23/11/2011
Tidak jauh dari rumah saya, ada s ebuah warung tenda kecil yang berjualan khusus makanan ala china. Seperti dikota – kota lain yang juga lagi menjamur. Yang dijual antara lain nasi goreeng, bakmi, capcay, bihun dan sejenis masakan lainnya. Tempatnya agak masuk kedalam, disebuah lorong kecil, sehingga agak jauh dari keramaian. Tetapi karena memang masakannya enak, maka sungguh ramai para pembeli diwarung itu. Dari sekian banyak pembeli yang saat itu sedang mengantri, salah satunya adalah saya dan adikku yang juga ingin membeli dan ingin merasakan makanan diwarung tersebut.
Ketika kami sedang antri menunggu masakan yang kami pesan, tiba – tiba seorang pembeli wanita yang berdiri disamping kiri saya mengajukan sebuah pertanyaan sambil agak tertawa, yaitu sebuah pertanyaan yang tidak serius, bahkan cenderung bercanda. Yang menurutku sebenarnya pertanyaan itu seharusnya tidak dilontarkan walau hanya untuk bercanda saja. Tapi karna hal itu sudah terjadi dan telah terlanjur diucapkan, maka kami para pembeli mau tidak mau tetap mendengar dan ikut larut dalam pertanyaan tersebut.
Bunyi pertanyaan itu ialah, “ Pak, apa benar sih, masakan bapak ini tidak mengandung babi ??
Diluar dugaan kami, ternyata pemilik warung tersebut merasa tersinggung. Ia menjawab sambil marah, sehingga menjadi tidak enak suasana saat itu. Kami semua yang sedang antre jadi terdiam dan mendengarkan dengan penuh perhatian pada dialog kecil itu.
Bukan suasana tidak enak itu yang membuat saya terperangah dan kaget. Tetapi jawaban pemilik warung tersebut yang sambil menggoreng nasi ia menjawab dengan nada yang cukup tinggi, mungkin dengan maksud agar para pembeli juga bisa ikut mendegarnya.
Kata penjual, “ Mbak, saya dari dulu sudah laris semacam ini, dan tidak ada orang yang pernah bertanya semacam itu. Semua orang tahu kalau masakan saya tidak ada babinya. Saya ini berkata jujur apa adanya mbak. Kalau saya bohong, saya takut jualan saya tidak laku. Saya tidak takut pada dosa, dosa bagi saya urusan nanti mbak. Tapi yang saya takutkan kalau jualan saya saya tidak laku. Itu saja … !?
Sungguh sebuah jawaban yang diluar perkiraan saya. Cukup lama saya terdiam sambil memikirkan jawaban yang diluar dugaan itu. Inilah orang yang ingin berbuat jujur tetapi karena dagangan, bukan panggilan nuraninya, bukan karena takut kepada Allah, dan bukan pula karena kasih sayaang kepada sesamaanya. Melainkan lantaran takut tidak didatangi oleh pembeli. Bahkan yang membuat saya merinding, ia sama sekali tidak takut pada dosa! Dan hal itu disampaikannya dihadapan banyak pembeli dengan nada emosi. Sungguh diluar nalar kita sebagai orang yang selalu ingin berbuat kebajikan.
Tetapi disisi lain, saya juga berpikir jangan – jangan memang sangat banyak orang – orang yang berpendirian seperti demikian. Ataukah karena saya yang jarang bertemu dengan orang – orang yang semacam itu. Sungguh kejadian diatas merupakan salah satu contoh yang tepat sebagai wakil dari orang – orang yang cinta dan berpandangan duniawi. Akhirat tidak Nampak, kebesaran Allah SWT tidak Nampak. Yang membuat ia melakukan sesuatu adalah karena ia ingin memperoleh duniawi. Ia lupa bahwa segala sesuatu termasuk rezeki manusia, Allah-lah yang mengaturnya.
“Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang DIA kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan didunia, padahal kehidupan dunia itu (Dibanding dengan) kehidupan akherat, hanyalah kesenangan (Yang sedikit).” (QS. Ar-Rad:26)
Jikapun, banyak orang – orang yang berpendirian semacam itu, sungguh betapa banyaknya orang yang akan tertipu oleh kehidupan duniawi yang sangat kecil ini. Tentu ini adalah salah satu pekerjaan syetan yang terkutuk yang selalu memengaruhi dan menggoda manusia dari semua sisi kehidupannya. Mari kita selalu berdoa agar tidak terjerumus dan mengikuti tipu daya syetan. Karna ia adalah musuh yang nyata bagi kita.
“ Hai manusia sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali – kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Faathir:5)
“ Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam – tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu melihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan diakherat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. “ (QS. Al-Hadiid:20)
“ Iblis menjawab:” Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar – benar akan (Menghalangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan dari mereka yang bersyukur (Taat).” (QS. Al-A’raf:16-17)
Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah diatas, agar bisa menjadi orang yang selalu bersyukur dan bersabar dalam hidup ini, dan menerima semuanya yang berlaku bagi kita dengan hati yang lapang dan ikhlas semata – mata Lillahi ta’Allah. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar