09/08/2011
Sebuah drama satu babak telah terjadi disatu rumah rumah sederhana dipinggiran desa. Pemerannya adalah seekor kucing setia dan seorang bapak muda yang barusan ditinggal meninggal oleh istri tercinta …..
Cerita ini saya sampaikan kepada anak – anak di Sekolah Dasar Negeri, tempat saya bekerja. Ketika itu mereka sedang belajar pelajaran Agama Islam dikelasnya. Kebetulan saat itu saya diamanahkan oleh guru yang bersangkutan ( Guru bidang studi agama islam) agar saya membantu beliau mengisi jam pelajaran dulu untuk hari ini. Sebab beliau sedang berhalangan untuk hadir datang kesekolah.. karna ada salah satu anggota keluarganya yg sedang dalam keadaan berduka cita atas kepergiaan suaminya kembali ke-Rahmatullah. Sehingga saya menggantikan beliau menjadi guru agama sehari pada waktu itu. Pada saat itu saya, memberikan sebuah kisah hikmah sekitar 15 menit tentang drama tersebut ..
Pada zaman dahulu kala tersebutlah sebuah kisah teladan yg terjadi pada ssebuah keluarga. Tempat tinggal mereka berada dipinggiran sebuah desa. Mereka tinggal bertiga dalam sebuah rumah. Yaitu sang suami, sang istri, dan seekor kucing kesayangan mereka yg sudah dipelihara sejak kecil. Sudah cukup lama keluarga tersebut belum dikaruniai seorang anakpun. Setelah dengan berbagai upaya dan doa, akhirnya Tuhan mengabulkan permintaan mereka. Akhirnya sang istripun mengandung.
Setelah waktunya sampai, maka sang istripun melahirkan seorang bayi yg sehat dan mungil. Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, karena sang istri tercinta meninggal dunia ketika melahirkan putra yang didambakannya. Kini mereka kembali hidup bertiga, yaitu sang ayah, sang bayi, dan sang kucing kesayangan nya. Tiga bulan berselang dari kejadian itu, disuatu pagi yg cerah, sang ayah berniat akan pergi kepasar untuk membeli bahan makanan sebagai bekal hidup mereka selama satu minggu kedepan. Sebelum berangkat, ia memanggil kucingnya. Disuruhnya kucing setia itu untuk menjaga anak, sementara ia akan pergi kepasar. Setelah sang ayah menaruh bayinya yg berumur tiga bulan itu didalam kamarnya, maka berangkatlah ia.
Sang ayah berulang kali mengingatkan pada kucingnya agar hati – hati dalam menjaga bayinya. Setelah keperluan belanja terpenuhi sang ayah bergegas pulang. Sesampainya dimuka rumah, ia membuka pintu pagar bamboo yg ada dihalaman rumahnya. Dan terkejutlah ia, apa yg dilihatnya?? Ternyata kucing peliharaannya, yg disuruh menjaga bayi tersebut, sudah berada dimuka pintu rumahnya. Mulutnya ternganga tampak giginya yg tajam berlepotan darah segarrr. Sang ayah menjerat histeris. Diambilnya tongkat kayu pengunci pagar yg cukup besar, kemudian dipukulah kucing tersebut dengan membabi buta. Sang kucing mengerang kesakitan tetapi tidak diperdulikannya. Yang terpikir dibenak sang ayah adalah bahwa kucing kesayangannya telah mencabik dan melahap anaknya yg masih bayi tersebut.
Maklumlah, makanan dirumah sudah habis. Kemungkinan karna sang kucing begitu laparnya, sehingga untuk mengisi perutnya ia memakan bayi kecil mungil tersebut. Demikianlah perasaan yg berkecamuk dihati sang ayah sambil terus memukuli kucingnya. Akhirnya sang kucing bermandi darah, dan tidak berdaya. Kepalanya penuh dengan luka akibat pukulan sang ayah. Maka bergegaslah sang ayah masuk kedalam rumah untuk melihat anaknya.
Apa yg dilihatnya ? sang ayah terbelalak matanya. Ia berhenti didepan pintu kamar, dilihatnya sang anak tercintanya masih sehat, dan masih utuh badannya. Didekat pembaringan sederhana itu terkulai seekor ular yg cukup besar yg lemas penuh dengan luka gigitan sang kucing.
Owh, ternyata sepeninggalan sang ayah, sang kucing yg setia itu telah berkelahi mati – matian dengan seekor ular besar, yg mau menggigit sang anak. Dan rupanya sang kucing telah memenangkan perkelahian hidup dan mati itu ….
Apa yg diperbuat sang ayah ? dia bergegas mengambil anaknya yg ada dipembaringan, lalu digendongnya dan dibawanya larikeluar menuju sang kucing yg sedang meregang nyawa akibat pukulan bertubi – tubi dari sang ayah. Sambil menggendong bayinya, orang tua ini menangis dan menjerit dihadapan kucing setianya yg sudah lemas kehabisan darah. Ia meminta maaf, dan sangat menyesal tiada tara. Ia merasa telah melakukan dosa yg sangat besar. Telah menganiaya kucing peliharaannya yg sangat setia tersebut. Yg rela berkorban demi anaknya, karna patuhnya terhadap pesan sang majikan. Tetapi menyesal kemudian tiada berguna …
Setelah saya mengakhiri cerita tersebut, banyak anak – anak yg mengusap air matanya. “ betapa malangnya nasib sang kucing, mau menunjukkan jasa malah dikira telah melakukan perbuatan jahat. Demikian pula betapa menyesalnya hati sang ayah, mestinya ia mengucapkan terimakasih yg tiada terhingga kepada kucing kesayangannya, tetapi malah justru sebaliknya ia telah menyiksanya “. Saya menutup cerita tersebut dengan memberi kan pertanyaan kepada anak – anak. Mengapa peristiwa itu sampai bisa terjadi ? kemudia anak – anak saya beri penjelasan, bahwa ada dua hal yang menyebabkannya :
1. Bahwa sang ayah ( sang majikan ) telah BERBURUK SANGKA kepada sang kucing yg setia. Ia tidak melakukan pengecekan terlebih dahulu, tetapi langsung mengambil tindakan.
2. Bahwa sang kucing yg telah merasa berjasa besar, ia TIDAK SABAR menunggu sang majikan sampai tiba dikamarnya. Ia malah langsung keluar ingin memamerkan jasanya.
Andaikata sang ayah tidak berburuk sangka, andai sang kucing bisa bersabar hati untuk beberapa saat saja, sungguh tidak akan terjadi tragedy memilukan itu.
Apakah orang – orang yg membuat kejahatan itu menyangka bahwa kami akan menjadikan mereka seperti orang – orang yg beriman dan mengerjakan amal yg shaleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka ? amat buruklah apa yg mereka sangka itu .(QS. Al-Jatsiyah (45):21)
Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan TuhanMu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri. (QS. Ath-Thur(52):48)
Cerita ini secara eksplisit adalah untuk anak – anak kita. Tetapi nilai yg terkandung didalamnya sungguh untuk kita semuanya. Apakah kita sebagai orang tua, guru, remaja, atau sebagai pemimpin sebuah lembaga.
Kisah mengharukan tersebut terjadi karena kecerobohan sang ayah yg berburuk sangka, dan juga kecerobohan sang kucing yg tidak sabar untuk segera mendapatkan pujian dari sang majikan. Kalaulah kita sebagai pembaca, tidak inginkan kejadian yg memilukan hati itu terjadi dilingkungan kita, maka kita harus memperhatikan kedua hal tersebut.
1. Jika kita kebetulan sebagai seorang penguasa atau berkedudukan sebagai seorang yg punya kekuasaan. Baik sebagai pemimpin dirumah tangga, pemimpin disuatu lembaga, penguasa disuatu komunitas, atau pejabat disuatu pemerintahan. Maka janganlah selalu berburuk sangka kepada bawahan kita. Seperti halnya sang majikan terhadap kucingnya.
2. Jika kita sebagai seorang bawahan atau sebagai pihak yg lemah, yg berada pada sebuah organisasi atau sebuah institusi. Maka selalulah bersabar atas hasil dari jerih payah yg telah kita kerjakan.
Rasulullah mengajarkan kepada kita semua, bahwa perilaku sabar tidak ada batasnya. Pernah suatu ketika Rasulullah SAW berdakwah di Kota Thaif, beliau menyampaikan penjelasan dengan tutur kata yg sejuk dan santun. Dengan hati yg ikhlas penuh kasih sayang. Tetapi penduduk Thaif malah menyambutnya dengan ceemoohan dan caci maki. Bahkan pada akhirnya mereka beramai ramai melempari Rasulullah dengan batu dan benda keras lainnya. Sampai tubuh dan muka Beliau penuh dengan luka dan berdarah.
Diceritakan oleh sebuah riwayat bahwa Malaikat penjaga Bukit Uhud tidak tahan menyaksikan kekasih Allah mengalami penghinaan seperti ini. Maka Sang Malaikat minta izin untuk menghancurkan seluruh penduduk thaif dengan jalan menimpakan bukit Uhud kepada mereka.
Tetapi apa jawaban Rasulullah SAW tercinta ?? Beliau mengangkat kedua tangannya yg penuh luka kemudian beliau berdoa dengan penuh ikhlas : Ya Allah, jangan Engkau timpakan terhadap mereka suatu bencana. Ampunilah dosa dan kesalahan mereka. Mereka belum tahu tentang kebenaran, mereka belum tahu bahwa Aku adalah Rasul – Mu …
Inilah sebuah kesabaran yg begitu luar biasa tiada tara. Betapa jauhnya dengan perilaku kita sehari – hari. Sabar hanya kita pahami sebatas pengetahuan bukan dalam penerapannya dalam kehidupan kita. Satu hal lagi, pada kesempatan pernah Rasul pernah memberikan pelajaran tentang sabar kepada Para Sahabatnya, kata Rasulullah SAW : Kalau tidak mungkin kita mengajak para kafir Qurays untuk masuk islam saat ini, janganlah putus asa, doakanlah agar Allah SWT memberi hidayah pada mereka, sehingga mereka mau masuk islam diwaktu mendatang. Tiba – tiba seorang sahabat bertanya : Ya Rasulullah, jika sampai mati mereka juga tidak mau masuk islam ?? Jawab Rasul : Doakan agar anak cucunya nanti masuk islam …
Para sahabat terperangah mendengar jawaban Rasul tersebut. Inilah sebuah pelajaran tentang kesabaran yg tidak saja tak terbatas pada saat dan waktu tertentu, tetapi sekaligus memberi pelajaran bahwa seorang mukmin harus selalu bersikap optimis dalam kehidupannya. Waktu bukanlah kendala bagi seseorang yg bertaqwa, Allah SWT akan mencoba kesabaran seseorang pada tingkatannya masing – masing. Dan Allah akan memberikan pahala-Nya dengan kelipatan yg tiada terhingga.
Apa yg ada disisi mu itu akan lenyap, sedangkan apa yang ada di sisi Allah itu akan tetap kekal. Dan sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan pada orang – orang yg sabar itu dengan pahala yg lebih baik dari apa yg telah mereka kerjakan.
( QS. An – Nahl (16):96 )..
Katakanlah : hai hamba – hambaKu yg beriman, bertakwalah kepada Tuhan mu. Orang – orang yg berbuat baik didunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang – orang yg bersabarlah yg dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar(39):10)..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar