Ada dua orang penjual roti yang sedang menjajakan dagangannya. Obrol punya obrol, penjual pertama menceritakan kesuksesannya. Dengan modal hanya Rp. 100, - dia bisa meraup keuntungan Rp. 900,- Kebalikan dari penjual pertama. Penjual kedua mengeluarkan modal Rp. 900,- untuk sebuah roti yang dijual harga Rp. 1000,- Artinya, dari setiap roti diambil Rp. 100,- sebagai keuntungannya.
Satu – satunya persamaan dari kedua penjual roti itu adalah sama – sama menjual roti itu seharga Rp. 1000,- Masalah rasa dan kualitas pasti ada bedanya. Jika posisi kita sebagai penjual, penjual manakah yg kita pilih ?? Dan jika pembeli, Roti manakah yg akan kita beli ???
Yang pasti, orang yg selalu berada dalam kejujuran dan kebaikan tidak akan merugi. Keuntungan yang hakiki bukanlah sebuah keberhasilan dalam rangka menguntungkan diri sendiri. Melainkan bila kita juga mampu menguntungkan orang banyak.
Rasulullah SAW selalu berpikir dan bertindak secara adil. Keuntungan yang Beliau raih senantiasa proposional. Oleh karena itu, keuntungan jangka panjang akan dicapai oleh orang – orang yang senang menguntungkan orang banyak dan membuat mereka merasa puas.
Kesuksesan adalah ketika punya ilmu, pengalaman, nama baik, dan tentunya nilai barakkah. Rasulullah SAW memiliki dunia, tetapi tidak diperbudak oleh dunia. Sebab Beliau hidup Zuhud. Dunia tidak menyilaukan mata Beliau. Dengan dunianya, Beliau menjadi mulia. Dengan demikian, siapaun bisa menjadi mulia dengan kekayaannya. Wallahua’lam …..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar