmu kedokteran semakin berkembang. Allah menciptakan nyamuk pasti ada hikmahnya yaitu, agar manusia menjaga kebersiahan baik dirinya sendiri ataupun lingkungannya dan juga lapangan kerja akan semakin terbuka diperusahaan obat nyamuk. Yang mana pada ahirnya bisa memmbuka lowongan kerja bagi manusia yang nantinya akan memberikan penghasilan bagi manusia sendiri yang mana penghasilan itu bisa digunakan untuk kebutuhan hidupnya dan juga untuk mengabdi pada Allah. Dan juga kamu bisa mengkontekstualisasikan dengan terjadinya gempa di Padang. Derngan kejadian itu kita pastinya akan ada hikmahnya tersendiri. Yang mana hal itu terjadi karena dimotori oleh sifat Jaiz Allah itu sendiri.
http://blog.unnes.ac.id/laras/2010/11/25/rukun-iman-rukun-islam-malaikat-dan-tugasnya-pai-sd/
26/02/2012
Rukun Iman ada enam (6) perkara :
(1) Beriman kepada ALLAH SWT
(2) Beriman kepada Malaikat-malaikat
(3) Beriman kepada Kitab-kitab
(4) Beriman kepada Rasul-rasul
(5) Beriman kepada Hari Kiamat
(6) Beriman kepada Qada dan Qadar
Rukun Islam ada lima (5) perkara :
(1) Mengucap dua kalimah syahadat
(2) Sembahyang lima waktu
(3) Berpuasa sebulan dalam bulan Ramadhan
(4) Menunaikan haji ke Baitullah (Mekah)
(5) Menunaikan zakat
25 Nama Nabi dan Rasul yang Wajib Kita Ketahui – Agama Islam
Dalam agama islam terdapat 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui dengan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang terakhir untuk seluruh umat spanjang masa, yaitu :
1. Adam AS.
2. Idris AS.
3. Nuh AS.
4. Hud AS.
5. Soleh AS.
6. Ibrahim AS.
7. Luth AS.
8. Ismail AS.
9. Ishak AS.
10. Yakub AS.
11. Yusuf AS.
12. Ayub AS.
13. Sueb AS.
14. Musa AS.
15. Harun AS.
16. Zulkifli AS.
17. Daud AS.
18. Sulaiman AS.
19. Ilyas AS.
20. Ilyasa AS.
21. Yunus AS.
22. Zakaria AS.
23. Yahya AS.
24. Isa AS.
25. Muhammad SAW.
Nabi yang mendapat julukan Ulul Azmi atau nabi/rasul yang memiliki ketabahan yang luar biasa dalam menjalankan kenabiannya :
1. Nuh AS.
2. Ibrahim AS.
3. Musa AS.
4. Isa AS.
5. Muhammad SAW.
Nama-Nama 10 Malaikat Yang Wajib Kita Ketahui Dalam Ajaran Agama Islam – Rukun Iman
Berikut ini adalah nama malaikat yang ada di Al-Quran maupun di Hadist Nabi dengan jumlah sepuluh malaikat yang harus kita ketahui nama dan jabatan atau tigas mereka. Jumlah malaikat sebenarnya tidak terhitung jumlahnya. Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari bahan cahaya atau nur yang diciptakan Allah hanya untuk menyembahNya tanpa memiliki hawa nafsu seperti layaknya manusia dan setan yang terkutuk.
1. Malaikat Jibril memiliki tugas / bertugas menyampaikan wahyu dari Allah SWT.
2. Malaikat Isrofil / Izrofil memiliki tugas / bertugas meniup sangkakala penanda hari kiamat telah tiba.
3. Malaikat Izroil / Isroil / Maut memiliki tugas / bertugas mencabut nyawa.
4. Malaikat Rokib / Rakib / Raqib / Roqib memiliki tugas / bertugas memcatat segala perbuatan amal baik atau kebajikan seseorang.
5. Malaikat Atit / Atid memiliki tugas / bertugas mencatat segala perbuatan buruk, bejat dan dosa seseorang.
6. Malaikat Mungkar / Munkar memiliki tugas / bertugas menanyakan seseorang di alam kubur mengenai segala perbuatannya semasa hidup di dunia.
7. Malaikat Nakir memiliki tugas / bertugas menanyakan seseorang di alam kubur mengenai segala perbuatannya semasa hidup di dunia. Sama dengan job desc malaikat Munkar
8. Malaikat Mikail memiliki tugas / bertugas memberikan dan menyampaikan rejeki / rizki.
9. Malaikat Ridwan memiliki tugas / bertugas menjaga pintu surga
10. Malaikat Ridwan memiliki tugas / bertugas menjaga pintu neraka
Tambahan malaikat berdasarkan kitab suci Alquran :
- Malaikat zabaniyah / zabaniah : 19 malaikat penyiksa dalam neraka
- Humalatur arsy : Empat malaikat pembawa Arsy Allah SWT
Rukun Iman ada enam (6) perkara :
(1) Beriman kepada ALLAH SWT
(2) Beriman kepada Malaikat-malaikat
(3) Beriman kepada Kitab-kitab
(4) Beriman kepada Rasul-rasul
(5) Beriman kepada Hari Kiamat
(6) Beriman kepada Qada dan Qadar
Rukun Islam ada lima (5) perkara :
(1) Mengucap dua kalimah syahadat
(2) Sembahyang lima waktu
(3) Berpuasa sebulan dalam bulan Ramadhan
(4) Menunaikan haji ke Baitullah (Mekah)
(5) Menunaikan zakat
25 Nama Nabi dan Rasul yang Wajib Kita Ketahui – Agama Islam
Dalam agama islam terdapat 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui dengan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang terakhir untuk seluruh umat spanjang masa, yaitu :
1. Adam AS.
2. Idris AS.
3. Nuh AS.
4. Hud AS.
5. Soleh AS.
6. Ibrahim AS.
7. Luth AS.
8. Ismail AS.
9. Ishak AS.
10. Yakub AS.
11. Yusuf AS.
12. Ayub AS.
13. Sueb AS.
14. Musa AS.
15. Harun AS.
16. Zulkifli AS.
17. Daud AS.
18. Sulaiman AS.
19. Ilyas AS.
20. Ilyasa AS.
21. Yunus AS.
22. Zakaria AS.
23. Yahya AS.
24. Isa AS.
25. Muhammad SAW.
Nabi yang mendapat julukan Ulul Azmi atau nabi/rasul yang memiliki ketabahan yang luar biasa dalam menjalankan kenabiannya :
1. Nuh AS.
2. Ibrahim AS.
3. Musa AS.
4. Isa AS.
5. Muhammad SAW.
Nama-Nama 10 Malaikat Yang Wajib Kita Ketahui Dalam Ajaran Agama Islam – Rukun Iman
Berikut ini adalah nama malaikat yang ada di Al-Quran maupun di Hadist Nabi dengan jumlah sepuluh malaikat yang harus kita ketahui nama dan jabatan atau tigas mereka. Jumlah malaikat sebenarnya tidak terhitung jumlahnya. Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari bahan cahaya atau nur yang diciptakan Allah hanya untuk menyembahNya tanpa memiliki hawa nafsu seperti layaknya manusia dan setan yang terkutuk.
1. Malaikat Jibril memiliki tugas / bertugas menyampaikan wahyu dari Allah SWT.
2. Malaikat Isrofil / Izrofil memiliki tugas / bertugas meniup sangkakala penanda hari kiamat telah tiba.
3. Malaikat Izroil / Isroil / Maut memiliki tugas / bertugas mencabut nyawa.
4. Malaikat Rokib / Rakib / Raqib / Roqib memiliki tugas / bertugas memcatat segala perbuatan amal baik atau kebajikan seseorang.
5. Malaikat Atit / Atid memiliki tugas / bertugas mencatat segala perbuatan buruk, bejat dan dosa seseorang.
6. Malaikat Mungkar / Munkar memiliki tugas / bertugas menanyakan seseorang di alam kubur mengenai segala perbuatannya semasa hidup di dunia.
7. Malaikat Nakir memiliki tugas / bertugas menanyakan seseorang di alam kubur mengenai segala perbuatannya semasa hidup di dunia. Sama dengan job desc malaikat Munkar
8. Malaikat Mikail memiliki tugas / bertugas memberikan dan menyampaikan rejeki / rizki.
9. Malaikat Ridwan memiliki tugas / bertugas menjaga pintu surga
10. Malaikat Ridwan memiliki tugas / bertugas menjaga pintu neraka
Tambahan malaikat berdasarkan kitab suci Alquran :
- Malaikat zabaniyah / zabaniah : 19 malaikat penyiksa dalam neraka
- Humalatur arsy : Empat malaikat pembawa Arsy Allah SWT
Meneladani Empat Perempuan Dambaan Syurga
24/02/2012
February 20, 2012
By bachtiarnasir
Assalamu’alaikum. Minggu lalu, saya dan tim Ar-Rahman Quranic Learning (AQL) membuat acara bersama UMMI. Salah satu pembicara yang membawakan tausyiah adalah Teh Nini. Berikut ini rangkuman tausyiah Teh Nini yang ditulis oleh Tatin Nurfauzia dari Media External Relations (MER) AQL. Dari tulisan ini kita, terutama para perempuan, belajar tentang pengorbanan dari Ummul Mukminin Khadijah, kesederhanaan dari Fatimah, kekuatan prinsip dari Asiyah, dan senantiasa bertaqarrub kepada Allah dari Maryam. Sebab, mereka adalah perempuan dambaan al-Qur’an.
Di era serba instan ini, banyak godaan materi yang senantiasa dihadapi oleh kaum perempuan. Namun, untuk menghindari godaan-godaan tersebut kita selalu diingatkan oleh Allah untuk memulai sesuatu hal dengan bersyukur. Bersyukur dengan apa yang dalam diri, khususnya bersyukur terhadap segala hal yang tidak tampak, seperti ketaatan, kesehatan diri, ketenangan yang ada di dalam hati, serta lingkungan yang baik. Itulah nikmat syukur yang harus kita dahulukan, sebelum mensyukuri hal lain.
Terkait dengan qalbu, kita juga harus melakukan permohonan maaf dan memaafkan. Tak sedikit keadaan yang membuat kita jengkel atau sedih, dimana di luar kendali kita. Oleh karena itu, setiap hari diusahakan kita berintrospeksi diri dengan meminta maaf dan memaafkan. Jangan sampai, ketika kita berbuat amalan, masih ada satu ganjalan dalam hati yang kita rasakan, yaitu mendendam.
Saudaraku, ketika kita ditanya: “Bagaimana menjadi perempuan dambaan syurga?“, kita tidak perlu mencari buku atau broswing internet, karena Allah telah memberikan pedoman lengkapnya, yaitu melakukan perbuatan dan ibadah yang didambakan oleh syurga, sesuai al-Qur’an dan As-Sunah.
Saat ini perempuan identik dengan kecantikan lahiriah, sampai-sampai banyak produk kecantikan yang memberikan iming-iming kulit putih dalam waktu satu minggu. Sayangnya tidak jarang para perempuan tidak melihat berapa harga yang ditawarkan. Asal bisa putih dan cantik, mereka berharap bisa membayar berapa pun. Padahal, ada kecantikan yang tak akan pernah pudar yaitu yang ada dalam qalbu. Kecantikan itu berupa ketaatan kepada Allah, kesederhanaan, kelembutan dan pengorbanan.
Dalam Surat An-Nahl (16) : 97 berbunyi : “ Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa telah mereka kerjakan”.
Dalam surat tersebut kita mengerti, bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal kebajikan harus disertai iman. Ketika iman sudah bersemayam dalam qalbu, dan ketika melakukan kebaikan maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang baik pula.
Melalui media elektronik kita bisa melihat, perempuan yang mempunyai paras cantik dan kepintaran, dipuja-puja di ajang Miss Universe. Tak dapat dipungkiri, jika beberapa remaja mengidolakan mereka. Melihat fenomena tersebut, para ibu harus menanamkan pada anak-anak mereka sejak dini, bahwa perempuan yang didamba syurga bukan mereka yang bergelar Miss Universe atau Putri Indonesia, tetapi seperti yang ada dalam sebuah hadist berikut ini:
“Wanita paling utama di surga adalah Khadijah binti Kuwalid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imrah dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun.” (HR. Ahmad dan Thabrani)
Perempuan dambahaan al-Qur’an adalah sebagaimana Khadijah, Fatimah, Maryam, maupun Asiyah. Kita sebagai perempuan harus meneladani sifat-sifat mereka, bukan meniru sifat-sifat Miss Universe, Putri Indonesia, atau perempuan-perempuan yang masih jauh dari syariat Islam atau masih melanggar perintah Allah.
Berbicara tentang Khadijah binti Khuwalid , ada ucapan Rasulullah untuk Ummul Mukminin Khadijah kita yaitu “Allah SWT tidak akan memberikan wanita pengganti untukku yang lebih baik darinya. Ia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar kepadaku. Ia mempercayaiku ketika orang – orang mendustakanku, ia menghiburku dengan hartanya ketika orang-orang menghalangiku. Ia memberiku anak keturunan ketika istri-istriku yang lain tidak bisa memberinya untukku.”
Kisah tersebut menjelaskan, bahwa saat Rasulullah mendapatkan wahyu di Gua Hira, maka Khadijahlah adalah wanita pertama yang menenangkan, sekaligus beriman dan mempercayai Muhammad sebagai Rasul. Ketika itu, Khadijah juga mengorbankan hartanya untuk berjuang di jalan Allah. Masya Allah. Begitulah Khadijah, wanita yang penuh pengorbanan selama hidupnya.
Ketika berbicara tentang Fatimah binti Muhammad, maka dalam sebuah hadist disebutkan, bahwa “Sesungguhnya Fatimah adalah pemimpin wanita penghuni surga.” (HR. Al-Hakim). Bahwa Fatimah menggantikan fungsi ibunya dalam mengurusi ayahnya Rasulullah SAW, setelah ibundanya wafat. Ia hidup dalam kesederhanaan dan sifat yang paling menonjol adalah tidak pernah mengeluh akan kekurangan hartanya.
Begitu pula Asiyah binti Muzahim. Ia adalah suri tauladan bagi wanita beriman. Ia adalah istri Firaun, pemimpin yang mengaku Tuhan, sangat berkuasa, kafir, dan menggetarkan istana, karena kesyirikan dan paganismenya. Meski istri seorang Firaun, iman Asiyah sangat dalam. Hubungannya dengan Allah sangat kuat, pemahamannya luar biasa, ucapannya halus, logikanya tajam, dan permintaannya halus.
Perempuan terakhir dambaan al-Qur’an adalah Maryam ibunda Isa AS. Dalam surat Ali Imron ayat 42 tertulis: “Hai maryam sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa hidup dengan kamu).“. Ia adalah satu-satunya perempuan suci, yang melahirkan putra tanpa ayah. Satu-satunya perempuan yang namanya disebut dalam Al-Qur’an beberapa kali. Bahkan ia menjadi nama salah satu surat dalam Al-Qur’an.
Saudaraku, semoga kita semua dapat berusaha meneladani perempuan dambaan Syurga di atas. Amiin. (Tatin Nurfauzia)
http://bachtiarnasir.net/2012/02/20/meneladani-empat-perempuan-dambaan-syurga/
February 20, 2012
By bachtiarnasir
Assalamu’alaikum. Minggu lalu, saya dan tim Ar-Rahman Quranic Learning (AQL) membuat acara bersama UMMI. Salah satu pembicara yang membawakan tausyiah adalah Teh Nini. Berikut ini rangkuman tausyiah Teh Nini yang ditulis oleh Tatin Nurfauzia dari Media External Relations (MER) AQL. Dari tulisan ini kita, terutama para perempuan, belajar tentang pengorbanan dari Ummul Mukminin Khadijah, kesederhanaan dari Fatimah, kekuatan prinsip dari Asiyah, dan senantiasa bertaqarrub kepada Allah dari Maryam. Sebab, mereka adalah perempuan dambaan al-Qur’an.
Di era serba instan ini, banyak godaan materi yang senantiasa dihadapi oleh kaum perempuan. Namun, untuk menghindari godaan-godaan tersebut kita selalu diingatkan oleh Allah untuk memulai sesuatu hal dengan bersyukur. Bersyukur dengan apa yang dalam diri, khususnya bersyukur terhadap segala hal yang tidak tampak, seperti ketaatan, kesehatan diri, ketenangan yang ada di dalam hati, serta lingkungan yang baik. Itulah nikmat syukur yang harus kita dahulukan, sebelum mensyukuri hal lain.
Terkait dengan qalbu, kita juga harus melakukan permohonan maaf dan memaafkan. Tak sedikit keadaan yang membuat kita jengkel atau sedih, dimana di luar kendali kita. Oleh karena itu, setiap hari diusahakan kita berintrospeksi diri dengan meminta maaf dan memaafkan. Jangan sampai, ketika kita berbuat amalan, masih ada satu ganjalan dalam hati yang kita rasakan, yaitu mendendam.
Saudaraku, ketika kita ditanya: “Bagaimana menjadi perempuan dambaan syurga?“, kita tidak perlu mencari buku atau broswing internet, karena Allah telah memberikan pedoman lengkapnya, yaitu melakukan perbuatan dan ibadah yang didambakan oleh syurga, sesuai al-Qur’an dan As-Sunah.
Saat ini perempuan identik dengan kecantikan lahiriah, sampai-sampai banyak produk kecantikan yang memberikan iming-iming kulit putih dalam waktu satu minggu. Sayangnya tidak jarang para perempuan tidak melihat berapa harga yang ditawarkan. Asal bisa putih dan cantik, mereka berharap bisa membayar berapa pun. Padahal, ada kecantikan yang tak akan pernah pudar yaitu yang ada dalam qalbu. Kecantikan itu berupa ketaatan kepada Allah, kesederhanaan, kelembutan dan pengorbanan.
Dalam Surat An-Nahl (16) : 97 berbunyi : “ Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa telah mereka kerjakan”.
Dalam surat tersebut kita mengerti, bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal kebajikan harus disertai iman. Ketika iman sudah bersemayam dalam qalbu, dan ketika melakukan kebaikan maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang baik pula.
Melalui media elektronik kita bisa melihat, perempuan yang mempunyai paras cantik dan kepintaran, dipuja-puja di ajang Miss Universe. Tak dapat dipungkiri, jika beberapa remaja mengidolakan mereka. Melihat fenomena tersebut, para ibu harus menanamkan pada anak-anak mereka sejak dini, bahwa perempuan yang didamba syurga bukan mereka yang bergelar Miss Universe atau Putri Indonesia, tetapi seperti yang ada dalam sebuah hadist berikut ini:
“Wanita paling utama di surga adalah Khadijah binti Kuwalid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imrah dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun.” (HR. Ahmad dan Thabrani)
Perempuan dambahaan al-Qur’an adalah sebagaimana Khadijah, Fatimah, Maryam, maupun Asiyah. Kita sebagai perempuan harus meneladani sifat-sifat mereka, bukan meniru sifat-sifat Miss Universe, Putri Indonesia, atau perempuan-perempuan yang masih jauh dari syariat Islam atau masih melanggar perintah Allah.
Berbicara tentang Khadijah binti Khuwalid , ada ucapan Rasulullah untuk Ummul Mukminin Khadijah kita yaitu “Allah SWT tidak akan memberikan wanita pengganti untukku yang lebih baik darinya. Ia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar kepadaku. Ia mempercayaiku ketika orang – orang mendustakanku, ia menghiburku dengan hartanya ketika orang-orang menghalangiku. Ia memberiku anak keturunan ketika istri-istriku yang lain tidak bisa memberinya untukku.”
Kisah tersebut menjelaskan, bahwa saat Rasulullah mendapatkan wahyu di Gua Hira, maka Khadijahlah adalah wanita pertama yang menenangkan, sekaligus beriman dan mempercayai Muhammad sebagai Rasul. Ketika itu, Khadijah juga mengorbankan hartanya untuk berjuang di jalan Allah. Masya Allah. Begitulah Khadijah, wanita yang penuh pengorbanan selama hidupnya.
Ketika berbicara tentang Fatimah binti Muhammad, maka dalam sebuah hadist disebutkan, bahwa “Sesungguhnya Fatimah adalah pemimpin wanita penghuni surga.” (HR. Al-Hakim). Bahwa Fatimah menggantikan fungsi ibunya dalam mengurusi ayahnya Rasulullah SAW, setelah ibundanya wafat. Ia hidup dalam kesederhanaan dan sifat yang paling menonjol adalah tidak pernah mengeluh akan kekurangan hartanya.
Begitu pula Asiyah binti Muzahim. Ia adalah suri tauladan bagi wanita beriman. Ia adalah istri Firaun, pemimpin yang mengaku Tuhan, sangat berkuasa, kafir, dan menggetarkan istana, karena kesyirikan dan paganismenya. Meski istri seorang Firaun, iman Asiyah sangat dalam. Hubungannya dengan Allah sangat kuat, pemahamannya luar biasa, ucapannya halus, logikanya tajam, dan permintaannya halus.
Perempuan terakhir dambaan al-Qur’an adalah Maryam ibunda Isa AS. Dalam surat Ali Imron ayat 42 tertulis: “Hai maryam sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa hidup dengan kamu).“. Ia adalah satu-satunya perempuan suci, yang melahirkan putra tanpa ayah. Satu-satunya perempuan yang namanya disebut dalam Al-Qur’an beberapa kali. Bahkan ia menjadi nama salah satu surat dalam Al-Qur’an.
Saudaraku, semoga kita semua dapat berusaha meneladani perempuan dambaan Syurga di atas. Amiin. (Tatin Nurfauzia)
http://bachtiarnasir.net/2012/02/20/meneladani-empat-perempuan-dambaan-syurga/
Jangan Tangisi Apa Yang Bukan Milikmu !
21/02/2012
Dalam perjalanan hidup ini seringkali kita merasa kecewa, Kecewa sekali.
Sesuatu yang luput dari genggaman, keinginan yang tidak tercapai, kenyataan yang tidak sesuai harapan. Akhirnya angan ini lelah berandai-andai ria.Pffhh.sungguh semua itu tlah hadirkan nelangsa yang begitu menggelora dalam jiwa.
Dan sungguh sangat beruntung andai dalam saat-saat terguncangnya jiwa masih ada setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju majlis-majlis ilmu, majelis-majelis dzikir yang akan mengantarkan pada ketentraman jiwa.
Hidup ini ibarat belantara.Tempat kita mengejar berbagai keinginan. Dan memang manusia diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap yang kita mau bisa tercapai. Dan tidak mudah menyadari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi. Banyak orang yang tidak sadar bahwa hidup ini tidak punya satu hukum: harus sukses, harus bahagia atau harus-harus yang lain.
Betapa banyak orang yang sukses tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua pemberian Allah hingga membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita. Padahal hakekat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita.
Apa yang memang menjadi jatah kita di dunia, entah itu Rizki, jabatan, kedudukan pasti akan Allah sampaikan.Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan kita bisa miliki, meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakanya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu)supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikaNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS Al-Hadid ;22-23)
Demikian juga bagi yang sedang galau terhadap jodoh.Kadang kita tak sadar mendikte Allah tentang jodoh kita,bukanya meminta yang terbaik dalam istikharah kita tetapi benar-benar mendikte Allah: Pokoknya harus dia Ya Allah. harus dia, karena aku sangat mencintainya. Seakan kita jadi yang menentukan segalanya, kita meminta dengan pakasa.Dan akhirnya kalaupun Allah memberikanya maka tak selalu itu yang terbaik. Bisa jadi Allah tak mengulurkanya tidak dengan kelembutan, tapi melemparkanya dengan marah karena niat kita yang terkotori.
Maka wahai jiwa yang sedang gundah, dengarkan ini dari Allah :
".. Boleh jadi kalian membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian.Allah Maha mengetahui kalian tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah 216)
Maka setelah ini wahai jiwa, jangan kau hanyut dalam nestapa jiwa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput darimu. Setelah ini harus benar-benar dipikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu didunia ini harus benar-benar perlu bila ada relevansinya dengan harapan kita akan bahagia di akhirat. Karena seorang mukmin tidak hidup untuk dunia tetapi menjadikan dunia untuk mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di akhirat kelak!
Maka sudahlah, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu!
Dalam perjalanan hidup ini seringkali kita merasa kecewa, Kecewa sekali.
Sesuatu yang luput dari genggaman, keinginan yang tidak tercapai, kenyataan yang tidak sesuai harapan. Akhirnya angan ini lelah berandai-andai ria.Pffhh.sungguh semua itu tlah hadirkan nelangsa yang begitu menggelora dalam jiwa.
Dan sungguh sangat beruntung andai dalam saat-saat terguncangnya jiwa masih ada setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju majlis-majlis ilmu, majelis-majelis dzikir yang akan mengantarkan pada ketentraman jiwa.
Hidup ini ibarat belantara.Tempat kita mengejar berbagai keinginan. Dan memang manusia diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap yang kita mau bisa tercapai. Dan tidak mudah menyadari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi. Banyak orang yang tidak sadar bahwa hidup ini tidak punya satu hukum: harus sukses, harus bahagia atau harus-harus yang lain.
Betapa banyak orang yang sukses tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua pemberian Allah hingga membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita. Padahal hakekat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita.
Apa yang memang menjadi jatah kita di dunia, entah itu Rizki, jabatan, kedudukan pasti akan Allah sampaikan.Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan kita bisa miliki, meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakanya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu)supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikaNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS Al-Hadid ;22-23)
Demikian juga bagi yang sedang galau terhadap jodoh.Kadang kita tak sadar mendikte Allah tentang jodoh kita,bukanya meminta yang terbaik dalam istikharah kita tetapi benar-benar mendikte Allah: Pokoknya harus dia Ya Allah. harus dia, karena aku sangat mencintainya. Seakan kita jadi yang menentukan segalanya, kita meminta dengan pakasa.Dan akhirnya kalaupun Allah memberikanya maka tak selalu itu yang terbaik. Bisa jadi Allah tak mengulurkanya tidak dengan kelembutan, tapi melemparkanya dengan marah karena niat kita yang terkotori.
Maka wahai jiwa yang sedang gundah, dengarkan ini dari Allah :
".. Boleh jadi kalian membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian.Allah Maha mengetahui kalian tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah 216)
Maka setelah ini wahai jiwa, jangan kau hanyut dalam nestapa jiwa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput darimu. Setelah ini harus benar-benar dipikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu didunia ini harus benar-benar perlu bila ada relevansinya dengan harapan kita akan bahagia di akhirat. Karena seorang mukmin tidak hidup untuk dunia tetapi menjadikan dunia untuk mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di akhirat kelak!
Maka sudahlah, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu!
HATI YANG IKHLAS
20/02/2012
Orang yang ikhlas adalah manusia yang dilindungi oleh Allah dari penyakit hati tersebut. Rasulullah memberi peringatan kepada umat Islam agar menjauhi hal-hal yang bisa menodai dan mengikis sifat keikhlasan kepada Allah seperti sombong. Sabda Rasulullah SAW: ''Sedikit dari sifat riya itu adalah syirik.Maka, barang siapa yang memusuhi wali-wali Allah niscaya sesungguhnya dia telah memusuhi Allah. Sesungguhnya Allah sangat mengasihi orang yang berbakti dan bertakwa serta yang tidak diketahui orang lain tentang dirinya. Jika mereka tidak ada dan hilang dalam acara apapun, mereka tidak dicari oleh orang lain, dan kalau mereka hadir di situ mereka tidak begitu dikenali oleh orang lain. Hati nurani mereka umpama lampu petunjuk yang akan menyinari mereka hingga mereka keluar dari tempat yang gelap gelita.'' (Hadis riwayat Hakim)
Itulah harapan dan impian mereka dengan pengabdian yang penuh tulus dan ikhlas semata-mata karena Allah. Allah berfirman, ''Katakanlah: sesungguhnya solatku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mengatur seluruh alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah aku diperintahkan dan aku (di antara seluruh umatku) adalah orang yang pertama Islam (yang berserah diri kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya).'' (QS al-An'am, ayat 162 - 163).
Imam al-Ghazali menyatakan, semua manusia sebenarnya celaka, kecuali yang berilmu. Ilmuwan juga celaka, kecuali yang benar-benar mengamalkan ilmunya. Yang disebutkan terakhir ini pun celaka, kecuali yang menghiasi diri mereka dengan sifat ikhlas. Ringkasnya, selama seorang Muslim itu menyerahkan dirinya sepenuh hati kepada Allah dengan penuh keikhlasan, maka selama itulah segala gerak gerik dan diamnya, tidur dan jaganya akan dinilai sebagai satu langkah ikhlas dan tulus menuju keridaan Allah.
Tiga ciri ikhlas
Seorang yang ikhlas memiliki ciri tersendiri sehingga menjadi lambang keperibadiannya:
Pertama, tidak terpengaruh atau termakan oleh pujian dan cercaan orang lain. Bagi mereka segala pujian yang indah atau cercaan yang buruk adalah sama nilainya.
Kedua, tidak mengharapkan balasan atau ganjaran dari amal kebajikan yang pernah dilakukan, tetapi dia hanya mengharapkan keridaan Ilahi.
Rasulullah SAW bersabda: ''Pada hari kiamat nanti, dunia akan dibawa, kemudian dipisah-pisahkan, apa yang dikerjakan karena Allah dan apa yang dilakukan bukan karena Allah, lalu dicampakkan ke dalam api neraka.'' (Hadits riwayat Baihaqi)
Ketiga, orang yang tidak pernah mengungkit-ungkit kembali segala kebaikan yang pernah dilakukan. Artinya, orang yang selalu menyebut tentang kebaikan yang pernah dilakukan, apalagi menghina dan memburuk-burukkan orang yang pernah diberikan bantuan, maka sesungguhnya dia sangat jauh dari golongan orang yang ikhlas. Rasulullah SAW pernah memerintahkan kita agar bersedekah secara diam-diam, jauh dari penglihatan orang banyak. Umpama tangan kanan memberi sedangkan tangan kiri tidak mengetahuinya. Sabda Rasulullah SAW: ''Bahwa sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kamu, tetapi Dia hanya melihat kepada hati kamu.'' (Hadits riwayat Muslim)
Orang yang ikhlas adalah manusia yang dilindungi oleh Allah dari penyakit hati tersebut. Rasulullah memberi peringatan kepada umat Islam agar menjauhi hal-hal yang bisa menodai dan mengikis sifat keikhlasan kepada Allah seperti sombong. Sabda Rasulullah SAW: ''Sedikit dari sifat riya itu adalah syirik.Maka, barang siapa yang memusuhi wali-wali Allah niscaya sesungguhnya dia telah memusuhi Allah. Sesungguhnya Allah sangat mengasihi orang yang berbakti dan bertakwa serta yang tidak diketahui orang lain tentang dirinya. Jika mereka tidak ada dan hilang dalam acara apapun, mereka tidak dicari oleh orang lain, dan kalau mereka hadir di situ mereka tidak begitu dikenali oleh orang lain. Hati nurani mereka umpama lampu petunjuk yang akan menyinari mereka hingga mereka keluar dari tempat yang gelap gelita.'' (Hadis riwayat Hakim)
Itulah harapan dan impian mereka dengan pengabdian yang penuh tulus dan ikhlas semata-mata karena Allah. Allah berfirman, ''Katakanlah: sesungguhnya solatku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mengatur seluruh alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah aku diperintahkan dan aku (di antara seluruh umatku) adalah orang yang pertama Islam (yang berserah diri kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya).'' (QS al-An'am, ayat 162 - 163).
Imam al-Ghazali menyatakan, semua manusia sebenarnya celaka, kecuali yang berilmu. Ilmuwan juga celaka, kecuali yang benar-benar mengamalkan ilmunya. Yang disebutkan terakhir ini pun celaka, kecuali yang menghiasi diri mereka dengan sifat ikhlas. Ringkasnya, selama seorang Muslim itu menyerahkan dirinya sepenuh hati kepada Allah dengan penuh keikhlasan, maka selama itulah segala gerak gerik dan diamnya, tidur dan jaganya akan dinilai sebagai satu langkah ikhlas dan tulus menuju keridaan Allah.
Tiga ciri ikhlas
Seorang yang ikhlas memiliki ciri tersendiri sehingga menjadi lambang keperibadiannya:
Pertama, tidak terpengaruh atau termakan oleh pujian dan cercaan orang lain. Bagi mereka segala pujian yang indah atau cercaan yang buruk adalah sama nilainya.
Kedua, tidak mengharapkan balasan atau ganjaran dari amal kebajikan yang pernah dilakukan, tetapi dia hanya mengharapkan keridaan Ilahi.
Rasulullah SAW bersabda: ''Pada hari kiamat nanti, dunia akan dibawa, kemudian dipisah-pisahkan, apa yang dikerjakan karena Allah dan apa yang dilakukan bukan karena Allah, lalu dicampakkan ke dalam api neraka.'' (Hadits riwayat Baihaqi)
Ketiga, orang yang tidak pernah mengungkit-ungkit kembali segala kebaikan yang pernah dilakukan. Artinya, orang yang selalu menyebut tentang kebaikan yang pernah dilakukan, apalagi menghina dan memburuk-burukkan orang yang pernah diberikan bantuan, maka sesungguhnya dia sangat jauh dari golongan orang yang ikhlas. Rasulullah SAW pernah memerintahkan kita agar bersedekah secara diam-diam, jauh dari penglihatan orang banyak. Umpama tangan kanan memberi sedangkan tangan kiri tidak mengetahuinya. Sabda Rasulullah SAW: ''Bahwa sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kamu, tetapi Dia hanya melihat kepada hati kamu.'' (Hadits riwayat Muslim)
Cinta-Nya
20/02/2012
Cinta adalah kehidupan. Kala cinta itu hilang dari jiwa seseorang, ia bagaikan hidup dalam kematian. Cinta adalah cahaya. Kala cinta hilang dari hati seseorang, ia bagaikan berada dalam kegelapan. Cinta laksana obat penawar. Kala tak ada cinta, hati akan ditimpa penyakit. Cinta adalah nikmat. Jika seseorang tidak mendapatkannya, hidupnya penuh kegelisahan.
Orang yang tengah jatuh cinta hanya menginginkan sesuatu yang disukai oleh kekasihnya. Seseorang mencintai segala hal yang dicintai kekasihnya dan membenci segala sesuatu yang dibenci kekasihnya.
Cinta membangkitkan kepribadian dan memunculkan kekuatan kekuatan yang ada didalamnya. Cinta juga membebaskan manusia dari sekat sekat kehidupan.
Pendeknya, cinta merupakan kewajiban yang paling mulia dan fondasi keimanan yang paling kuat. Setiap perbuatan sesungguhnya digerakkan oleh cinta, cinta yang terpuji maupun yang tercela. Segala perbuatan penuh keimanan digerakkan oleh dan didasarkan atas cinta kepada Allah SWT.
Cinta merupakan suatu hubungan timbal balik antara dua belah pihak, yakni manusia dan Allah SWT. Manusia mencintai Allah, dan Allah mencintai manusia. Allah mencintai orang orang yang mencintai-Nya, berbuat kebajikan, bertaubat, bersikap adil, tawakkal, serta taqwa. Sebaliknya, Allah tidak mencintai orang orang yang tidak mencintai-Nya, yang merusak, melanggar batas, ingkar, dzalim, congkak, dan yang berkhianat.
Allah memuliakan manusia tanpa memandang bentuk dan jenisnya. Ini adalah bukti cinta-Nya kepada manusia. Tugas manusia dimuka bumi ini adalah berupaya semaksimal mungkin untuk mempertahankan cinta Allah yang melahirkan kehormatan dan kemuliaan ini, kemudian merawat dan meningkatkannya dengan kepatuhan kepada perintah perintah-Nya, dan selalu konsisten dijalan lurus yang diridhai-Nya.
Orang yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya semampu ia lakukan, maka insya Allah, Allah akan melipatgandakan penghormatan dan kemuliaan itu melebihi apa yang telah DIA berikan sebelumnya. Kemudian DIA memasukkannya kedalam kelompok orang orang yang dicintai. Ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya :
“Sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang menyucikan diri”. (QS. Al Baqarah [2]:222)
“Sebenarnya barang siapa menepati janji dan bertaqwa, maka sungguh Allah mencintai orang orang yang bertaqwa”. (QS. Ali Imran [3]:76)
Cinta adalah nikmat. Jika seseorang tidak kuasa meraihnya, hidupnya pasti gelisah. Mendapat cinta dari makhluk adalah menyenangkan, apalagi bila cinta itu datang dari Sang Pencipta yang cinta-Nya suci dan tak bertepi. Cinta-Nya yang tidak saja mendatangkan ketenangan, tetapi juga kebahagiaan yang sejati dan abadi.
“Cintailah Allah atas apa yang DIA berikan kepadamu dari berbagai nikmat-Nya”.
(HR. Turmudzi dari Anas)
Cinta adalah kehidupan. Kala cinta itu hilang dari jiwa seseorang, ia bagaikan hidup dalam kematian. Cinta adalah cahaya. Kala cinta hilang dari hati seseorang, ia bagaikan berada dalam kegelapan. Cinta laksana obat penawar. Kala tak ada cinta, hati akan ditimpa penyakit. Cinta adalah nikmat. Jika seseorang tidak mendapatkannya, hidupnya penuh kegelisahan.
Orang yang tengah jatuh cinta hanya menginginkan sesuatu yang disukai oleh kekasihnya. Seseorang mencintai segala hal yang dicintai kekasihnya dan membenci segala sesuatu yang dibenci kekasihnya.
Cinta membangkitkan kepribadian dan memunculkan kekuatan kekuatan yang ada didalamnya. Cinta juga membebaskan manusia dari sekat sekat kehidupan.
Pendeknya, cinta merupakan kewajiban yang paling mulia dan fondasi keimanan yang paling kuat. Setiap perbuatan sesungguhnya digerakkan oleh cinta, cinta yang terpuji maupun yang tercela. Segala perbuatan penuh keimanan digerakkan oleh dan didasarkan atas cinta kepada Allah SWT.
Cinta merupakan suatu hubungan timbal balik antara dua belah pihak, yakni manusia dan Allah SWT. Manusia mencintai Allah, dan Allah mencintai manusia. Allah mencintai orang orang yang mencintai-Nya, berbuat kebajikan, bertaubat, bersikap adil, tawakkal, serta taqwa. Sebaliknya, Allah tidak mencintai orang orang yang tidak mencintai-Nya, yang merusak, melanggar batas, ingkar, dzalim, congkak, dan yang berkhianat.
Allah memuliakan manusia tanpa memandang bentuk dan jenisnya. Ini adalah bukti cinta-Nya kepada manusia. Tugas manusia dimuka bumi ini adalah berupaya semaksimal mungkin untuk mempertahankan cinta Allah yang melahirkan kehormatan dan kemuliaan ini, kemudian merawat dan meningkatkannya dengan kepatuhan kepada perintah perintah-Nya, dan selalu konsisten dijalan lurus yang diridhai-Nya.
Orang yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya semampu ia lakukan, maka insya Allah, Allah akan melipatgandakan penghormatan dan kemuliaan itu melebihi apa yang telah DIA berikan sebelumnya. Kemudian DIA memasukkannya kedalam kelompok orang orang yang dicintai. Ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya :
“Sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang menyucikan diri”. (QS. Al Baqarah [2]:222)
“Sebenarnya barang siapa menepati janji dan bertaqwa, maka sungguh Allah mencintai orang orang yang bertaqwa”. (QS. Ali Imran [3]:76)
Cinta adalah nikmat. Jika seseorang tidak kuasa meraihnya, hidupnya pasti gelisah. Mendapat cinta dari makhluk adalah menyenangkan, apalagi bila cinta itu datang dari Sang Pencipta yang cinta-Nya suci dan tak bertepi. Cinta-Nya yang tidak saja mendatangkan ketenangan, tetapi juga kebahagiaan yang sejati dan abadi.
“Cintailah Allah atas apa yang DIA berikan kepadamu dari berbagai nikmat-Nya”.
(HR. Turmudzi dari Anas)
Laa Tahzan Ukhti
06/02/2012
Ukhti.., jangan bersedih, jika tidak ada seorangpun yang mempedulikanmu.
Terkadang apa yang menurut kita baik belum tentu baik dimata orang lain. Tapi ukhti.., jangan sampai hal itu menyurutkan semangatmu, jangan sampai hal itu merubah niatmu, dan jangan sampai hal itu membuatmu menyerah. Yakinlah dengan apa yang kau lakukan, yakinlah bahwa Allah pasti akan selalu mendukungmu. Walaupun banyak telinga yang tak mendengar, hati membeku, tangan seolah enggan terulur, mata tak lagi ada sorot kasih dan mulutpun lebih mudah menghujat. Tapi, tetaplah kau berharap hanya kepadaNya.
Mungkin.., memang ini adalah cara-Nya untuk membuatmu lebih baik, Allah ingin mengajarkanmu tentang makna hidup yang sesungguhnya. Lantas , untuk apa kau harus bersedih? Percayalah ukhti, Allah pasti selalu memberikan yang terbaik untukmu. Dengan caraNya, Dia mengajarkanmu untuk selalu bergantung hanya kepadaNya, mengajarkan kesabaran yang panjang atas sebuah harapan dan menyuruhmu untuk tidak lelah berdoa kepada-Nya.
♥ Ukhti.., jangan bersedih jika kau di zalimi, di lecehkan atau di hina orang lain
Islam mengajarkan untuk tidak mendendam dan membalas perlakuan yang tidak pada tempatnya pada diri kita, kenapa? karena hal itu hanya akan merendahkan dan meletakkan posisi kita sama dengan orang-orang tersebut. Lantas, apakah kita hanya diam?? Tidak, tapi balaslah perbuatan mereka dengan kebaikan, sehingga orang tersebut sadar akan kesalahan yang ia lakukan kepadamu. Maafkanlah orang-orang yang menzalimimu, karena itu akan membuat hatimu jauh lebih tenang. Yakinlah Allah Maha Adil, Dia pasti selalu berada di pihak yang benar.
♥ Ukhti.., jangan bersedih, ketika masalah menghampirimu
Karena sesungguhnya masalah membuat kita lebih kuat, masalah menjadikan kita lebih dewasa, masalah menjadikan diri kita lebih beriman, dan masalah akan menjadi sumber pahala bagi diri kita jika kita dapat mengelolanya dengan baik. Tapi, jika kita hanya disibukkan dengan melihat suatu masalah dari sisi kesulitannya, maka kita tidak akan pernah bisa keluar dari masalah itu, bahkan akan membuat kita semakin terpuruk dan terkurung.
♥ Ukhti.., jangan bersedih ketika kekasihmu pergi meninggalkanmu
Mungkin tidak mudah melupakan seseorang yang pernah singgah di hati kita, tapi apakah hanya karena dia engkau rela menangis seharian? Marah-marah tak tentu arah karena merasa di khianati, dendam, sakit hati, dan tidak mau melupakannya. Seharusnya engkau bersyukur karena Allah masih menyayangimu. Dia ingin agar engkau lebih terjaga dengan menjauhkannya darimu. Bukankah engkaupun tahu bahwa Allah telah menyiapkan jodohmu jauh sebelum engkau dilahirkan ke dunia. Jika dia yang kau cinta pergi meninggalkanmu, berarti memang bukan dia yang terbaik menurut Allah. Percayalah wahai ukhti, Allah telah menyiapkan seseorang yang jauh lebih baik darinya untukmu. Maka, hilangkanlah gundah di hatimu, tak usah bersedih, tak usah kau buang-buang waktumu untuk terus memikirkannya dan terus mengharapkannya. Percayalah dengan janji Allah “laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, wanita yang baik untuk laki-laki yang baik”. Perbaikilah dirimu dan lebih mendekatlah kepada-Nya, mohonlah hanya kepada Allah. Dan hilangkan duka di hatimu.
Ukhti..
Bila mungkin ada luka, coba tersenyumlah
Bila mungkin ada tangis, coba bersabarlah
Karena air mata tak abadi
Akan hilang dan berganti
Bila mungkin hidup hampa dirasa
Mungkin hati ini merindukan Dia
Karena hanya dengan-Nya hati menjadi tenang
“Dan Jangan kamu berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” QS Yusuf (12) : 87
Ukhti, tersenyumlah ^_^
Laa Tahzan innallaha ma’ana
https://www.facebook.com/pages/-Karena-Berbagi-itu-Indah-/115954865091056
Ukhti.., jangan bersedih, jika tidak ada seorangpun yang mempedulikanmu.
Terkadang apa yang menurut kita baik belum tentu baik dimata orang lain. Tapi ukhti.., jangan sampai hal itu menyurutkan semangatmu, jangan sampai hal itu merubah niatmu, dan jangan sampai hal itu membuatmu menyerah. Yakinlah dengan apa yang kau lakukan, yakinlah bahwa Allah pasti akan selalu mendukungmu. Walaupun banyak telinga yang tak mendengar, hati membeku, tangan seolah enggan terulur, mata tak lagi ada sorot kasih dan mulutpun lebih mudah menghujat. Tapi, tetaplah kau berharap hanya kepadaNya.
Mungkin.., memang ini adalah cara-Nya untuk membuatmu lebih baik, Allah ingin mengajarkanmu tentang makna hidup yang sesungguhnya. Lantas , untuk apa kau harus bersedih? Percayalah ukhti, Allah pasti selalu memberikan yang terbaik untukmu. Dengan caraNya, Dia mengajarkanmu untuk selalu bergantung hanya kepadaNya, mengajarkan kesabaran yang panjang atas sebuah harapan dan menyuruhmu untuk tidak lelah berdoa kepada-Nya.
♥ Ukhti.., jangan bersedih jika kau di zalimi, di lecehkan atau di hina orang lain
Islam mengajarkan untuk tidak mendendam dan membalas perlakuan yang tidak pada tempatnya pada diri kita, kenapa? karena hal itu hanya akan merendahkan dan meletakkan posisi kita sama dengan orang-orang tersebut. Lantas, apakah kita hanya diam?? Tidak, tapi balaslah perbuatan mereka dengan kebaikan, sehingga orang tersebut sadar akan kesalahan yang ia lakukan kepadamu. Maafkanlah orang-orang yang menzalimimu, karena itu akan membuat hatimu jauh lebih tenang. Yakinlah Allah Maha Adil, Dia pasti selalu berada di pihak yang benar.
♥ Ukhti.., jangan bersedih, ketika masalah menghampirimu
Karena sesungguhnya masalah membuat kita lebih kuat, masalah menjadikan kita lebih dewasa, masalah menjadikan diri kita lebih beriman, dan masalah akan menjadi sumber pahala bagi diri kita jika kita dapat mengelolanya dengan baik. Tapi, jika kita hanya disibukkan dengan melihat suatu masalah dari sisi kesulitannya, maka kita tidak akan pernah bisa keluar dari masalah itu, bahkan akan membuat kita semakin terpuruk dan terkurung.
♥ Ukhti.., jangan bersedih ketika kekasihmu pergi meninggalkanmu
Mungkin tidak mudah melupakan seseorang yang pernah singgah di hati kita, tapi apakah hanya karena dia engkau rela menangis seharian? Marah-marah tak tentu arah karena merasa di khianati, dendam, sakit hati, dan tidak mau melupakannya. Seharusnya engkau bersyukur karena Allah masih menyayangimu. Dia ingin agar engkau lebih terjaga dengan menjauhkannya darimu. Bukankah engkaupun tahu bahwa Allah telah menyiapkan jodohmu jauh sebelum engkau dilahirkan ke dunia. Jika dia yang kau cinta pergi meninggalkanmu, berarti memang bukan dia yang terbaik menurut Allah. Percayalah wahai ukhti, Allah telah menyiapkan seseorang yang jauh lebih baik darinya untukmu. Maka, hilangkanlah gundah di hatimu, tak usah bersedih, tak usah kau buang-buang waktumu untuk terus memikirkannya dan terus mengharapkannya. Percayalah dengan janji Allah “laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, wanita yang baik untuk laki-laki yang baik”. Perbaikilah dirimu dan lebih mendekatlah kepada-Nya, mohonlah hanya kepada Allah. Dan hilangkan duka di hatimu.
Ukhti..
Bila mungkin ada luka, coba tersenyumlah
Bila mungkin ada tangis, coba bersabarlah
Karena air mata tak abadi
Akan hilang dan berganti
Bila mungkin hidup hampa dirasa
Mungkin hati ini merindukan Dia
Karena hanya dengan-Nya hati menjadi tenang
“Dan Jangan kamu berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” QS Yusuf (12) : 87
Ukhti, tersenyumlah ^_^
Laa Tahzan innallaha ma’ana
https://www.facebook.com/pages/-Karena-Berbagi-itu-Indah-/115954865091056
~♥ Percayalah Jilbab akan Membuat Dirimu Terlihat Lebih Istimewa ♥~
03/02/2012
Seorang lelaki non muslim bertanya kepada lelaki muslim..
Lelaki non muslim : "Kenapa wanita agama kamu menutup aurat?"
Lelaki muslim menjawab sambil tersenyum dan mengeluarkan 2 buah permen dari dalam sakunya, lalu salah satu dari permen tersebut di buka bungkusnya yang kemudian di lemparkan kedua permen itu ke atas lantai. Lalu lelaki muslim bertanya kepada lelaki non muslim : "Di antara kedua permen itu, mana yang akan kamu pilih?"
Lelaki non muslim menjawab : "Sudah tentu yang masih dalam bungkusan"
Lelaki muslim berkata : "Begitulah kami melihat dan menghormati kaum wanita agar lebih terpelihara dan istimewa :)"
Ukhti.., percayalah, kau akan terlihat lebih cantik dan terhormat dengan jilbab yang kau kenakan. Hilangkan keraguan di hatimu, tak usah dengarkan apa kata orang. Biarlah mereka menganggapmu sok alimlah, sok sucilah.., yang terpenting Allah ridho dengan pilihanmu. Yakinkan diri, kuatkan tekadmu, kenakan kerudungmu dan pakailah pakaian yang syar’I seperti yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, dan berjilbablah karena Allah.
Hidayah itu mahal ukhti, karena tidak semua orang mendapatkannya. Lihatlah di luar sana, masih banyak saudari-saudari kita yang dengan bangga mempertontonkan auratnya. Dan banyak di antara mereka yang menjadi korban laki-laki yang tidak bertanggung jawab, akibat pakaian seksi yang mereka kenakan. Tidakkah terselip malu di hatimu, ketika keindahan tubuhmu dinikmati oleh banyak orang?. Seperti halnya ketika kau membeli barang di toko, bukankah kau lebih senang memilih barang yang masih terbungkus rapi, bukan barang yang telah di jamah oleh banyak orang sehingga tampak lebih kucel?. Seperti itulah perbedaan wanita berjilbab dengan yang tidak berjilbab.
Ukhti.., tidakkah kau menyadari begitu sayangnya Allah kepadamu. Allah mewajibkanmu berjilbab bukan tanpa alasan. Itu karena engkau begitu istimewa. Dengan menutup aurat, Allah ingin agar engkau lebih terjaga. Tidakkah kau merasa risih ketika mata laki-laki memandangi tubuhmu, sehingga muncul nafsu di diri mereka? Tidakkah kau merasa bersalah terhadap suamimu kelak ketika kecantikan tubuhmu bisa dinikmati oleh semua orang?. Ukhti, sayangi dirimu, tutuplah auratmu dengan jilbab, biarlah cantikmu hanya untuk suamimu kelak. Jadilah engkau muslimah yang “mahal” karena jilbab dan hijab yang engkau kenakan. Sungguh tidak ada kerugian yang akan engkau dapat ketika engkau menutup auratmu, engkau akan lebih terjaga, engkau akan lebih terhormat, engkau akan terlihat istimewa, dan engkau akan semakin di sayangi Allah..
Ukhti, coba dengarkan suara hatimu, karena terkadang dia jauh lebih jujur dan lebih paham tentangmu. Memang hidup adalah sebuah pilihan, dan aku yakin kau pasti lebih tau yang terbaik untuk kehidupanmu. Jangan sampai kau terlambat menyadarinya, karena kitapun tidak tahu kapan ajal akan menjemput kita. Hilangkan keragu-raguan di dirimu, mantapkan hati untuk ber “hijrah”, mencari keridhoannya, jangan hanya menunggu hidayah tapi jemputlah hidayah itu. Dan engkau akan menyadari bahwa dirimu begitu istimewa.
https://www.facebook.com/pages/-Karena-Berbagi-itu-Indah-/115954865091056
Seorang lelaki non muslim bertanya kepada lelaki muslim..
Lelaki non muslim : "Kenapa wanita agama kamu menutup aurat?"
Lelaki muslim menjawab sambil tersenyum dan mengeluarkan 2 buah permen dari dalam sakunya, lalu salah satu dari permen tersebut di buka bungkusnya yang kemudian di lemparkan kedua permen itu ke atas lantai. Lalu lelaki muslim bertanya kepada lelaki non muslim : "Di antara kedua permen itu, mana yang akan kamu pilih?"
Lelaki non muslim menjawab : "Sudah tentu yang masih dalam bungkusan"
Lelaki muslim berkata : "Begitulah kami melihat dan menghormati kaum wanita agar lebih terpelihara dan istimewa :)"
Ukhti.., percayalah, kau akan terlihat lebih cantik dan terhormat dengan jilbab yang kau kenakan. Hilangkan keraguan di hatimu, tak usah dengarkan apa kata orang. Biarlah mereka menganggapmu sok alimlah, sok sucilah.., yang terpenting Allah ridho dengan pilihanmu. Yakinkan diri, kuatkan tekadmu, kenakan kerudungmu dan pakailah pakaian yang syar’I seperti yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, dan berjilbablah karena Allah.
Hidayah itu mahal ukhti, karena tidak semua orang mendapatkannya. Lihatlah di luar sana, masih banyak saudari-saudari kita yang dengan bangga mempertontonkan auratnya. Dan banyak di antara mereka yang menjadi korban laki-laki yang tidak bertanggung jawab, akibat pakaian seksi yang mereka kenakan. Tidakkah terselip malu di hatimu, ketika keindahan tubuhmu dinikmati oleh banyak orang?. Seperti halnya ketika kau membeli barang di toko, bukankah kau lebih senang memilih barang yang masih terbungkus rapi, bukan barang yang telah di jamah oleh banyak orang sehingga tampak lebih kucel?. Seperti itulah perbedaan wanita berjilbab dengan yang tidak berjilbab.
Ukhti.., tidakkah kau menyadari begitu sayangnya Allah kepadamu. Allah mewajibkanmu berjilbab bukan tanpa alasan. Itu karena engkau begitu istimewa. Dengan menutup aurat, Allah ingin agar engkau lebih terjaga. Tidakkah kau merasa risih ketika mata laki-laki memandangi tubuhmu, sehingga muncul nafsu di diri mereka? Tidakkah kau merasa bersalah terhadap suamimu kelak ketika kecantikan tubuhmu bisa dinikmati oleh semua orang?. Ukhti, sayangi dirimu, tutuplah auratmu dengan jilbab, biarlah cantikmu hanya untuk suamimu kelak. Jadilah engkau muslimah yang “mahal” karena jilbab dan hijab yang engkau kenakan. Sungguh tidak ada kerugian yang akan engkau dapat ketika engkau menutup auratmu, engkau akan lebih terjaga, engkau akan lebih terhormat, engkau akan terlihat istimewa, dan engkau akan semakin di sayangi Allah..
Ukhti, coba dengarkan suara hatimu, karena terkadang dia jauh lebih jujur dan lebih paham tentangmu. Memang hidup adalah sebuah pilihan, dan aku yakin kau pasti lebih tau yang terbaik untuk kehidupanmu. Jangan sampai kau terlambat menyadarinya, karena kitapun tidak tahu kapan ajal akan menjemput kita. Hilangkan keragu-raguan di dirimu, mantapkan hati untuk ber “hijrah”, mencari keridhoannya, jangan hanya menunggu hidayah tapi jemputlah hidayah itu. Dan engkau akan menyadari bahwa dirimu begitu istimewa.
https://www.facebook.com/pages/-Karena-Berbagi-itu-Indah-/115954865091056
Keajaiban Sabar
02/02/2012
Apa ada keajaiban sabar? Apakah dengan hanya bersabar, hidup kita menjadi lebih tenang? Lantas apa bedanya dengan pasrah? Kenapa harus sabar, sementara kita masih punya kemampuan untuk berbuat sesuatu?
Pertanyaan itu mengganggu terus. Tidak mudah untuk menjawab aneka pertanyaan seperti itu? Penulis ini orang awam, bukan ustad, bukan kiai, bukan pula seorang perenung yang bisa mendapatkan jawaban setelah sekian lama diam dan mematung.
Menurut Ibnul Qayyim, penulis berbagai kitab dan murid Ibnu Taimiyah, berkata, “Sabar adalah menahan jiwa dari berputus asa, meredam amarah yang bergejolak, mencegah lisan berkeluh-kesah, menahan anggota badan dari berbuat kemungkaran. Sabar merupakan akhlak mulia dari lubuk jiwa yang dapat mencegah degannya akan tegak dan baik segala perkara..”
Jadi, sabar itu ternyata tidak sama dengan pasrah. Jika kita pasrah artinya berputus asa. Sedangkan sabar menerima keadaan yang ada tetapi tetap semangat, tetap berusaha. Sabar juga identik dengan bagaimana memendam amarah yang menggelegak. Sabar juga sama artinya menjaga mulut kita dari omongan yang menunjukkan kemarahan. Mencegah agar mulut senantiasa terjaga dari omongan kotor atau pembicaraan yang tidak perlu, misalnya. Terus terang, saya belum satu pun bisa melakukan itu.
Tidak hanya itu, sabar pun bisa diartikan sebagai tetap kuat pendirian untuk tidak berbuat maksiat, dan menghindari sejauh mungkin. Di sini, kita dituntut sabar untuk berpegang kepada kebenaran ajaran agama. Bukan menyelewengkan atau menyelewengkannya untuk kepentingan kelompok atau pribadi.
Dari Suhaib r.a., bahwa Rasulullah Sollalohu Allaihi Wassalam bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)
Yang menarik dari hadis ini, menurut ahli tafsir, setiap mukmin digambarkan oleh Rasulullah saw. sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’. Mengapa ada pesona dan di mana pesona itu bisa ditemukan? Pesona beranjak dari sikap seseorang dalam menyikapi segala sesuatu. Dia senantiasa berprangka baik, hudnuzhon, positif thinking terhadap segala sesuatu yang ditakdirkan Alloh. Ketika mendapatkan kebaikan, ia refleksikan dalam bentuk syukur, ketika mendapat musibah dia bersabar. Segela sesuatu dianggap sebagai karunia, anugerah Alloh yang tiada banding. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Begitu pula saat mendapatkan musibah, mendapat kabar buruk, nasib tak menguntungkan, ia akan bersabar. Karena ia yakin, hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang ada rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Alloh. Bukan malah lantas menyalahkan Sang Kholik. Bukankah terkadang ada orang yang bilang begini: Alloh nggak adil, mengapa saya begini dan begitu?
Kesabaran tetaplah penting. Sangat penting. Kesabaran merupakan salah satu petunjuk atau ciri seseorang itu bertaqwa atau tidak. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran setengah keimanan. Sabar memiliki kaitan erat dengan keimanan: seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala.
Sabar merupakan istilah dari bahasa Arab dan sudah menjadi istilah bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “shabara”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran“. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang.
Hal senada juga dikemukakan oleh Imam Al-Khawas, “Sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan Al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidakmampuan. Rasulullah Solloahu Allaihi Wassalam memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang).”
Buat apa bersabar? Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah Rodiaallohuan bahwa Rasulullan Sollohu Allahi Wassalam bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim).
Kesabaran merupakan suatu keharusan, di mana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah saw. mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim)
Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga:
Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, dan memandang sesuatu yang haram.
Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta dan kehilangan orang yang dicintai.
Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; isti’jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang harus diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif pada amal. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan melaksanakan ibadah. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat guna meningkatkan kesabaran. Di antaranya:
Mengikhlaskan niat kepada Allah swt.
Memperbanyak tilawah (membaca) Al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan.
Memperbanyak puasa sunnah. Puasa merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
Mujahadatun nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat untuk mengalahkan nafsu yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, dan kikir.
Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna.
Perlu mengadakan latihan-latihan sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi, misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah.
Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. (bagian ini diambil dari www.dakwatuna.com)
Pracoyo wiryoutomo
Apa ada keajaiban sabar? Apakah dengan hanya bersabar, hidup kita menjadi lebih tenang? Lantas apa bedanya dengan pasrah? Kenapa harus sabar, sementara kita masih punya kemampuan untuk berbuat sesuatu?
Pertanyaan itu mengganggu terus. Tidak mudah untuk menjawab aneka pertanyaan seperti itu? Penulis ini orang awam, bukan ustad, bukan kiai, bukan pula seorang perenung yang bisa mendapatkan jawaban setelah sekian lama diam dan mematung.
Menurut Ibnul Qayyim, penulis berbagai kitab dan murid Ibnu Taimiyah, berkata, “Sabar adalah menahan jiwa dari berputus asa, meredam amarah yang bergejolak, mencegah lisan berkeluh-kesah, menahan anggota badan dari berbuat kemungkaran. Sabar merupakan akhlak mulia dari lubuk jiwa yang dapat mencegah degannya akan tegak dan baik segala perkara..”
Jadi, sabar itu ternyata tidak sama dengan pasrah. Jika kita pasrah artinya berputus asa. Sedangkan sabar menerima keadaan yang ada tetapi tetap semangat, tetap berusaha. Sabar juga identik dengan bagaimana memendam amarah yang menggelegak. Sabar juga sama artinya menjaga mulut kita dari omongan yang menunjukkan kemarahan. Mencegah agar mulut senantiasa terjaga dari omongan kotor atau pembicaraan yang tidak perlu, misalnya. Terus terang, saya belum satu pun bisa melakukan itu.
Tidak hanya itu, sabar pun bisa diartikan sebagai tetap kuat pendirian untuk tidak berbuat maksiat, dan menghindari sejauh mungkin. Di sini, kita dituntut sabar untuk berpegang kepada kebenaran ajaran agama. Bukan menyelewengkan atau menyelewengkannya untuk kepentingan kelompok atau pribadi.
Dari Suhaib r.a., bahwa Rasulullah Sollalohu Allaihi Wassalam bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)
Yang menarik dari hadis ini, menurut ahli tafsir, setiap mukmin digambarkan oleh Rasulullah saw. sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’. Mengapa ada pesona dan di mana pesona itu bisa ditemukan? Pesona beranjak dari sikap seseorang dalam menyikapi segala sesuatu. Dia senantiasa berprangka baik, hudnuzhon, positif thinking terhadap segala sesuatu yang ditakdirkan Alloh. Ketika mendapatkan kebaikan, ia refleksikan dalam bentuk syukur, ketika mendapat musibah dia bersabar. Segela sesuatu dianggap sebagai karunia, anugerah Alloh yang tiada banding. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Begitu pula saat mendapatkan musibah, mendapat kabar buruk, nasib tak menguntungkan, ia akan bersabar. Karena ia yakin, hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang ada rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Alloh. Bukan malah lantas menyalahkan Sang Kholik. Bukankah terkadang ada orang yang bilang begini: Alloh nggak adil, mengapa saya begini dan begitu?
Kesabaran tetaplah penting. Sangat penting. Kesabaran merupakan salah satu petunjuk atau ciri seseorang itu bertaqwa atau tidak. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran setengah keimanan. Sabar memiliki kaitan erat dengan keimanan: seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala.
Sabar merupakan istilah dari bahasa Arab dan sudah menjadi istilah bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “shabara”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran“. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang.
Hal senada juga dikemukakan oleh Imam Al-Khawas, “Sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan Al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidakmampuan. Rasulullah Solloahu Allaihi Wassalam memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang).”
Buat apa bersabar? Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah Rodiaallohuan bahwa Rasulullan Sollohu Allahi Wassalam bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim).
Kesabaran merupakan suatu keharusan, di mana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah saw. mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim)
Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga:
Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, dan memandang sesuatu yang haram.
Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta dan kehilangan orang yang dicintai.
Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; isti’jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang harus diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif pada amal. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan melaksanakan ibadah. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat guna meningkatkan kesabaran. Di antaranya:
Mengikhlaskan niat kepada Allah swt.
Memperbanyak tilawah (membaca) Al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan.
Memperbanyak puasa sunnah. Puasa merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
Mujahadatun nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat untuk mengalahkan nafsu yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, dan kikir.
Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna.
Perlu mengadakan latihan-latihan sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi, misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah.
Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. (bagian ini diambil dari www.dakwatuna.com)
Pracoyo wiryoutomo
Langganan:
Postingan (Atom)