30/10/2011
Pak Budi adalah seorang ayah yang kesehariannyabekerja sebagai guru. Suatu minggu pagi dia bersama anaknya mencuci mobil dihalaman rumahnya. Dengan penuh kegembiraan ayah dan anak tersebut mencuci mobil kesayangannya. Mobil yang sudah cukup lama menyertai keluarga pak budi. Dengan mobil satu – satunya itulah seluruh aktifitas keluarga dapat diselesaikan dengan baik. Setiap pagi mobil itu bergerak gesit untuk mengantar anak – anaknya ke sekolah. Setelah waktunya tiba, pak budi pun pergi mengajar kesekolah dengan mobil itu pula. Ketika sang istri minta diantar untuk belanja kepasar, mobil itu pula yg digunakan. Kondisi semacam ini sudah berjalan selama 10 tahun.
Cukup lama rasanya pak budi tidak mengganti mobilnya. Pendapatannya sebagai guru hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keseharian beliau dan keluarga saja. Sampai dengan saat itu ia belum bisa mengganti mobilnya dengan mobil yg lebih bagus. Ketika pak budi mencuci mobil dihari minggu itu, berulang kali pak budi disapa oleh para tetangga yang keluar masuk kampong ditempat mereka tinggal. Kebetulan mobil – mobil tetangga itu lebih baru dan lebih bagus disbanding mobil pak budi. Ketika pak budi membersihkan bagian ban mobil, saat itu mobil tetangga sebelah rumah lewat. Mobil itu berjalan pelan hamper berhenti didepan rumah pak budi.
‘’Pak Budi, mari ya.. saya ada keperluan mau pergi keluar kota’’ Demikian antara Pak Ahmad menyapa Pak Budi, sambil ia membelokkan mobil kearah jalan besar. ‘’ Owh, iya Pak Ahmad, silahkan pak.. Selamat jalan, hati – hati dijalan’’ Sahut Pak Budi. Tanpa terasa pandangan pak Budi tertuju pada ban mobil milik pak Ahmad yang kelihatannya masih baru itu. Tiba – tiba pak Budi menarik nafas panjang sambil mengeluh pada diri sendiri. ‘’ Ah, kapan ya, saya bisa mengganti ban mobil yang sudah tidak layak pakai ini..?? Gumamnya sambil membersihkan ban mobil yang memang sudah waktunya harus diganti. Ketika pak Budi membersihkan bagian belakang mobilnya, kembali ia mengeluh’’ Kapan lagi saya bisa memperbaiki bodi belakang mobil ini ?? Kata pak budi. Sambil membersihkan bagian belakang mobil yang memang sudah rusak sekitar tiga bulan lalu, akibat menyerempet tembok garasi, ketika dipinjam familinya yang lain.
Ketika pak Budi masuk kedalam mobil untuk membersihkan bagian dalamnya, kembali ia mengeluh. Jok mobil sudah lama tidak diganti, sampai ada yang robek, warnanya juga sudah agak memudar sehingga kelihatan kotor. Ketika ia mau menyetel radio tapenya untuk sekedar santai , ia lupa ternyata radio tapenya juga sudah lama rusak dan belum diperbaiki.
Saat pak budi melamun sedih dan nelangsa akibat memikirkan kondisi mobilnya, tiba – tiba hujan deras mengguyur dengan lebat, bahkan beberapa kali terdengar suara guruh menggelegar. Sehingga membubarkan lamunan pak budi seketika itu juga. Dengan terburu – buru ia menutup pintu mobil rapat – rapat. Selanjutnya pak budi berlindung didalam mobil sambil menunggu redanya hujan angina yang begitu mengkhawatirkan hati itu. Ketika didalam mobil, tiba – tiba terlihat melintas dua orang, laki – laki dan perempuan setengah baya. Mereka menumpangi sepeda motor butut. Saat itu mereka cepat – cepat berhenti, sambil tergopoh – gopoh dengan raut muka tampak pucat karena kedinginan. Mereka berusaha berlindung dibawah pohon yang terletak diseberang rumah pak budi dari derasnya hujan angina tersebut . wajah mereka tampak kusut, bajunya basah kuyup, celana yang laki – lakinya dilipat sebatas lutut, kedua tangannya menggigil bersedekap didepan dada. Bahkan, sepeda motor yang sudah butut itu, bertambah tampak tua karena tanah dan lumpur yang menempel pada kedua rodanya dengan begitu tebal.
Yang membuat pak budi terhenyak adalah ternyata mereka membawa anak kecil berumur sekitar 3 tahunan, mungkin saja itu adalah buah hati mereka. Saat berhenti itu anak digendong ibunya. Melihat adegan spontan itu, pak budi merenung, ia pandangi mobilnya , kemudian ia pandangi lagi pengendara yang berhenti tak jauh dari rumahnya itu. Lalu ia pandangi lagi mobilnya kembali, tiba – tiba saja mata pak budi tanpa terasa berkaca – kaca. Napasnya agak memburu menutupi rasa emosi.
Sungguh betapa malunya ia kepada diri sendiri, baru saja ia mengeluh dengan berbagai persoalan tentang kondisi mobilnya. Tiba – tiba saja ada orang yang kedinginan, mencari perlindungan dari derasnya air hujan dengan kondisi yang cukup membuat hatinya iba. Tanpa terasa pak budi melayangkan pandangan kea tap mobil yang ternyata masih tampak kokoh dan kuat untuk melindungi dirinya dan anak – istrinya dari derasnya hujan. Setelah itu ia memandangi pintu – pintu mobil yang masih bagus dan bisa melindunginya dari dinginnya udara. Tidak terasa ia melihat ada beberapa potong kue diantara jok mobil, ada air mineral dibotol kecil yang selalu tersedia didalam mobil untuk minuman mereka sewaktu – waktu jika dibutuhkan. Bahkan, dipojok kursi belakang ada sebuah bantal yang juga sering dibawa kemana – mana untuk melepas lelah dan kantuk bila keluarga pak budi pergi keluar kota.
Sungguh betapa banyaknya keluarga pak budi berutang budi pada mobil tersebut. Betapa nyaman nya mobil itu, bertahun – tahun mereka berhasil melakukan aktifitas karena jasa mobil tersebut. Sambil mengusap sedikit air yang meleleh disudut matanya, pak budi pun bangkit dari lamunanya. Tiba – tiba hujan deras itu reda bersamaan dengan selesainya lamunan pak budi yang masih terpaku didalam mobilnya. Satu kata yang terdengar dari mulut pak Budi adalah Alhamdulillah ..
Dan sesungguhnya kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka dapat mengambil pelajaran (daripadanya), maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (Nikmat). (QS. Al Furqaan(25):50).
Ketika kita mengikuti peristiwa yang dialami pak budi diatas, apa yang bisa terpikirkan oleh kita? Saya yakin, dengan kondisi dan skala yang berbeda mungkin kita pernah mengalami hal yang sama. Kita pun pernah mengeluh dengan keadaan kita. Tetapi, kalau kita mau membandingkan kondisi kita dengan orang yang jauh lebih sengsara dari keadaan kita, Insya Allah kita akan mampu mengucapkan Alhamdulillah.
Lihatlah dengan peristiwa sederhana itu, pak budi bertemu dengan Allah didalam mobilnya. Berkat hujan deras yang turun tiba – tiba itu, pak Budi mampu melihat kelebihan yang ada pada mobilnya. Berkat dua orang pengendara sepeda motor bersama anaknya yang berteduh dibawah pohon itu, pak Budi mampu melihat kedalam dirinya.
Pertanyaannya ???
1. Siapakah yg mengirimkan angin kencang sehingga hujan deras turun didaerah rumah pak Budi ?
2. Mengapa hujannya turun tiba – tiba dan begitu deras ?
3. Mengapa ada dua pengendara yang tepat berteduh didekat rumah pak Budi yang lagi mengeluh ?
4. Mengapa hujan deras turun, tepat ketika pengendara itu melintasi jalan didaerah rumah pak Budi?
5. Mengapa ada pohon cukup besar didekat rumah pak budi ?
6. Mengapa sepeda motor yg sudah butut itu, melewati jalan tanah yg mengakibatkan rodanya penuh dengan tanah . sehingga menambah kesan dramatis nya keadaan sepeda motor itu??
7. Mengapa hujan turun hanya sebentar ? Seolah – olah hujan turun diperuntukkan untuk menjawab lamunan dari pak Budi ??
Apakah semua itu berjalan secara kebetulan saja?? Subanallah, tidak ada sesuatu pun didunia ini yang sia – sia. Semua peristiwa diciptakan oleh Allah dengan nilai guna dan manfaat yang luar biasa bagi kepentingan manusia.
(Yaitu) orang – orang yg mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘’ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia – sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’’. QS. Ali Imran (3):191
Insya Allah dengan merenungi peristiwa yang tampaknya sederhana ini kita akan bertemu dengan Allah SWT. Dialah Sang Maha Pengasih dan Penyayang terhadap para hamba – Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar