o1/10/2011
Zaman kini semakin bertambah maju. Demikian ungkapan tentang zaman sekarang ini. Secara umum hal ini diakibatkan oleh keadaan masyarakat kita. Kondisi sekarang memang relative lebih baik di banding zaman dahulu… sebut saja era 1990an. Ketika itu dari sekian keluarga yang ada ditempat saya berada, yang mempunyai televise hanya ada 6 orang saja. Sehingga kalu ada pertandingan sepak bola dunia misalnya, atau ada pertandingan tinju kelas dunia, atau acara menarik lainnya yang ada di televise, sebagian besar penduduk yang ingin melihat akan berbondong – bonding menuju rumah yang mempunyai televise tersebut.
Saya masih teringat kenangan itu. Sekitar satu jam sebelum pertandingan dimulai, saya dan para pemuda, bapak – bapak, dan ibu – ibu, serta tidak ketinggalan adek-adek, dan orang – orang tua sudah berjubel mencari tempat duduk yang enak didekat televise agar bisa melihat dengan jelas. Demikian sekedar gambaran betapa sekarang ini zaman sudah semakin maju. Kini, ditempat tinggal saya dulu setiap keluarga tidak satupun yang tidak mempunyai televise. Apakah rumah mewah yang didalamnya terdapat lebih dari satu televise, ataukah gubuk – gubuk kecil sederhana yang hanya punya satu ruangan saja, kini semua rumah telah ada televisinya. Sungguh zaman sudah berubah.
Bersamaan dengan kemajuan zaman, maka situasi dan kondisi juga berubah secara drastic dan mengejutkan. Tetapi perubahan demi perubahan itu menjadi tidak terasa karena kita semua mengikuti perubahan yang terjadi, sehingga terjadilah penyesuaian perubahan pada masing – masing orang.
Sebagai contoh sederhana, kita mengetahui bahwa bumi tempat kita berpijak ini bergerak mengelilingi matahari dengan kecepatan yang sangat tinggi yaitu sekitar 107.000 km/jam. Dan pada saat yang bersamaan pula bumi kita juga berputar pada sumbunya dengan kecepatan sekitar 1.600 km/jam. Baik secara revolusi maupun secara rotasi bumi mengalami perubahan posisi yang sangat cepat dan bermakna. Jawabannya adalah kare na kita mengikuti perubahan itu. Kita telah lengket dibumi tempat kita berpijak, disebabkan adanya gravitasi bumi. Dan kita berada pada posisi bebas, padahal bumi terus berputar dan bergerak dengan begitu cepat nya.
Kira kira apa yang akan terjadi?? Tentu kita manusia akan hancur berantakan dan ludes, karena akan tertabrak dan tertampar oleh ribuan bangunan dan ribuan bahkan mungkin jutaan pohon – pohon besar, gunung – gunung, dll, yang ada disekitar kita yang ikut berputar karena mengikuti rotasi bumi. Untung saja dengan penuh kasih saying-Nya Allah memberlakukan gravitasi bumi bagi manusia. Sehingga manusia tidak ikut berputar mengikuti rotasi bumi dengan nyaman.
Berhubungan dengan kemajuan zaman yang semakin modern ini, marilah kita simak sebuah kejadian lain.
Ternyata kehidupan disekitar kita semuanya juga berubah. Termasuk pasar tempat kita belanja. Yang dulu kita belanja dipasar tradisional, kini perilaku kita juga berubah. Kita kini sering belanja ditempat – tempat belanja modern yaitu di supermarket. Saat ini sudah demikian menjamur dan banyak bermunculan disetiap kota besar maupun kota kecil diseluruh pelosok negeri.
Jika kita bandingkan kedua pasar tersebut ada suatu perbedaan yang sangat mencolok dan cukup signifikan antara situasi pasar tradisional dengan supermarket sebagai pasar modern. Belanja disupermarket lebih praktis, lebih efektif, serta lebih bersih keadaannya. Sehingga waktu pun menjadi lebih efisien. Sehingga suasana belanja akan menjadi lebih nyaman. Disupermarket semua barang sudah ada label harganya. Sudah ditimbang sesuai dengan ukuranya. Tidak ada tawar menawar antara penjual dan pembeli, mungkin itulah ciri dari masyarakat modern. Semuanya serba cepat dan praktis.
Tetapi pada kondisi itu jika kita merenungkan dan kita cermati dengan seksama, ada sesuatu yang hilang. Mari kita kenang kembali, suasana ketika masing – masing dari diri kita pernah belanja dipasar tradisional yang sampai sekarangpun masih banyak dan sering kita jumpai. Sekitar tahun 2000-an pernah saya belanja dipassar pagi ditempat saya. Pada saat itu saat melihat suatu kejadian yang cukup menarik untuk saya bagikan lewat catatan ini. Yaitu seorang ibu setengah baya, membeli buah jeruk disalah satu penjual yang ada dipasar tersebut.
Setelah terjadi dialog kecil dalam proses jual beli yang cukup akrab, ibu tersebut menawar dengan harga tertentu. Selanjutnya sipenjual mengambilkan buah jeruk yang bagus – bagus sebanyak 10 buah ditambah satu. Sehingga buah jeruk yang dibeli menjadi sebelas buah dengan harga kesepakatan untuk sepuluh buah jeruk.
Ada 3 point penting yang cukup menarik untuk diperhatikan dalam proses jual beli tersebut, yang dipasar modern mungkin tidak pernah terjadi.
1. Niat baik sipenjual (yang sudah merupakan tradisi) memberi bonus kepada si pembeli.
2. Niat baik sipenjual ketika memilihkan buah yang bagus
3. Proses komunikasi yang sangat akrab dan saling menghargai yang terjadi antara penjual dan pembeli.
Dalam waktu yang hamper bersamaan terjadi pula disebelahnya sebuah kejadian yang tidak kalah menariknya. Seorang ibu muda membeli gula pasir sebanyak satu kilogram. Yang menarik adalah ketika si penjual menimbang gula pasir, daun timbanganya sangat mantap, melebihi berat 1 kg sebagai kesepakatan gula yang dibeli. Disini terjadi sebuah tradisi budaya yang sangat indah, yaitu budaya memberi dari seorang penjual kepada pembeli.
Dan yang lebih menarik lagi adalah, dikarenakan sipenjual mempunyai niat yang baik ketika melakukan proses penimbangan. Maka saya juga melihat sipembeli juga tidak mau kalah dalam hal berbuat baik. Ketika sipenjual berusaha mencari uang kecil sebagai uang kembaliannya dari jual beli tersebut, sipembeli tidak mau menerimanya.
Kata pembeli : Biarlah bu, tidak usah pakai uang kembalian. Toh, ibu juga telah memberi cukup banyak kelebihan timbangan gula ini untuk saya.
Kata penjual : Terimakasih bu, mohon keikhlasan hati ya !?!?
Balas pembeli: Owh, iya Bu, sama – sama.
Inilah sebuah adegan sederhana dalam proses jual beli dipasar tradisional yang sangat menarik dan sangat islami, yang tentu tidak akan kita jumpai di supermarket. Point yang yang menarik dari kejadian sederhana itu adalah :
1. Adanya niat baik sipenjual ketika memberi lebih banyak dari berat timbangan yang ditentukan.
2. Niat baik sipembeli ketika membalas pemberian sipenjual.
3. Permohonan maaf untuk saling mengikhlaskan
4. Terjadinya proses saling memberi yang sangat indah.
Saling memberi adalah kata kunci dalam sebuah kehidupan social yang sangat harmonis, islami, yang pada saat ini sudah semakin pudar dan semakin langka saja. Allah begitu menghargai orang – orang yang mempunyai semangat untuk memberi. Bahkan kata Allah dalam Alquran Al-Karim, salah satu sifat dari orang yang bertakwa adalah suka memberi, baik ia dalam kondisi senang maupun sedih.
Yaitu orang – orang yang menafkahkan hartanya, baik baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang – orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran:134).
Kejadian diatas tampak sederhana. Suatu peristiwa keseharian yang mungkin sepele dan merupakan hal yang rutin. Tetapi kalau diperhatikan dengan sesungguhnya, akan tampaklah keindahan yang sesungguhnya. Maka bagi seseorang yang beriman dia akan selalu merasa bahwa Allah Yang Maha Kuasa, ternyata selalu hadir dimana saja dan kapan saja untuk memberi pelajaran berharga kepada hamba-Nya.
Timur dan barat adalah kepunyaan Allah, oleh karena itu kemana pun kita hadapkan wajah, disana akan bertemu dengan Allah, sesungguhnya Allah Maha Luas kekuasaan-Nya dan Dia Maha Mengetahui .. Subhanallah .... Allahu Akbar ..!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar