Sebuah nasehat penuh makna dari seorang Ibu kepada putrinya saat menikah:
Amamah bintu Al-Harits berpesan kepada putrinya ketika mengantarkan putrinya kepada suaminya, dia mengatakan:
“Wahai putriku…!
Seandainya wasiat itu jika ditinggalkan akan menjadi lebih beradab dan lebih luhur, niscaya aku akan menyingkirkannya darimu. Akan tetapi wasiat adalah penggugah ingatan bagi orang yang mulia dan penolong bagi orang yang berakal.
08/10/2011
Wahai putriku…!
Kalau seandainya wanita tidak butuh kepada suami, niscaya kedua orang tuanya akan menjadi kaya dan lebih membutuhkan kepadanya. Niscaya aku orang yang tidak butuh akan hal itu. Akan tetapi untuk laki-laki wanita diciptakan dan untuk wanita laki-laki diciptakan.
Wahai putriku…!
Jagalah sepuluh perilaku:
Pertama dan Kedua : Bersahabat dengan sifat qana’ah dan bergaul dengan membaguskan pendengaran dan ketaatan. Sebab dalam sifat qana’ah terdapat ketenangan dan ketenteraman hati,dan dalam ketaatan terdapat keridhaan Allah ‘azza wajalla.
Ketiga dan Keempat : Perhatikanlah tempat yang menjadi sasaran matanya dan carilah tempat penciuman hidungnya! Jangan sampai matanya melihat pemandangan buruk darimu! Dan jangan sampai hidungnya mencium darimu kecuali bau yang paling wangi!
Kelima dan Keenam : Carilah waktu yang tepat untuk makannya dan tenanglah ketika dia tengah tidur! Sebab panasnya dahaga menimbulkan rasa haus/lapar dan lelapnya tidur menimbulkan kemarahan.
Ketujuh dan Kedelapan : Janganlah kamu tamak terhadap hartanya dan jagalah kehormatan dan keluarganya. Aturlah urusan dalam masalah harta dengan pengaturan yang baik, dan dalam masalah keluarga dengan penghormatan yang luhur!
Kesembilan dan Kesepuluh : Janganlah menyebarkan rahasianya dan jangan mendurhakai perintahnya! Sebab, kalau kamu menyebarkan rahasianya, maka kamu tidak akan merasa aman dari pengkhianatannya. Dan apabila kamu mendurhakai perintahnya niscaya akan menimbulkan kemarahannya” (Ahkamun Nisa, Ibnul Jauzi hal 80)
Semakin kamu mengagungkannya semakin besar pula penghormatan dia kepadamu. Semakin kamu sering mencocokinya semakin bagus pula kelembutannya padamu.
Ketahuilah…!
Kamu tidak akan mampu melakukan hal itu hingga kamu lebih mengutamakan keinginannya di atas keinginanmu, dan ridhanya di atas keridhaanmu, baik dalam hal yang kamu sukai maupun yang engkau benci.
Hati-hati kamu, jangan sampai bergembira di hadapannya tatkala dia sedih, dan jangan merasa sedih di hadapannya tatkala dia sedang bergembira.’
————————————————————————————————-
Tatkala Ibnul Ahwash mengantarkan putrinya, Nailah kepada Amirul Mu’minin ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, dimana beliau telah mempersuntingnya, dia pun dinasehati oleh ayahnya :
“Wahai putriku…! Sesungguhnya kamu akan datang kepada wanita di antara wanita-wanita Quraisy, dimana mereka lebih lihai darimu dalam berhias, Maka jagalah pesan dariku dua hal : Pakailah celak dan berhiaslah dengan air hingga baumu seperti bau qirbah ( alat-alat yang terbuat dari tanah) terguyur air hujan!”
————————————————————————————————-
‘Ummu Mu’aasharah menasehati putinya dengan beberapa nasehat berikut ini, dalam keadaan telah bercampur perasaan harunya denga tetesan air mata :
“Wahai putriku….!
Kamu akan menyongsong kehidupan yang baru….
Kehidupan yang tidak ada tempat padanya bagi ayah dan ibumu atau salah seorang dari saudarimu….
Esok hari engkau akan menjadi sahabat bagi suamimu, dimana dia tidak menginginkan ada seorang pun yang turut serta memilikimu, meskipun dari darah dagingmu sendiri.
Jadilah istri baginya wahai putriku…!
Jadilah kamu tempat tinggal baginya, kemudian jadikanlah dia merasa bahwa dirimu segala sesuatu dalam kehidupannya, kamu adalah segala sesuatu dalam dunianya! Ingatlah selalu, bahwa laki-laki mana saja-lelaki dewasa- sedikit kalimat manis saja telah membahagiakannya. Janganlah kamu menampakkan imej bahwasanya dengan dia menikahimu berarti dia telah menghalangimu dari keluarga dan keluargamu! Sebab perasaan yang seperti itu juga dirasakan olehnya, dia juga meninggalkan rumah dan kedua orang tuanya, dan meninggalkan keluarganya dikarenakan kamu. Hanya saja, perbedaan antara dia dengan kamu adalah perbedaan antara laki-laki dan wanita. Sedang wanita selalu ingin dekat dengan keluarganya, dekat dengan rumahnya, tempat lahir, tempat dia tumbuh, berkembang dan belajar….Akan tetapi, mau tidak mau ia harus mempersiapkan diri untuk menyongsong kehidupan yang baru ini. Mau tidak mau,dia harus merancang kehidupannya bersama laki-laki yang kini telah menjadi suami dan pemimpin baginya, serta ayah dari anak-anaknya. Inilah duniamu yang baru….!
Wahai putriku….!
Inilah kehidupanmu sekarang ini dan yang akan datang. Inilah keluargamu yang kamu rintis bersama-sama suamimu. Adapun ayahmu, dia telah berlalu. Bukan berarti aku menuntutmu untuk melupakan ayah, ibu, dan saudara-saudaramu, sebab mereka tidak akan pernah melupakanmu selama-lamanya wahai kekasih hatiku…! Bagaimana mungkin seorang ibu bisa melupakan potongan hatinya, akan tetapi aku menuntutmu agar kamu mencintai suamimu, kamu hidup untuknya dan agar kamu membahagiakan kehidupanmu bersamanya…!”
————————————————————————————————-
Demikian pula ada seorang wanita yang telah menasehati putrinya, dia berpesan : “Wahai putriku….! Jangan lupa menjaga kebersihan jasmanimu! Sebab kebersihan badanmu akan menyebabkan suamimu lebih cinta kepadamu. Dan kebersihan rumahmu, niscaya akan lapang dadamu, bagus perangaimu, bersinar wajahmu, dan menjadikan kamu cantik, dicintai dan dimuliakan suamimu, dan dipuji oleh keluarga,teman, saudara-saudaramu, serta orang-orang yang mengunjungimu. Setiap orang yang melihat kebersihan badan dan rumahmu akan merasa sejuk jiwanya dan merasa senang hatinya”
Sumber : Bingkisan untuk kedua mempelai, Abu ‘Abdirrahman Sayyid bin ‘Abdirrahman Ash-Shubaihi hal 307-311
Tidak ada komentar:
Posting Komentar