08/11/2011
Amru bin Jamuh, adalah seorang sahabat Anshar yang pincang kakinya. Ia mempunyai 4 anak laki – laki yang pemberani dan selalu ikut berperang bersamanya.
Dalam perang Uhud, Amru menyuruh anak – anaknya untuk menyiapkan perlengkapan perang untuk ia sendiri.
“ Ayah, sesungguhnya Allah telah memberi keringanan kepadamu. Tinggal sajalah dirumah, cukuplah kami anak – anakmu ini yang akan menggantikanmu ,” Kata anak – anaknya.
“Mengapa aku tidak boleh ikut perang ?” Kata Amru balik bertanya kepada anak – anaknya.
“Bukankah Allah telah membebaskan Ayah dari kewajiban perang ?” Anak – anaknya balik bertanya.
“Tidak bisa, setiap orang mempunyai kewajiban membela agamanya,” Kata Amru tegas.
“Kalau begitu, mari kita menghadap saja kepada Rasulullah SAW. Biar Beliaulah yang memutuskan ,” Kata anak – anaknya.
Maka datanglah ayah dan ke-4 anaknya itu menghadap Rasulullah untuk meminta keputusan.
“Ya Rasulullah, mereka melarangku untuk ikut perang bersama Engkau,” Kata Amru mengadu.
“Apa tujuanmu ikut perang ?” Tanya Rasulullah SAW.
“Aku ingin mati syahid dalam jihad fi sabilillah. Dengan kakiku yang pincang, aku ingin masuk syurga diakhirat nanti,” Kata Amru yakin.
“Wahai Amru sebenarnya kau sudah dibebaskan Allah dari kewajiban perang,” Kata Rasulullah.
Kemudian Rasulullah berpaling kepada anak – anak Amru bin Jamruh dan berkata, “ Wahai anak – anak Amru, kamu semua tidak boleh menghalangi kehendak ayahmu. Semoga Allah mengaruniakan kepada ayahmu menjadi orang yang syahid.”
Maka menyerahlah anak – anak Amru pada kemauan ayahnya. Dengan niat yang mantap dan penuh keikhlasan, Amru bersama Rasulullah menghadapi pasukan kafir Quraisy. Dalam peperangan itu, mujahid pincang itu gugur sebagai orang syahid seperti yang diharapkanya.
Atas peristiwa itu, Rasulullah berkata kepada kepada orang – orang anshar, “ Ada orang yang kalau ia bersumpah dengan nama Allah niscaya akan dibayar oleh Allah. Diantara orang – orang itu terdapat Amru bin Jamuh. “
Dikutip dari cerita bijak orang – orang sholeh.
PELAJARAN HIDUP yang bisa diambil :
Berjuang untuk menegakkan agama Allah dan menegakkan kebenaran adalah kewajiban setiap orang beriman. Oleh karena itu, setiap orang beriman harus berusaha untuk berjuang menurut kemampuan yang dimilikinya. Bila tidak mampu secara fisik, hendaklah ia berjuang dengan hartanya, jika ia tidak mampu dengan hartanya, hendaklah ia berjuang dengan ilmunya. Jika ia tidak mampu berjuang dengan fisik, harta, dan ilmu, hendaknya ia berjuang dengan hati dan doanya, dan seterusnya.
Allah berfirman, “ Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. “ (QS. Ar – Taubah : 41)
Betapa meruginya orang yang dikaruniakan kesempurnaan fisik dan dianugerahi kekayaan harta, namun tidak mau mempergunakan keduanya untuk berjuang dijalan-Nya. Padahal orang – orang yang berjuang fi sabilillah dengan tulus dan ikhlas karena-Nya, bilamana ia gugur dalam jihadnya, niscaya ia dijamin oleh Allah masuk syurga.
Tidak malukah kita kepada Amru bin Jamuh, yang meskipun mempunyai keterbatasan dengan fisiknya, namun dengan gagah berani tetap berjuang disisi Rasulullah untuk menegakkan agama-Nya. Dan Allah pun mengasihinya dengan mengaruniakan kepadanya pahala syahid.
Lalu kenikmatan manakah yang lebih besar dibandingkan dengan syahid dijalan – Nya ? Karena orang yang meninggal syahid, niscaya ia akan hidup penuh dengan kemuliaan dan kesejahteraan disisi-Nya.
Allah menegaskan, “ Janganlah kamu mengira bahwa orang – orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. “ (QS. Ali Imran : 169).
Semoga Bermanfaat !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar