12/08/2011
Salah satu ciri dari pendengki adalah tidak suka melihat orang lain senang atau lebih beruntung daripadanya. Diceritakan, ada dua orang pedagang, salah seorang dari keduanya memiliki kedengkian luar biasa. Dia tidak suka melihat usaha temannya lebih berhasil. Pada suatu hari, pendengki ini memanggil seorang hamba sahaya untuk mencelakai temannya. Walau diiming – imingi uang dan kekayaan lainnya yg melimpah, hamba sahaya itu tetap menolak. Karena dipaksa dan dijanjikan kebebasan, akhirnya hamba sahaya itu mau. Kemudian pendengki itu menjelaskan apa yang harus dilakukannya.
Salah satu ciri dari pendengki adalah tidak suka melihat orang lain senang atau lebih beruntung daripadanya. Diceritakan, ada dua orang pedagang, salah seorang dari keduanya memiliki kedengkian luar biasa. Dia tidak suka melihat usaha temannya lebih berhasil. Pada suatu hari, pendengki ini memanggil seorang hamba sahaya untuk mencelakai temannya. Walau diiming – imingi uang dan kekayaan lainnya yg melimpah, hamba sahaya itu tetap menolak. Karena dipaksa dan dijanjikan kebebasan, akhirnya hamba sahaya itu mau. Kemudian pendengki itu menjelaskan apa yang harus dilakukannya.
Pendengki itu meminta hamba sahaya untuk membunuh dirinya diatap rumah pedagang saingannya, tujuannya adalah agar pedagang itu menjadi tersangka utama yg telah membunuh dirinya. Karena rasa dengki yg sudah tertanam demikian dalam, dia memilih mati asalkan saingannya mengalami penderitaan karena difitnah. Begitulah seorang pendengki. Orang lain harus ikut menderita jika dirinya menderita dan kesusahan.
Adapula pendengki yg bahagia melihat penderitaan temannya. Cerita tentang si fulan yg pendengki ini saya dapat dari majalah Hidayah tentang humor sufi. Alkisah, sipendengki dan teman – temannya tersesat ditengah hutan, ternyata mereka ditangkap oleh orang – orang primitive. Untungnya mereka terhindar dari serangan yg lebih parah karena berhasil dicegah oleh kepala sukunya. Sifulan dan temannya memohon agar dilepaskan dan diijinkan untuk tinggal barang semalam saja. Akhirnya kepala suku tersebut mengabulkan permintaan mereka dengan syarat, setiap orang harus menemukan buah – buahan yg belum pernah dilihat oleh suku tersebut. Kemudian berpencarlah mereka untuk mendapatkan apa yg dimaksud oleh kepala suku tersebut.
Sipendengki menemukan buah nanas dibalik semak – semak, diapun langsung menyerahkannya. Ternyata buah nanas itu sudah tidak asing bagi suku itu. Karena merupakan menu makan malam mereka. Maka, dihukumlah ia dengan siksaan special. Dia ditelungkupkan diatas batu besar. Bajunya dibuka, lalu punggungnya di gosok – gosok dengan buah nanas yg dia petik sebelumnya.
Siksaan tahap pertama membuatnya menjerit kesakitan, kemudian sang suku primitive itu menggosokkan nanas ke punggungnya lebih keras lagi. Namun pada gosokkan yg berikutnya, jeritan kesakitan tidak lagi terdengar. Orang – orang disekelilingnya merasa heran ketika tidak mendengar suara rintihan, malah yg terdengar suara ketawa geli. Ternyata usut punya usut, si fulan melihat temannya keluar dari hutan dengan membawa buah durian. Rupanya yg ada dalam benak si fulan adalah penderitaan yg akan dialami temannya lebih menyakitkan. Karena pasti durian itu akan digosokkan juga ke punggung temannya, piker si pendengki tersebut..
Salah satu ciri pendengki adalah tidak suka melihat orang lain senang dan lebih beruntung darinya. Begitulah si pendengki, saat dirinya menderita pun ia masih sempat tertawa karena membayangkan penderitaan orang lain. Demikianlah gambaran seorang pendengki. Akhlaknya sungguh buruk. Dia tidak akan produktif karena pikiran dan hatinya disibukkan untuk mencari cara guna menjatuhkan temannya. Wallahu alam bishawab …!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar