05/08/2011
Ketika saya dan teman saya mbak linda mengurus STNK kendaraan yang habis waktunya. Saya memarkir kendaraan didepan kantor samsat. Kebetulan waktu itu sedang ramai sekali. Sehingga kendaraan yang parkirpun berjubel sampai keluar batas areal parker. Ketika sudah selesai mengurus administrasi, kami menuju kendaraan yg kami parker. Sambil menunggu menbawar uang parker, saya dan teman saya memperhatikan sebuah dialog pendek antara tukang parker dengan seorang wanita muda berparas ayu yg barusan mengambil sepeda motornya. Rupanya sedang terjadi kesalahpahaman tentang besarnya uang parker. Saya melihat wanita muda berparas ayu itu cemberut sambil membayar ke tukang tukang parker. Sementara si tukang parker yang masih muda, mukanya bersungut – sungut sambil ngedumel tiada habisnya. Setelah wanita itu pergi, si tukang parker melampiaskan rasa kecewanya sambil berteriak cukup keras. ‘ .. wah, wah, wah, .. sekarang ini tidak ada lagi wanita cantik, semuanya cemberut, semuanya makan hati.., yaakh, maklumlah harga BBM naik..’
Saya baru teringat, memang kejadian itu adalah satu hari setelah diumumkannya kenaikan harga BBM. Begitu mendengar ungkapan dengan nada kesal dari lisan tukang parker tersebut, saya dan teman saya secara bersamaan tersenyum geli. Dan tukang parkirpun tiba-tiba melihat kearah kami dan spontan tersenyum juga sambil berkata “ .. aduh.. aduh.. aku salah, ternyata masih ada wanita yang cantik, meskipun harga BBM naik..”
Senyum memang kunci dari ekspresi seseorang. Senyum adalah wakil suasana hati seseorang. Apalagi kalau senyum itu wajar, tidak dibuat – buat. Sungguh akan mencerminkan kebahagiaan hati. Allah dalam merencanakan sebuah ekspresi senyuman, sungguh luar biasa. Senyuman seseorang dapat membias keseluruh wajah. Sehingga ketika seseorang sedang tersenyum, maka semua anggota wajahnya ikut senyum dan gembira. Sebaliknya wajah yg cemberut jg akan membias keseluruh raut wajah seseorang. Jika sedang cemberut, maka seluruh bagian wajahnya jg ikut cemberut. Mengapa bisa demikian? Karna sumber perubahan wajah seseorang adalah hati.
Begitu hatinya senang, bibir tersenyum. Coba perhatikan. Semua wajah menjadi tersenyum, riang dan gembira. Org yg melihatpun akan ikut menjadi senang dan gembira. Demikian pula sebaliknya. Jika hati cemberut, merasa tidak senang, maka akan mempengaruhi bentuk bibir. Jika bibir sudah menunjukkan ekspresi tidak bagus, maka seluruh anggota wajahpun ikut cemberut. Sungguh luar biasa, jaringan otot yang dibentangkan oleh Allah SWT diseluruh wajah seseorang begitu halus, dan begitu pekanya. Kalo sahabatku ingin membuktikannya, betapa sebuah senyuman bisa mempengaruhi seluruh wajah, dan bisa mempengaruhi siapa saja yg melihatnya, buatlah sebuah percobaan sederhana berikut ini :
1. Gambarlah sebuah bulatan sebagai perumpaan wajah seseorang,
2. Buatlah dua mata, satu hidung, dan dua telinga, pada wajah tersebut,
3. Pertama, buatlah garis mendatar, sebagai wakil dari gambar mulut, maka kesan yg akan kita tangkap dari wajah tersebut adalah sebuah wajah yg serius. Mata, hidung, dahi, pipi, bahkan telinganya seolah – olah juga ikut jd serius.
4. Kedua, buatlah sebuah garis melengkung keatas sebagai wakil dari mulut yg sedang tersenyum. Maka kesan yg akan kita tangkap dr wajah tersebut adalah sebuah wajah yg riang dan gembira.
5. Ketiga, buatlah garis melengkung kebawah sebagai wakil dari mulut yang sedang cemberut. Maka kesan yg akan kita tangkap dari wajah yg cemberut adalah sedih dan putus asa. Sehingga mata, hidung, dahi, pipi maupun telinga dari wajah tersebut juga seolah – olah ikut cemberut, dan sedih …
Manakah yang harus kita pilih ? sama – sama menggerakkan bibir, kearah mana sudut bibir kita harus digerakkan. Keatas yg akan menyebabkan semua orang menjadi senang. Atau kebawah yg akan membuat semua yg melihatnya ikut menjadi susah. Jika anda seorang wanita, kata tukang parker tadi anda akan menjadi semakin cantik jika anda tersenyum. Sebaliknya, tentu saja akan menjadi jelek kalau kita terus saja cemberut. Seperti wanita ditempat parker diatas. Sehingga membuat tukang parker kesal dibuatnya.
Aisyah Ra, pernah bercerita : aku sama sekali tidak pernah melihat Rasulullah SAW tertawa terbahak – bahak sampai terlihat urat lehernya. Jika Beliau tertawa, hanyalah senyum simpul. (HR. Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar