18/12/2011
Pada suatu hari seorang saudagar perhiasan di Zaman Tabi’in bernama Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya untuk menjaga tokonya karena ia hendak pergi sholat. Tak lama setelah Yunus pergi shalat, datanglah seorang Badui yang hendak membeli perhiasan di toko itu. Maka terjadila transaksi jual beli antara si badui dengan penjual ditoko itu. Satu perhiasan permata seharga 400 dirham. Tetapi saudara Yunus bin Ubaid menunjukkan suatu perhiasan yang sebenarnya seharga 200 dirham. Barang tersebut dibeli oleh si Badui itu tanpa menawar dengan harga 400 dirham.
Setelah dibayarnya, maka si Badui itu pulang menuju kampungnya dengan barang tersebut berada ditangannya. Ditengah jalan, ia bertemu dengan Yunus bin Ubaid yang mengenal bahwa barang yang sedang dipegang olehnya itu adalah barang jualan dari tokonya.
Lalu saudagar Yunus bin Ubaid itu bertanya kepada si Badui :
“Berapakah harga barang ini ketika Anda beli? Tanya Yunus bin Ubaid. “400 Dirham, Jawab si Badui dengan bangga dan gembira.” Saudagar Yunus bin Ubaid itu berkata: Harga barang ini Cuma 200 dirham saja, dan tempat membelinya itu adalah toko saya. Sekarang kembalilah kesana supaya engkau bisa mengambil kembali uangmu yang masih tersisa 200 dirham.” Jawab si Badui dengan tenag : Biarlah, tidak usah aku menerima kelebihan yang 200 dirham itu. Karena aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang 400 dirham itu. Sebab dikampungku, harga barang ini paling murah sekitar 500 dirham.”
Tetapi saudagar Yunus bin Ubaid tidak mau melepaskan si Badui. Terus saja didesaknya si Badui itu agar mau kembali ke tokonya. Dan sesampainya disana, dikembalikannyalah kelebihan uang si Badui yang 200 dirham itu.
Setelah si Badui itu berangkat pulang, dengan sedikit marah saudagar Yunus bin Ubaid berkata kepada saudaranya : Apakah engkau tidak merasa malu dan takut kepada Allah SWT terhadap perbuatanmu yang telah menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat ? “ Jawab saudaranya : Dia sendiri yang mau membelinya dengan harga 400 dirham, dengan nada sedikit mempertahankan bahwa ia tetap berada dipihak yang benar.”
Kata saudagar Yunus bin Ubaid : Ya, tetapi dipundak kita terpikul sebuah amanah untuk memperlakukan saudara kita seperi memperlakukan diri sendiri.
Dikutip dari kisah bijak orang – orang sholeh.
PELAJARAN HIDUP
Kejujuran adalah perbuatan yang mulia dan indah, karena kejujuran akan mendatangkan kedamaian, berkah dan rahmat dari Allah SWT bagi pemiliknya. Kejujuran yang begitu indah ini akan selalu mengarah kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke surga-Nya begitupun sebaliknya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
“Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga. Selama seorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta (pembohong)”. (HR. Bukhari)
Orang yang mempunyai iman yang kuat, akan senantiasa bersikap jujur meskipun keadaannya sangat sulit. Kejujuran seringkali dianggap sebagai perbuatan bodoh, dengan alasan karena bisa menimbulkan kemiskinan dan kemelaratan. Anggapan hal itu adalah anggapan yang kurang mengerti bahwa kejujuran itu bisa menimbulkan kedamaian dan ketentraman. Banyak orang yang mempunyai uang yang bertumpuk sebagai hasil kebohongan (seperti korupsi, dll) tidak merasa damai dan tentram dalam menjalani kehidupannya. Rasa bersalah dan rasa takut di penjara seringkali menghantui hati dan pikirannya, sehingga harta yang berlimpah tak lagi manis rasanya.
Ya ! Kejujuran adalah sesuatu yang langka dalam kehidupan sekarang ini. Karena oleh sebagaian orang, kejujuran dianggap sebagai kebodohan yang mungkin akan menghambat kemajuan dan kesuksesan.
Lihatlah, pejabat yang jujur tidak akan cepat kaya. Guru yang jujur tidak akan bisa hidup dalam kecukupan ekonomi. Karyawan dan buruh yang jujur akan selalu jadi sasaran eksploitasi pengusaha ( Pemilik Modal ). Para pebisnis dan pedagang yang jujur tidak akan dapat mengeruk keuntungan yang banyak. Bahkan ada olok – olok yang mengatakan ‘ Orang yang Jujur pasti Hancur ‘ Tapi apakah memang dmikian realitanya ?
Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik mata pencaharian ialah hasil keterampilan tangan seorang buruh apabila dia jujur (ikhlas)”. (HR. Ahmad)
Bagaimanapun kejujuran harus kita pertahankan dalam hidup ini. Karena kejujuran akan selalu mendatangkan ketenangan hati dan jiwa. Kejujuran adalah indah, karena ia akan selalu membawa berkah. Lebih dari itu, kejujuran akan mendapatkan balasan yang mulia dari Allah Yang Maha Pemurah.
Boleh jadi, kejujuran memang sulit untuk dipraktekkan oleh para pebisnis dan pedagang. Karena dunia usaha selalu diidentikkan dengan kebohongan pelakonnya. Alasanya jelas, kalau seorang pebisnis atau pedagang bersikap jujur maka ia mungkin akan sulit dalam meraup untung yang besar. Tapi bukan berarti kejujuran tidak bisa ditegakkan dalam dunia bisnis.
Karena, seorang pebisnis dan pedagang yang mampu bersikap jujur, niscaya ia akan mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi dari orang – orang yang ada disekitarnya maupun relasinya. Selain itu, kejujuran adalah perbuatan yang bisa mendatangkan cinta dari Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah, “Barangsiapa ingin dicintai Allah dan rasulNya hendaklah dia berbicara benar (jujur), menepati amanat dan tidak mengganggu tetangganya”. (HR. Al-Baihaqi). Dan Yunus bin Ubaid adalah salah satu dari sekian pedagang yang mampu bersikap jujur.
Dan pedagang semacam ini, telah dijamin oleh Rasulullah SAW akan masuk Syurga bersama-sama dengan Para Syuhada. Sebagaimana Rasulullah SAW telah bersabda dalam hadisnya, “Seorang pedagang yang jujur, yang dapat dipercaya dan muslim, akan masuk Syurga bersama – sama dengan Para Syuhada .. “ (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi jelaslah, bahwa kejujuran bukanlah kelemahan ataupun kebodohan, melainkan kekuatan iman seseorang untuk tetap istiqomah dalam menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Orang yang besifat jujur akan membuat hatinya merasa damai dan bisa meraih surga yang nikmat didalamnya tidak terbatas. Sedangkan orang yang suka berbohong hidupnya penuh dengan kecemasan dan tidak tenang, serta bisa mendatangkan kemurkaan dari Allah jika tidak bertaubat.
Wallahu A’lam Bishshowab
<< Kejujuran Bukanlah Kebodohan >>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar