13/11/2011
Pada zaman Rasulullah, ada seorang suami yang rupanya karena kesal dan baru saja bertengkar, lantas ia menghardik istrinya sambil keluar dari rumahnya seraya berkata : “ Kamu tidak boleh meninggalkan rumah sebelum aku pulang. “ Lalu, laki – laki itupun berangkat meninggalkan istrinya untuk keluar daerah.
Adapun istrinya karena menaati perintah suami, selama kepergian suaminya ia tidak berani keluar dari rumahnya. Semua keperluan sehari – hari dibelinya dari dalam rumahnya. Untuk kepasar saja, ia terhalang oleh perintah suaminya.
Sudah dua hari laki – laki itu belum pulang. Istri yang patuh itu hanya bisa menunggu dari balik pintu saja. Tiba – tiba ketika hari hamper sore dan perempuan tersebut sedang termangu – mangu mengharapkan kedatangan suaminya. Muncullah bayangan laki – laki dari jauh. Laki – laki itu berjalan dengan cepat dan tampak tergopoh – gopoh. Laki – laki itu menuju ketempat perempuan tadi, dan ternyata laki – laki itu adalah familinya yang tinggal dikampung kelahirannya.
Karena bukan muhrim, meskipun laki – laki itu masih termasuk keluarganya, perempuan tersebut tidak berani membukakan pintu. Pantang bagi seorang istri yang taat, menerima tamu laki – laki sendirian ketika suaminya tidak ada dirumah.
“ Saya lihat engkau tergesa – gesa sekali. Ada kabar apa dari rumah?” Begitu Tanya perempuan tadi setelah menjawab salam laki – laki yang baru datang itu.
“ Bapakmu sakit parah, engkau diminta segera datang karena ada pesan bapak yang akan disampaikannya kepadamu, “ Kata laki – laki tersebut.
“Iii…,” Pekik perempuan itu kaget. Ia bingung bapaknya sakit parah, padahal ia adalah satu-satunya orangtua setelah ibunya meninggal. Agaknya bapaknya ingin bertemu dengan nya sebelum hal – hal yang tidak diinginkan terjadi. Namun, ia terikat oleh larangan suaminya agar jangan keluar dari rumah. Manakah yang harus ia pentingkan ? Perintah suamikah atau harapan bapaknya ??
Karena ia tidak bisa memutuskan dengan ceroboh, maka ia meminta tolong kepada untusan bapaknya itu. “ Coba kau tanyakan kepada Rasulullah. Bapak sakit parah, sedangkan suami melarangku untuk keluar rumah. Apa perkataan Rasulullah, itulah yang akan saya kerjakan.”
Lalu pergilah utusan tadi menghadap Rasulullah. Setelah diceritakan masalah itu, Rasulullah pun berkata,” Sampaikan kepada perempuan itu agar ia menaati perintah suaminya.”
Kembalilah siutusan kepada perempuan itu untuk menyampaikan amanat Rasulullah. Maka pulanglah utusan tadi kekampung halamannya dengan tangan hampa.
Malam itu istri yang patuh itu tidur dengan gelisah. Terbayang wajah bapaknya yang kurus kering. Terngiang perintah suaminya yang harus ditaati. Tatkala pagi tiba ia segera bangun, dengan harapan besar bahwa suaminya akan datang pagi itu, agar ia bisa berangkat kekampung halamannya untuk menjenguk sang ayah sesudah mendapatkan izin dari suaminya.
Namun, ternyata harapannya sia – sia. Suaminya tak jua kunjung pulang. Bahkan yang muncul kemudian adalah laki – laki utusan bapak yang kemarin, makin pucat saja muka perempuan itu,” Jangan – jangan .”
Betul !! Apa yang dikuatirkannya terjadi. “ Bapakmu meninggal dunia dengan tenang tadi malam,” Demikianlah berita yang didengarnya dari utusan itu. Meneteslah airmata perempuan itu sambil mulutnya menggumam, “ Inna lillahi wainna ilaihi rajiun .. “
“ Dan kalau kau ingin berjumpa, sekaranglah waktunya,” Sambung utusan itu.
“Tapi suamiku belum pulang” Jawab perempuan itu sedih. “ Coba, tolong tanyakan kepada Rasulullah, bagaimana pendapat Beliau. “
Maka pergilah laki – laki itu kepada Rasulullah. Begitu tiba kembali, perempuan itu bertanya buru – buru,”Bagaimana?” Beliau berpesan agar engkau tetap taat kepada perintah suami suami,” Jawab utusan tersebut. Sekali lagi, utusan itupun pulang kekampungnya dengan sia – sia.
Sehabis zuhur, pada waktu istri yang patuh itu tengah berdiri dibalik pintu mengharap – harap kepulangan suaminya, utusan tersebut datang kembali. Dari luar dia berkata,” Bapakmu akan segera dimakamkan. Apakah kamu tidak ingin melihat wajahnya untuk yang terakhir kali ??
Perempuan itu hanya bisa meneteskan airmata sambil menggeleng, “ Pulanglah engkau, kuburkanlah jenazah bapak baik – baik. Aku tidak bisa hadir karena suamiku belum pulang juga.”
Ternyata, hingga pagi esoknya pun, suami perempuan itu belum pulang juga. Baru setelah menjelang sore tampak bayangan tubuh yang dinanti – nanti itu dari kejauhan. Istri yang patuh itu segera bersiap – siap, badan serta rambutnya dirapikan dan masakan buru – buru dipanaskan kembali.
Begitu suaminya masuk, perempuan itu menyambutnya dengan senyum. Dibiarkan sisuami membersihkan badan, beristirahat, dan makan malam. Sesudah itu barulah perempuan mulia itu berkata, “ Bang, bapak saya kemarin meninggal dunia,” Laki – laki itu tampak terkejut sekali. “ Innalillah …., Serunya. “ Kamu sudah melawatkan ?”
Dengan mimic muka yang sedih perempuan itu menggeleng. “ Belum bang, karena engkau berpesan sebelum pergi agar aku tidak keluar rumah sebelum engkau datang,” Jawab istri yang taat itu dengan sabar.
“ Astaghfirullah …, “ Seru sisuami menyesal. Dia merasa bersalah telah menghamburkan larangan dengan gegabah karena menuruti ajakan hawa nafsu. Maka pada saat itu pula ia menghadap Rasulullah untuk menyampaikan penyesalannya.
Rasulullah berkata, “ Kali ini engkau tidak berdosa, karena tidak sengaja dan sudah menyesal. Itu adalah pelajaran bagimu agar dalam keadaan marah sekalipun jangan kau patuhi dorongan hawa nafsu. Sedangkan istrimu, dia betul – betul calon penghuni syurga karena taatnya kepada suami.
Dikutip dari cerita bijak orang – orang sholeh.
PELAJARAN HIDUP yang dapat diambil :
Orang yang hebat bukanlah orang yang mempunyai fisik yang kuat dan tenaga yang hebat. Sesungguhnya orang yang hebat dan kuat adalah orang yang mampu menahan hawa nafsunya saat ia marah. Mengapa ? Karena orang yang mampu menahan hawa nafsunya saat marah berarti ia mempunyai kesabaran yang hebat dan kepribadian yang kuat. Karena bagaimanapun, hawa nafsu akan selalu membawa kepada keburukan. Sehingga orang yang mengerjakan sesuatu atas dorongan hawa nafsu, pasti hasilnya akan selalu buruk.
Bercerminlah dari kisah diatas! Karena didorong oleh nafsu amarah, seorang suami dengan cerobohnya mengeluarkan larangan mutlak kepada istrinya agar tidak keluar rumah sampai ia pulang. Padahal manusia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi ? Lalu apa yang terjadi kemudian ? Sang istri yang taat itu pun tidak bisa keluar rumah untuk menjenguk bapaknya yang sedang sakit keras. Iapun tidak bisa berada disisi sang bapak saat bapaknya itu menghembuskan nafas yang terakhir. Bahkan lebih tragis lagi, ia tidak bisa sekedar memandang wajah bapaknya untuk yang terakhir kali. Sebelum jasad bapaknya ditelan bumi. Semua itu karena ia terikat oleh larangan suaminya yang dikeluarkannya atas dasar nafsu marah.
Kiranya, Maha Benar firman Allah, “ Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi Rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf :53)
“ Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang – orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. “ (QS. Shad:26).
SEMOGA BERMANFAAT !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar